By. Fikri Jamil Lubay
Sumatera Selatan adalah provinsi yang kaya, tidak hanya sumber daya alamnya saja yang menempati provinsi terkaya kelima di Indonesia, namun juga Sumatera Selatan memiliki kekayaan budaya, kulliner dan kekayaan hayati yang tidak ada duanya di Bumi Pertiwi.
Mengenal Sumatera Selatan secara keseluruhan pasti juga harus mengenal budayanya secara keseluruhan. Sumatera Selatan dengan Sriwijaya-nya tidak perlu lagi dijual dan dikenalkan. Empek-empek Palembang dan beragam jenis turunannya serta produk olahannya seantero nusantara juga sudah kenal semuanya.
Satu lagi kalau mau berkunjung ke Palembang, jangan lupa bawa kain khas Palembang yang dikenal dengan Songket Palembang. Songket Palembang berbeda dengan kain jumputan dan sekaligus berbeda dengan kain batik Palembang baik bahan pembuatannya maupun cara membuatnya.
Songket Palembang sudah dikenal sejak zaman dahulu kala dan menjadi bagian dari sejarah Palembang dan kemasyhuran sejarah yang mengiringinya. Dizaman dahulu songket bukan lah pakaian biasa yang bisa dipakai, dimiliki dan digunakan oleh rakyat jelata. Songket pada zaman dahulu merupakan barang mewah yang diolah, didapatkan dan dimiliki serta disimpan dan diurus sedemikan rupa oleh para bangsawan.
Songket bagi masyarakat Sumatera Selatan juga seperti melambangkan kemartabatan keluarga. Multifungsi dari songket biasanya digunakan untuk kebutuhan pernikahan, hajatan bahkan untuk acara khitanan.
Perlakuan istimewa terhadap songket menunjukkan bahwa betapa songket merupakan tidak hanya selembar kain penghias dan pengikut penyerta saja tetapi didalamnya melekat makna filosofi sejarah yang kental dan mendalam dengan nuansa pengguna, kepentingan dan wilayah asal muasalnya.
Berbagai motif yang terkandung didalam songket menggambarkan bahwa kekayaan akan khazanah untuk penyebutan “songket Palembang” hanyalah untuk memudahkan saja dalam proses pengenalan dan asimiliasi budaya bahwa di Sumatera Selatan yang ikonik dengan Palembang memiliki sebuah kain bernilai seni dan sejarah tinggi yaitu “songket”. Dan ternyata songket tidak hanya ada di Kota Palembang, tetapi juga di Kota/Kabupaten diluar Palembang.
Kota Prabumulih yang berjarak kurang lebih 90 km dari Palembang atau kurang lebih 1,5 jam dengan perjalanan darat dari Palembang ke arah Selatan melalui Jalur Lintas Tengah Sumatera juga memiliki motif songket yang berbeda dengan Songket Palembang yang telah dikenal luas oleh masyarakat.
Kekhasan “songket Prabumulih” yang dikembangkan oleh seorang peminat, pemerhati dan pengembang sekaligus juga pengrajin songket yaitu “Azizah Songket” juga sudah diakui oleh kalangan elit dan rakyat jelata penggemar, pemakai dan collector songket.
Azizah songket yang berdiri sejak 2010, diawal-awal kegiatannya, mereka melakukan pembuatan songket dan memasarkannya sendiri secara door to door. Saat ini pengembangan dan pemasaran songket Azizah telah dibantu dan dibina oleh Forum CSR-PKBL Kota Prabumulih melalui PT. Pertamina EP Asset II Prabumulih sejak tahun 20014 yang silam.
Ditahun yang sama upaya keras Azizah Songket bersama PT. Pertamina EP Asset II Prabumulih yang bahu membahu mengenalkan Songket Prabumulih dengan motif yang berbeda dengan yang ada di Palembang akhirnya mendapatkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Ham melalui Direktur Hak Cipta, Desain Indutsri, Desain Tata Letak, Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang terhadap 3 (tiga) Judul Ciptaan yaitu Songket “Seinggok Nanas”, “Cantik Manis Nanas” dan “Papan Sekeping” atas nama Evan Stiawan.
Azizah songket yang mengangkat kearifan lokal dalam motifnya yaitu “motif nanas” telah menempatkan mereka selangkah didepan Songket Palembang yang baru mendapatkan sertifikat HKI pada tahun 1 Agustus 2016 barusan (info : Kompal).
Motif nanas dipilih sebagai motif songket oleh Azizah karena Prabumulih ini dikenal dengan Kota Nanas. Buah Nanas Queen Prabumulih yang berasa manis dan telah kesohor sampai kemana-mana saat ini hampir saja terjadi kepunahannya. Dan, sekarang seluruh elemen (stakeholder) di Prabumulih sedang gencar-gencarnya menyelamatkan plasma nutfah nanas Prabumulih termasuk melalui songket.
Songket Prabumulih bukanlah pesaing dari Songket Palembang. Tetapi, pemilihan motif yang cerdas dari songket Prabumulih dan pemberian sertifikat HKI oleh Kementerian Hukum dan HAM membuktikan bahwa songket Prabumulih semakin memperkaya khazanah songket Palembang itu sendiri atau Songket Sumatera Selatan secara keseluruhan.
Produk songket Prabumulih bermotif nanas yang dikembangkan oleh Azizah Songket sudah menghiasi banyak gerai. Azizah Songket sangat aktif mengikuti pameran (even) baik lokal maupun regional. Berkenalan dengan pemilik Azizah Songket ibu Yanti (38 tahun) juga memiliki makna tersendiri akan sebuah perjuangan memperkenalkan budaya songket Prabumulih.
Saat ini hampir seluruh tamu dan pengunjung yang datang ke Prabumulih akan mencari Songket Prabumulih yang diproduksi di Azizah Songket untuk dijadikan oleh-oleh berkesan dan ikonik dari Prabumulih Kota Nanas.
Harga yang ditawarkan juga bermacam-macam. Untuk selembar kain songket dengan kualitas baik dibandrol lebih dari satu juta rupiah sampai dengan songket berkualitas super yang mencapai 6 jutaan. Semua tergantung selera.
Jadi, kalau ke Kota Prabumulih datanglah ke Azizah Songket untuk menemukan songket bergaya lokal nanas Prabumulih yang legendaris itu.
Wassalam,
Salam KOMPAL
Fikri Jamil Lubay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H