Mohon tunggu...
Fikri Hadi
Fikri Hadi Mohon Tunggu... Dosen - Instagram / Twitter: @fikrihadi13

Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya || Sekjen Persatuan Al-Ihsan. Mari turut berpartisipasi dalam membangun pendidikan, sosial, ekonomi umat di Persatuan Al-Ihsan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

BEM FH UWP Gelar Seminar Pelaksanaan Demokrasi Dalam Pemilu

17 Maret 2024   17:37 Diperbarui: 17 Maret 2024   17:38 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra (BEM FH UWP) menggelar seminar bertemakan Kepastian Hukum dengan tajuk "Pelaksanaan Demokrasi Dalam Pemilu" pada Sabtu, 16 Maret 2024 di Gedung E, UWP Kampus Benowo.

Pemateri pada seminar tersebut ialah Pakar Hukum Tata Negara & Administrasi Negara UWP, Dr. Nuryanto A. Daim, S.H., M.H., serta dimoderatori oleh Mahasiswa FH UWP, Teguh Harjono.

Seminar tersebut dihadiri oleh puluhan peserta yang terdiri dari mahasiswa FH UWP serta para akademisi dan aktivis hukum di Jawa Timur. Seminar tersebut dibuka langsung oleh Dekan FH UWP, Dr. Andy Usmina Wijaya, S.H., M.H.

Pada sesi pemaparan, Dr. Nuryanto menyampaikan landasan teoritis dan historis dari demokrasi. Ia menyampaikan bahwa demokrasi berakar dari pengalaman bernegara dari Bangsa Yunani Kuno.

"Ada banyak prinsip dalam sistem politik demokrasi. Di antaranya ialah pemilu yang bebas, partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya, tata kelola pemerintahan yang terbuka, pers yang bebas dan pengakuan terhadap hak-hak minoritas", paparnya.

Nuryanto juga memaparkan sejumlah temuannya terkait ironi demokrasi di Indonesia saat ini. Di antaranya ialah kekuasaan yang terbesar berada di DPR, sampai-sampai seluruh lembaga negara di Indonesia dibentuk oleh DPR. Selanjutnya ialah Anggota DPR menjadi petugas partai sehingga bekerja hanya untuk partai, bukan untuk rakyat. Kemudian tidak adanya prinsip check and balances sehingga muncul kekuasaan yang dominan.

"Hal ini bisa dilihat pada pelaksanaan Pemilu kemarin. Sejatinya, sistem pemilu kita sudah cukup demokratis. Permasalahannya rakyat Indonesia sebagai pemilih tidak memahami proses pemilu sebagai proses penyerahan sebagian kedaulatan rakyat kepada orang yang dipilihnya", ujarnya.

Ia juga menyoroti mahalnya biaya politik atau political high cost di Indonesia. Berdasarkan penelitian dari sejumlah lembaga riset, seorang calon anggota DPR maupun DPRD harus menyiapkan  ratusan juta hingga miliaran rupiah untuk biaya yang diperlukan dalam rangka Pemilu seperti kampanye dan sebagainya.

"Akhirnya penguasa pada pemerintahan ialah orang-orang yang memiliki kekuatan di bidang ekonomi dan logistik seperti korporasi. Inilah yang melahirkan Sistem Corporatocracy", ujarnya.

Di akhir, beliau menekankan bahwa salah satu solusinya ialah memperkuat lembaga pengawasan eksternal serta membangun kesadaran politik masyarakat melalui LSM Pemantau Pemilu.

"Ini adalah tugas kita bersama sebagai civitas akademika di Indonesia", tandasnya.

Ketua BEM FH UWP, Rudi Santoso menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dalam rangka membangun nuansa akademis di FH UWP. Terlebih isu kepemiluan merupakan isu hangat akhir-akhir ini.

"Kedepan kami berencana mengadakan sejumlah seri diskusi dan seminar untuk membangun kesadaran hukum di kalangan mahasiswa FH UWP dan masyarakat, sejalan dengan moto UWP, Growth with Society", ujar Rudi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun