Dinamika interaksi negara-negara di kawasan Asia Timur selalu berada dalam posisi yang bersitegang antara satu sama lain, hal tersebut dikarenakan adanya historis yang kelam antar pihak seperti yang terjadi pada masa kolonialisasi hingga berbagai peperangan yang terjadi yang tentunya meninggalkan ingatan buruk yang membekas serta memunculkan rasa khawatir dan curiga satu sama lain. Adanya perlombaan senjata turut memperburuk hubungan antar negara, seperti yang terjadi di Semenanjung Korea dimana Korea Utara terus mengembangkan kekuatan militer nuklir nya bersamaan dengan Korea Selatan yang semakin mempererat hubungan militernya dengan Amerika dan juga Jepang melalui kerjasama militer trilateral (Karmilawaty, R. S., & Abdurrohim, M. (2024).
      Dalam upaya untuk menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan Semenanjung Korea dibutuhkan solusi yang adil, dan dapat diterima oleh semua pihak agar nantinya solusi yang telah dibuat dapat dipastikan pengimplementasiannya, mengingat telah banyak solusi yang ditawarkan namun masih belum berhasil mencapai kesepakatan dan perdamaian sebagai tujuan utama nya. Oleh sebab itu melalui penulisan essay ini, penulis menawarkan sebuah solusi komprehensif yang dirangkum dari berbagai solusi terdahulu namun tetap memiliki gagasan yang fresh dan tentunya suitable and fair. Melalui pembentukan Talk of Parties for Korea Security and Peacefully (K-TOP) yang nantinya akan menjadi forum berkuasa penuh dalam penyelesaian permasalahan di Semenanjung Korea dan juga mencapai perdamaian dunia.
      Tulisan ini akan dibagi menjadi 3 bagian dengan tujuan untuk dapat memberikan penjelasan runtut dan juga komprehensif, yaitu Situasi dan Keadaan Terkini, Solusi yang ditawarkan serta Pengimplementasian dari Solusi yang dibuat. Besar harapan agar nantinya solusi ini dapat menjadi acuan bagi para pembaca dan pemangku kebijakan dalam merumuskan suatu kebijakan ataupun menyuarakan perdamaian bagi para pihak yang bersitegang.
      Situation OverviewÂ
      Konflik yang telah berkepanjangan ini memerlukan solusi yang tepat, akurat dan dapat segera di implementasikan, mengingat ketegangan yang semakin meningkat dan juga aksi-aksi yang dilakukan oleh kedua belah pihak menimbulkan kekhawatiran akan meletusnya perang di Semenanjung Korea dan hal ini tentu menjadi kewajiban bagi semua pihak untuk menjaga keamanan dan juga perdamaian dunia.
      Pemisahan Korea menjadi dua negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan pada tahun 1948 tidak terlepas dari pengaruh negara Super Power kala itu, yaitu Amerika Serikat dan juga Uni Soviet (Oberdorfer & Carlin, 2013). Sejak saat itu kedua negara selalu bersitegang dan melakukan berbagai tindakan yang mengancam satu sama lain, Korea Selatan dengan aliansi nya bersama Amerika Serikat dan juga Jepang, serta Korea Utara dengan pengembangan reaktor nuklir nya dengan bantuan finansial dari China dan Uni Soviet atau Rusia (Sepherd Iverson, 2019).
      Kalkulasi kekuatan kedua pihak yang semakin meningkat akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran akan postulasi aksi menuju the next level, yaitu melancarkan serangan terhadap satu sama lain. Terbukti berbagai uji coba rudal bermuatan nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara di dekat wilayah Korea Selatan dan juga Jepang (BBC, 2021) menyebabkan instabilitas keamanan regional bahkan global, sebab apabila satu serangan dilakukan, korban dan dampak yang ditimbulkan tidak dapat dipilah dan hanya ditujukan bagi sesama warga Korea saja, tetapi warga negara lain yang berada di wilayah konflik dapat menjadi sasaran dan hal ini dapat mendorong negara-negara lain untuk terlibat ke dalam konflik.
      Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi ancaman dari pengembangan nuklir Korea Utara, yang mana salah satu upaya yang telah dilakukan ialah melalui forum Six Party Talks yang telah hadir untuk dapat memfasilitasi mediasi program denuklirisasi Korea Utara yang mana berisikan Korea Utara, Korea Selatan, Amerika, Jepang, Rusia dan juga China (John S. Park, 2005). Dalam perjalanannya hingga 2009 telah terlaksana 6 pertemuan six party talks yang membahas terkait mekanisme denuklirisasi yang akan dilaksanakan, yang mana juga terdapat kesepakatan antar pihak yang menjanjikan pemberian insentif bagi Korea Utara untuk melakukan denuklirisasi yaitu berupa bantuan ekonomi untuk investasi dan pembangunan serta juga pengurangan sanksi (Han, Y. S. 2016). Semua upaya tersebut gagal saat Korea Utara memutuskan untuk keluar dari six party talks, sebab terdapat preferensi kepentingan masing-masing pihak yang mana tidak berfokus pada perdamaian saja, tetapi juga kepentingan politik negaranya, yang mana tujuan utama nya ialah untuk melucuti kekuatan Korea Utara yang selama ini dianggap sebagai sebuah ancaman.
      Ancaman yang ada tidak hanya dirasakan oleh Korea Selatan saja, namun jika menggunakan perspektif yang berbeda, terdapat ancaman dan kekhawatiran yang juga dirasakan oleh Korea Utara. Pengembangan kekuatan nuklir oleh Korea Utara disebabkan oleh adanya ancaman dari berbagai pihak, dan Korea Utara merasa bahwa dengan memiliki kekuatan nuklir maka negaranya dapat memiliki kekuatan yang mampu menyeimbangi kekuatan pihak lawannya. Hal tersebut merupakan langkah nyata Korea Utara dalam menjaga kekuatannya di kancah internasional (Purwono, A., & Zuhri, A. S, 2010).
      Ancaman yang dirasakan rezim Pyongyang tidak bisa lepas dari dinamika hubungan antar pihak yang bersitegang, seperti kedekatan hubungan yang erat antara Korea Selatan dengan Amerika dan Jepang yang dianggap menjadi ancaman bagi Korea Utara. Dapat dipahami bahwa isu nuklir Korea Utara yang disebabkan karena adanya ancaman, juga menjadi ancaman bagi pihak-pihak lainnya. Atas dasar hal tersebut, penting untuk mencermati formulasi solusi yang akan diajukan, agar nantinya solusi yang dibuat dapat diimplementasikan secara efektif dan tidak merugikan pihak manapun.
      Proposed Solution