Mohon tunggu...
Fikri Haekal Akbar
Fikri Haekal Akbar Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin

Fikri Haekal Akbar merupakan penulis buku "Mahastudent: Mahasiswa dengan Segala Keresahannya".

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

The Maroons Nodai Wajah Sepak Bola Asia

16 April 2024   12:00 Diperbarui: 16 April 2024   13:39 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Instagram @seasia.goal

Sebagai pecinta sepak bola, kita sering kali melihat Qatar sebagai harapan baru dalam mengangkat standar permainan di Asia setelah mereka berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Namun, harapan tersebut kini terhempas oleh bayangan kecurangan dan nepotisme yang mengelilingi prestasi mereka. Qatar, yang seharusnya menjadi contoh integritas dan fair play, namun hari ini mereka justru menunjukkan berbagai kontroversi yang merusak citra sepak bola Asia di mata dunia.

Kejanggalan muncul ketika Qatar memenangkan Piala Asia 2024, terutama dengan cara yang kontroversial. Pada partai final melawan Yordania (10/2/24), Qatar mendapatkan tiga penalti berturut-turut yang mengundang kecurigaan akan adanya campur tangan yang tidak fair. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang keadilan dalam sepak bola regional Asia, di mana politisasi uang tampaknya lebih berpengaruh daripada kualitas permainan.

Peristiwa tersebut kemudian menjadi awal dari serangkaian insiden yang semakin memperburuk citra Qatar di kancah sepak bola Asia. Pada laga pembuka Piala Asia U-23 2024 melawan Indonesia (15/04/24), kontroversi mencuat kembali. Kontroversial wasit Nasrulloh Kabirov dan penggunaan VAR yang dipertanyakan memberi kesan bahwa Qatar didukung secara berlebihan dalam pertandingan tersebut. Hal ini tidak hanya mencoreng integritas turnamen, tetapi juga memberikan gambaran tentang bagaimana kepentingan politis dan uang dapat merusak esensi olahraga.

Namun, yang lebih memprihatinkan adalah gaya permainan Qatar yang terkesan buruk dan tidak fair. Diving dan berlebihan dalam mencari pelanggaran menjadi ciri khas tim ini, yang menambah daftar kritik terhadap mereka. Sikap seperti ini bukan hanya merugikan lawan, tetapi juga menciderai kebanggaan sepak bola Asia secara keseluruhan.

Mengingat semua kontroversi dan tuduhan yang melingkupi Qatar, sudah saatnya untuk mempertanyakan integritas dan kejujuran dalam sepak bola Asia. Apakah kita benar-benar ingin menerima sebuah realitas di mana keputusan di lapangan tidak lagi ditentukan oleh kualitas permainan, melainkan oleh faktor politik dan uang?

Selain itu, tindakan Qatar juga memberikan pesan yang salah kepada generasi muda yang memandang sepak bola sebagai contoh fair play dan sportsmanship. Bagaimana kita bisa mengajarkan nilai-nilai tersebut jika contoh yang diberikan oleh tuan rumah seperti Qatar adalah kecurangan dan manipulasi?

Untuk memulihkan kepercayaan publik dan mengembalikan integritas sepak bola Asia, langkah-langkah perlu diambil. Federasi Sepak Bola Asia (AFC) harus melakukan investigasi menyeluruh terhadap semua tuduhan dan memastikan bahwa peraturan dan standar fair play dijaga dengan ketat. Selain itu, penting untuk memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggar-pelanggar, sehingga pesan bahwa kecurangan tidak akan ditoleransi dapat disampaikan dengan jelas.

Dalam kesimpulan, Qatar tidak lagi hanya mewakili harapan bagi sepak bola Asia, tetapi juga menjadi cermin dari kebobrokan yang mengancam integritas olahraga. Sudah waktunya bagi kita untuk bersatu dalam menentang praktik-praktik yang merusak dan memastikan bahwa sepak bola tetap menjadi panggung untuk bakat, dedikasi, dan kejujuran. Hanya dengan mengambil tindakan bersama, kita dapat mengembalikan kehormatan dan kebanggaan pada sepak bola Asia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun