Tuhan, kalau lah memiliki rasa sebagai hamba pasti menyesal sudah menciptakan ummat (“abdi”) yang bernama manusia. Manusia dengan keangkuhan, kepongahan dan kesombongannya yang memiliki alam fikir sederhana seringkali menjadi sangat ribet dan ruwet .
Semarak terpilihnya Komjen (Pol) Tito Karnavian sebagai “calon tunggal” (padahal Beliau tidak pernah mencalonkan diri, bahkan pernah menolaknya) Kapolri yang “ditunjuk dan dipilih” (tu.. kan bukan “mencalonkan” diri) oleh Presiden Joko Widodo mensemilirkan hembusan dikotomi antara “senior” dengan “junior” ditubuh POLRI.
Melihat umurnya, sebetulnya dikotomi senior dan junior itu hanyalah pada “angkatan lulus Akpol” saja serta “umur” Tito yang masih muda dibandingkan Komjen (pol) lainnya. Kalau prestasi dan kompetensi tidak ada yang bisa membantahnya bahwa Komjen Tito Jauh lebih mengkilap dibandingkan dengan Komjen lainnya.
Tito juga kalau disuruh milih, pasti ingin lahir lebih dahulu dari Komjen-Komjen lainnya atau ingin lulus lebih awal dari mereka biar tidak ada dikotomi senior dan junior. Tapi tuhan berkehendak lain (takdir), Beliau dilahirkan lebih belakangan (kalau begitu kan bukan salah Tito toch...?). Namun disitulah fenomenanya Tito Karnavian yang memang menjadi fenomenal.
Mencermati pilihan dan pernyataan Presiden Jokowi di seluruh Media baik lokal maupun nasional, cetak maupun elektronik pada saat memilih dan menunjuk Tito hanya satu alasannya yaitu “Profesional”. Artinya Skill, Knowledge dan Attitude (SKA) Tito Karnavian tidak diragukan lagi.
Mari kita coba bahas dan bedah satu per satu Skill, Knowledge dan Attitude-nya Tito Karnavian :
SKILL (KEMAMPUAN)
Tito Karnavian tidak diragukan lagi merupakan perwira tinggi polri yang paling lengkap jam terbangnya di Polri. Sulit mencari penjelasan kelemahan Tito Karnavian dari sisi skill (kemampuan). Memeiliki riwayat lengkap dalam operasi Polri dan malang melintang di Densus 88 anti teror serta pengungkapan kasus-kasus besar yang sulit diungkap merupakan bukti bahwa Tito Karnavian bukan prajurit polri biasa.
Beliau juga karena prestasinya di jaman Presiden SBY saja sampai 3 (tiga) kali naik pangkat luar biasa (akselerasi) yang hampir tidak pernah terjadi pada prajurit Polri lainnya termasuk yang memiliki Pangkat Komjen yang sekarang lebih”senior”. Tito pun pernah dua kali menjabat sebagai Kapolda dan juga bukan di Polda biasa yaitu Polda Papua dan Polda Metro Jaya. Semuanya pasti mafhum kondisi Polda Papua dan Polda Metro Jaya seperti apa. Tidak bisa juga dipungkiri bahwa, ditangan dingin Tito Karnavian kedua Polda itu menjadi lebih “berasa” keberadaan POLRI-nya.
KNOWLEDGE (PENGETAHUAN)
Segudang prestasi dibidang pendidikan (akademik) dimiliki oleh Tito Karnavian, namun satau saja yang perlu dicatat dan garisbawahi bahwa bahwa Tito Karnavian merupakan seorang lulusanPh.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore, yang lulus dengan predikat magna cumlaude. Tito Karnavian Juga merupakan lulusan terbaik diangkatannya Akpol 1987 dan penerima Bintang Adhi Makayasa.
Jadi dari sisi akademik yang menjadi tutornya knowledge (pengetahuan) tidak usah lagi meragukan kapasitasnya anak Tangga Buntung Palembang ini.
ATTITUDE (SIKAP DAN PRILAKU)
Wajah yang terkesan datar merupakan sesuatu yang tidak biasa dimiliki oleh orang-orang Palembang kebanyakan yang biasanya dikenal berwatak keras dan tempramental. Perilaku tempramental itu tidak melekat pada diri Tito Karnavian. Tito bukan lah seorang yang mudah terlihat panik. Beliau juga memiliki oral speaking yang baik dalam menghadapi serangan media, pengamat dan politisi.
Bahkan Tito Karnavian sepertinya lebih Jawa dari orang Jawa sekalipun. Tutur kata yang lemah lembut dengan pembawaan yang kalem (calmly), sopan dan santun, menunjukkan betapa seorang Tito Karnavian sangat lah berwibawa.
Rahang yang pendek dan badan yang “gempal”/kekar menjadi kelebihan yang lain yang menunjukkan bahwa Tito Karnavian adalah sebetulnya seorang yang sangat keras dan tegas.
So, dikotomi antara “senior” dengan “junior” sepertinya hanyalah milik segelintir orang dan politisi saja. Internal Polri sebagaimana yang disampaikan langsung oleh Kapolri Jend. Badrodin Haiti serta mereka yang disebut oleh para politisi itu para Senior seperti Buwas dan lain-lain tidak ada yang mempermasalahkan Tito karnavian menjadi calon tunggal kapolri pilihan Presiden Jokowi.
Suara-suara sumbang itu termasuk release “catatan hitam” dari Kontras hanya lah menjadi bumbu penyedap dan pewangi saja untuk menjadikan POLRI lebih kuat dan Profesional sebagai “pengayom rakyat”.
Dikotomi terhadap senior dengan junior sebetulnya tidak perlu terjadi dan seharusnya diabaikan saja dalam konteks profesionalisme pekerjaan. Institusi POLRI beruntung memiliki Tito Karnavian yang menghabiskan waktunya hanya untuk POLRI dan insya allah masih cukup umur memimpin POLRI dalam jangka (waktu) yang cukup lama (kurang lebih lima tahun).
Waktu yang panjang itu merupakan sebuah investasi yang semoga bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Tito Karnavian. Tito Karnavian memiliki cukup waktu untuk membenahi POLRI dibandingkan dengan Kapolri sebelumnya. Dukungan dari seluruh elemen bangsa dipastikan menjadikan Jenderal Tito Karnavian lebih kuat untuk memperbaiki internal POLRI yang sudah disadarinya sendiri membutuhkan banyak perbaikan internal.
Yang perlu diingat bahwa “Tuhan saja sering dianggap tidak bisa memuaskan hambanya, dan hamba-Nya sering tidak tahu diri dan memprotes serta menyalahkan perlakuan Tuhan terhadapnya”.
Jadi tetaplah rendah hati Bung Tito... tidak ada manuisa yang sempurna, karena tidak mungkin engkau bisa memuaskan seluruh ummat manusia di Indonesia.
***Prabumulih, Juni 2016, Ramadhan, 1437 H***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H