Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadikan Prabumulih Sebagai Kota Tujuan

4 Januari 2016   14:42 Diperbarui: 4 Januari 2016   19:58 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By. FIKRI JAMIL, S.Kep, Ners, M.Si

Menarik dicermati sambutan pembuka tahun Walikota Prabumulih di apel bulanan Senin, tanggal 4 januari 2016 dihalaman kantor Pemerintah Kota Prabumulih yang menjelaskan posisi Kota Prabumulih sekaligus mengevaluasi secara gamblang kinerja beberapa SKPD Dilingkungan Pemerintah Kota Prabumulih. Salah satu yang menarik perhatian adalah pernyataan Beliau untuk menjadikan Kota Prabumulih sebagai kota “tujuan” bukan kota “perlintasan” atau Kota “Transit” di bumi pertiwi ini. Untuk kami sebagai aparat Pemerintah Kota Prabumulih memaknai sambutan Walikota Prabumulih tersebut sebagai arahan atau bahkan instruksi untuk merubah wujud (image) Kota Prabumulih tidak lagi sebagai Kota Transit. Terus pertanyaannya adalah seberapa penting hal tersebut dilakukan? Dan dengan cara apa dan bagaimana bisa dilakukan?. Mari kita pahami satu per satu keinginan Pak Wali tersebut guna mewujudkan Kota Prabumulih sebagai Kota Tujuan.

 

ASAL MULA KOTA PRABUMULIH SEBAGAI KOTA TRANSIT

Penulis belum menemukan hasil riset ilmiah yang menyebutkan dan mendasari sebutan asal mula Kota Prabumulih sebagai Kota Transit. Namun penulis mencoba by factual dari yang penulis alami sendiri. Beberapa tahun yang lalu penulis tinggal di Kota Baturaja Ogan Komering Ulu dan sering bepergian ke Kota Palembang untuk beberapa pekerjaan seperti mengajar dan lain sebagainya. Kendaraan yang sering penulis gunakan adalah mobil travel, ditengah jalan (baik dari Palembang ke Baturaja atau sebaliknya), abang sopir travel tersebut akan bilang ke para penumpang bahwa mobilnya nanti akan mampir dirumah makan di Kota Prabumulih untuk sekedar Buang Air Kecil (kencing) atau makan. Kemudian kalau ada Bus mau ke Muara Enim, Lahat, Pagar Alam dan seterusnya pasti juga mampir di Kota Prabumulih untuk sekedar buang hajat, melepas lelah, makan terus berangkat lagi. Mungkinkan dari sanalah asal mula Kota Prabumulih disebut sebagai Kota Transit.

Kalau betul sungguh tidak beruntung Kota Prabumulih sebagai Kota Transit yang berkonotasi demikian. Namun kalau konotasinya adalah mau kemana saja orang keluar dari Provinsi Sumatera Selatan ini mau tidak mau, suka tidak suka harus melewati Kota Prabumulih maka akan cukup berdampak banyak terhadap kehidupan masyarakat Kota Prabumulih terutama kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya. Banyaknya masyarakat yang singgah di Kota Prabumulih tentu akan sangat banyak menggerakkan kehidupan Masyarakat Kota terutama sektor-sektor non formal. Rumah makan tumbuh seperti cendawan dimusim hujan, pedagang bakso dan warung tegal berhamburan, mau cari makan selama 24 jam pun tersedia dengan mudah di Kota Prabumulih. Sehingga layak jugalah Kota Prabumulih disebut sebagai kota dagang dan kota jasa karena Prabumulih sebagai disebut sebagai “kota transit”. Apapun itu yang jelas Kota Prabumulih sekarang sudah dikenal dimana-mana. Hal ini juga menjadikan masyarakatnya tidak perlu lagi minder dengan menyebut asal dan tinggalnya di Kota Prabumulih bumi seinggok sepemunyian. Yes Prabumulih Kota PRIMA Berkualitas. Sekarang masyarakat bangga sebagai masyarakat Kota Prabumulih.

 

MENJADIKAN PRABUMULIH SEBAGAI KOTA “TUJUAN”

Bagaimana dengan Prabumulih “Kota Tujuan”. “ Kota Tujuan” bermakna banyak sekali, namun apapun itu tujuan utamanya adalah mensejahterakan masyarakat Kota Prabumulih sebagai tujuan dasar dari suatu proses pembangunan. Membedah Prabumulih sebagai “Kota Tujuan” pasti membutuhkan waktu yang lama, diskusi yang panjang, riset yang mendetail dan pendekatan komparasi yang melelahkan. Kalau lah boleh di-share di kolom ini, kita hanya akan membatasi pada apa yang disebut sebagai pilar “PRABUMULIH PRIMA” (Prestasi, Religius, Inovatif, Mandiri dan Aman). Diberbagai kesempatan Walikota Prabumulih sering menyampaikan bahwa masalah Prabumulih adalah (1) Masalah sosial dengan masih banyaknya penduduk miskin; (2) Masalah Ekonomi dengan masih tinggginya tingkat pengangguran; dan (3) Masalah Infrastuktur (baik infarstruktur dasar maupun pendukung). Dengan demikian secara tidak langsung, apa yang disampaikan oleh Walikota Prabumulih tersebut merupakan aplikasi dari Pilar PRABUMULIH PRIMA. Sekedar mengingatkan bahwa ada empat Pilar Prabumulih PRIMA yaitu : (1) Good governance dan clean goverment; (2) Dibukanya lapangan pekerjaan untuk mengurangi kemiskinan; (3) Infrastruktur sampai ke pinggiran kota; dan (4) Smart City.

