Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Legenda Ular Raksasa Gludai di Danau Kibekan

7 Juni 2016   14:08 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:15 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda itu pun menyela sambil berujar “penyebab banjir itu adalah karena kita telah menghancurkan “rumah leluhur” kita yang tanahnya kita gali untuk jalan”.

Semua penduduk pun dibuat terkejut oleh pemuda yang mereka segani itu. Lalu ditengah kebingungan salah seorang penduduk itu memberanikan diri untuk bertanya...”terus apa yang harus kita lakukan, tidak mungkin tanahnya kembali kita ambil dari jalan dan menimbun cekungan yang sudah menyerupai danau itu

Pemuda perkasa itu lalu duduk dan sambil manggut-manggut, tangannya yang kekar mengelus janggut yang menggelantung sampai ke pusarnya. Lalu dia pun merebahkan badannya ke dinding mesjid. Suasana begitu hening.

Pemuda itu pun bergumam dengan suara yang gemetar... “kita cuma punya satu cara agar para leluhur itu tidak marah, yaitu mengeringkan air yang ada didalam cekungan itu dan waktunya sangat singkat, bayangkan saja kalau malam ini hujan deras turun lagi, pasti kita semua akan tenggelam”.

Tapi bagaimana caranya...?” teriak salah satu penduduk desa. “Menimba, tidak mungkin” sahut penduduk lainnya. Suara hiruk pikuk mulai terdengar. Bisik-bisik itupun menjadi suara keras yang sulit dikendalikan...

Kita harus menggali selokan malam ini menuju sungai...” ujar pemuda itu lagi.

“tidak mungkin wahai panutan kami, jaraknya sangat lah jauh...mustahil kita gali dalam waktu satu malam” sahut seorang penduduk.

Sang pemuda gagah itu kemudian melompat ketengah kerumunan suara sambil berujar... “kalau begitu,harus ada yang ditumbalkan, harus ada yang dikorbankan” teriak pemuda itu.

Suasana begitu mencekam, sang kakek memeluk cucunya, para suami pun mencari anak dan istri serta kerabatnya. Semua saling toleh dan semuanya bersepakat tidak ada yang mau menjadi tumbal.

Pemuda gagah yang tenang itu berjalan ke sisi mimbar.. helaan nafas panjang terdengar. Suasana kembali hening.. dia pun berujar... “kalau besok ada selokan yang mengalir panjang dari cekungan ke sungai lubai maka kalian tidak usah lagi mencari aku”.

...dan bila kalian melihat seekor ular yang panjang ditengah cekungan itu juga jangan lah dibunuh” pinta pemuda itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun