Selama ini Gas Kota Prabumulih lebih banyak dinikmati oleh negeri tetangga, bahkan konon gas alam yang berasal dari perut bumi Kota Prabumulih tersebut menjadi primadona ekspor. Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan bahwa, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007, daerah penghasil harus diutamakan terlebih dahulu dari pada daerah tetangga. Gas bumi menurut Beliau juga tidak boleh lagi hanya menjadi komoditas tetapi juga harus dapat menghidupkan sektor-sektor yang produktif.
Kota Prabumulih telah dicanangkan menjadi Kota Pertama dan menjadi contoh di Indonesia yang hampir seluruh rumah tangganya dialiri oleh jaringan gas (full city gas). Membanggakan...? sudah barang tentu membanggakan, karena hal ini sudah lama dinanti sejak Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945.
Rakyat prabumulih pasti bangga sekali dengan hadirnya full gas city itu. Pembangunan jaringan gasa rumah tangga ini juga tidak menggunakan biaya yang menguras APBD Kota Prabumulih sekaligus tidak membebani APBD Provinsi Sumatera Selatan. Seluruh pembiayaan jaringan gas rumah tangga tersebut semuanya yang berkisar + 500 milyar rupiah menggunakan APBN tahun 2016.
Saat ini, pelaksanaan pekerjaan Jaringan Gas Rumah Tangg itu juga telah dan sedang dikerjakan oleh tiga konsorsium BUMN Utama yaitu PT. Nindya Karya; PT. Wijaya Karya dan PT. Rekind.
Jawaban atas pertanyaan itu secara tegas, jelas dan gamblang langsung disampaikan oleh Bpk. Sudirman Said selaku Menteri ESDM dalam sambutannya pada acara ground breaking, bahwa banyak sekali proposal yang masuk dari berbagai Kabupaten/Kota di Indonesia, namun “aura positif” itu ada di Kota Prabumulih Kota PRIMA, Bumi Seinggok Sepemunyian.
Beliau menyampaikan disamping amanat Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 dan Hadis Nabi seperti yang disampaikan oleh Gubernur Sumatera Selatan Bpk. Alex Noerdin “bahwa harus cukup dulu didalam rumah tangga, baru membantu tetangga” namun yang terpenting adalah “keseriusan dan kepedulian” Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi trademark tersendiri.
Kemampuan Pemerintah Kota Prabumulih mendorong para pegawai khususnya Pegawai Negeri Sipilnya yang tidak memiliki penghasilan sebaik pegawai pertamina untuk menyisihkan sebagian dari penghasilannya membangun baru rumah tidak layak huni milik masyarakat miskin, membelikan prostege (alat bantu gerak) bagi orang yang tidak mampu yang tidak memiliki kaki dan tangan agar bisa produktif bekerja, serta memberikan dukungan pembiayaan, pendampingan dan pelatihan usia produktif menjadi modal tersendiri bagi Menteri ESDM untuk ikut serta mengangkut (dalam bahasa Beliau “menginspirasi”) program APBN ke Kota Prabumulih.
Ditambahnya 32.000 sambungan gas rumah tangga itu juga masih menyisakan 5 desa dan 2 kelurahan yang belum dialiri gas yang meliputi Kelurahan Tanjung Rambang dan Kelurahan Payu Putat serta Desa Talang Batu, Desa Rambang Senuling, Desa Karang Bindu, Desa Karya Mulya, Desa Karangan dan Desa Karang Bindu serta Desa Tanjung Telang.
Alhamdulillah, Pihak Pertamina dalam hal ini PT. Pertagas yang diamini oleh Bapak Menteri ESDM pada saat acara itu juga akhirnya langsung menyetujui dan bersepakat untuk membangun total pemenuhan kebutuhan gas rumah tangga untuk seluruh masyarakat Kota Prabumulih termasuk di kelima desa dan dua kelurahan tersisa.