Program pengentasan kemiskinan sudah dituangkan didalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kota Prabumulih berbasis by name by Address (BNBA). Penghargaan pihak luar terhadap program ini sudah sangat banyak, terakhir Bapak Walikota Prabumulih mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden RI pada peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di Kupang NTT. Hal ini menunjukkan berbagai program yang dilakukan Pemerintah Kota Prabumulih diapresiasi oleh banyak pihak. Sejak tahun 2014 yang lalu pemerintah Kota Prabumulih telah bergerak secara sistematis, terukur dan terarah dalam membuat program pengentasan kemiskinan. Dimulai dari membangun rumah baru yang tidak layak huni milik sendiri sampai dengan program bantuan yang bertujuan memandirikan masyarakat melalui peningkatan pendapatan berbasis keluarga.

Saat ini Kota Prabumulih berumur 14 tahun (berdiri 17 Oktober 2001). Insya allah sudah akil baligh sebagai DOB dari Kabupaten Muara Enim. Data PDRB terakhir tahun 2014 ini menunjukkan indikator yang baik yang dapat diungkapkan untuk melihat basis kehidupan masyarakat Prabumulih sebagai sebuah “KOTA”. Kita coba pakai cara ukur PDRB yang lama dulu dengan menggunakan 7 sektor usaha yang dikelompokkan kedalam 3 sektor pada tabel dibawah ini tentang PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PER SEKTOR KOTA PRABUMULIH TAHUN 2003, 2008 DAN 2013

SEKTOR

2003

2008

2013

% Primer

42,95

40,90

31,23

% Sekunder

17,85

16,59

18,61

% tersier

39,20

42,51

50,16

Sumber data : BPS Kota Prabumulih

Tabel itu menunjukkan bahwa Kota Prabumulih sebagai kota yang baru  terbentuk pada tahun 2001 telah menunjukkan ciri khasnya sebagai daerah urban/perkotaan sejak tahun 2008. Pada tahun 2008 itu, sektor tersier menyumbang sebesar 42,51 persen terhadap total PDRB Kota Prabumulih, sedangkan sektor primer menyumbang sebesar 40,90 persen.  Sejak saat itu sampai dengan sekarang, kontribusi sektor tersier semakin meningkat, sedangkan kontribusi sektor primer sebaliknya. Sementara pada tahun 2013, sektor tersier memberi kontribusi yang semakin meningkat lagi yaitu sebesar 50,16 persen, sedangkan kontribusi sektor primer semakin menurun menjadi sebesar 31,23 persen.  Inilah ciri khas sebuah Kota yang tidak lagi mengandalkan sektor primer sebagai penyumbang utama PDRB Kota Prabumulih.

Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 2003 s.d tahun 2013 mengalami perkembangan yang pesat sebagaimana tergambar dari gambar dibawah ini :

 

Laju Pertumbuhan Ekonomi

2003

2008

2013

1. Dengan Migas

4,60

5,32

5,41

2. Tanpa Migas

5,46

6,74

7,45

Sumber data : BPS 2014

Laju pertumbuhan ekonomi  menunjukkan kinerja perekonomian Kota Prabumulih yang menggambarkan perkembangan sekaligus menunjukkan adanya percepatan dalam proses pembangunan. Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Kota Prabumulih hanya sebesar 4,60 persen. Selanjutnya, dengan pembangunan di segala bidang, maka secara bertahap ekonomi Kota Prabumulih terus tumbuh, hingga pada tahun 2013 menjadi 5,41 persen dengan migas dan 7,45% tanpa migas.

Sementara Data BPS terakhir menunjukkan bahwa perekonomian Kota Prabumulih pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Dimana laju pertumbuhan PDRB Kota Prabumulih tahun 2014 mencapai 11,51 persen, dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 5,41%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi  dicapai oleh kategori pertambangan dan penggalian sebesar 65,17 persen. Sedangkan seluruh kategori ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2014 mencatat pertumbuhan yang positif.

Data diatas mengindikasikan bahwa secara faktual, Kota Prabumulih adalah kota yang bisa “dijual” secara positif keberbagai kalangan, terkhusus kepada investor. Dengan catatan permudah dan persingkat perizinan sekaligus transparan dan akuntabel, lakukan pendampingan UMKM, perkuat akses masyarakat kepermodalan, Evaluasi menyeluruh terhadap Aparatur Pemerintah pemberi pelayanan, infrastruktur yang memadai

Kota Prabumulih sudah punya brand image yang melekat kuat tidak hanya dimasyarakat lokal Prabumulih tetapi masyarakat lain diluar Sumatera Selatan sebagai Kota Dagang dan Kota Jasa, Kota Gas, Kota Minyak, Kota Nanas, Kota Transit yang tidak dimiliki oleh kota lain terkhusus di Sumatera Selatan. Alhamdulillah sekarang bertambah lagi sebagai “Kota Tujuan”.

Dengan demikian menjadikan Kota Prabumulih sebagai Kota Tujuan sebagaimana Sambutan Bapak Walikota Prabumulih diapel bulanan itu merupakan suatu bentuk optimisme modern sebagai tanggung jawab sebagai Kepala Daerah dan Kepala Pemerintahan di Kota Prabumulih yang harus didukung bahu-membahu oleh seluruh stakeholder Kota Prabumulih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun