Mohon tunggu...
Fikri Hakim
Fikri Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Seorang mahasiswa yang selalu bersemangat menjalani hari-hari penuh tantangan di dunia akademik. Dengan hobi makan, menjadikan petualangan kuliner sebagai cara untuk melepas penat dan menemukan inspirasi baru. Baginya, setiap hidangan adalah pengalaman unik yang melengkapi perjalanan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Love

udah 2025 kok ga punya pacar ?

7 Januari 2025   20:13 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:13 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Dalam masyarakat modern, pertanyaan seperti "Udah 2025 kok ga punya pacar?" sering menjadi tekanan sosial, terutama bagi generasi muda. Namun, apakah pertanyaan ini relevan dari sudut pandang agama dan psikologi? Artikel ini akan membahas larangan berpacaran dari perspektif Islam berdasarkan pandangan ulama, serta dampaknya dari sisi psikologi.

Perspektif Agama: Larangan Berpacaran dalam Islam

Dalam Islam, konsep pacaran sering kali dikaitkan dengan perbuatan yang mendekati zina, yang jelas dilarang dalam Al-Qur'an. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk. (QS.Al-Isr' :32)

Pendapat para ulama menegaskan bahwa pacaran tidak sejalan dengan syariat Islam karena berpotensi membuka pintu maksiat. Ustaz Abdul Somad, salah satu ulama terkemuka di Indonesia, menjelaskan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram hanya diperbolehkan dalam ikatan pernikahan. Menurutnya, pacaran sering kali membawa fitnah, baik berupa interaksi fisik maupun emosional yang melampaui batas-batas agama.

Syekh Yusuf al-Qaradawi juga menambahkan bahwa menjaga hubungan antara laki-laki dan perempuan harus dilandasi dengan kehormatan dan niat untuk menikah, bukan untuk sekadar menjalin hubungan tanpa arah yang jelas. Dalam hal ini, Islam menawarkan solusi berupa proses taaruf, yaitu pendekatan yang lebih Islami untuk mengenal calon pasangan dalam kerangka yang diawasi oleh keluarga atau wali.

Perspektif Psikologi: Dampak Positif dan Negatif Berpacaran

Dari sudut pandang psikologi, berpacaran memiliki dampak yang kompleks, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, hubungan romantis dapat memberikan dukungan emosional dan rasa kebahagiaan. Namun, di sisi lain, pacaran juga dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi, terutama jika hubungan tersebut tidak sehat.

Psikolog Ratih Ibrahim menyoroti bahwa tekanan sosial untuk memiliki pasangan sering kali membuat seseorang merasa tidak cukup baik jika mereka masih lajang. Padahal, kebahagiaan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh status hubungan. Ia menyarankan agar individu fokus pada pengembangan diri, karier, dan hubungan dengan keluarga serta teman-teman yang mendukung.

Sebaliknya, bagi mereka yang memilih untuk tidak berpacaran demi alasan agama atau prinsip pribadi, ada manfaat psikologis yang signifikan. Mereka cenderung lebih stabil secara emosional karena tidak menghadapi drama atau konflik yang sering terjadi dalam hubungan pacaran. Selain itu, memilih untuk menunggu waktu yang tepat untuk menikah dapat mengurangi risiko patah hati yang mendalam.

Kesimpulan: Jangan Takut Jadi Beda

Tidak memiliki pacar di tahun 2025 bukanlah sesuatu yang memalukan, terutama jika keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan matang berdasarkan prinsip agama dan kesehatan mental. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari ketaatan kepada Allah dan menjaga diri dari hal-hal yang mendekati dosa. Dari sisi psikologi, tidak berpacaran dapat menjadi pilihan yang sehat jika digunakan untuk memprioritaskan pengembangan diri.

Jadi, daripada merasa tertekan oleh standar sosial yang tidak relevan, lebih baik fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidup. Setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda, dan tidak ada yang salah dengan menunggu waktu yang tepat untuk menemukan pasangan hidup. Karena pada akhirnya, kualitas hubungan jauh lebih penting daripada kuantitasnya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun