ASN). Berawal dari kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy kepada David hingga berakibat atensi publik yang berpusat pada kehidupan keluarga Mario.
Dewasa ini ramai pemberitaan mengenai kehidupan yang serba hedon atau bermewah-mewahan yang dilakukan oleh keluarga Aparatur Sipil Negara (Mario yang ternyata merupakan putra dari Rafael Alun -- eks Kepala Bagian Umum Direktrorat Jenderal Pajak, Kantor Wilayah Jakarta Selatan. Netizen yang melacak kehidupan Mario melalui jejak digital di media sosial menemukan bahwa selama ini Mario sering memamerkan kehidupan mewah di media sosial, termasuk yang menjadi sorotan ialah mobil Rubicon yang ternyata tidak ada dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dari Rafael Alun.Â
Bahkan berdasarkan data LHKPN, kekayaan yang dilaporkan oleh Rafael mencapai Rp 56 Miliar -- jumlah yang dinilai sangat besar bagi seorang ASN. Selanjutnya diketahui bahwa terdapat transaksi janggal di keluarga Rafael senilai Rp 500 Miliar. Belakangan akhirnya Rafael ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada kasus gratifikasi.
Ternyata atensi publik tak hanya sampai di keluarga Rafael saja. Sejumlah kehidupan dari sejumlah ASN di berbagai wilayah banyak dibongkar oleh netizen dan menjadi pembahasan di platform media sosial seperti Twitter. Kebanyakan kehidupan bermewah-mewahan tersebut dilakukan oleh istri atau anak dari ASN tersebut.Â
Akibatnya publik bertanya-tanya kepada ASN tersebut, dari mana sumber kekayaan ASN yang bersangkutan dan bagaimana pola dalam membimbing keluarga yang bersangkutan. Karena bisa saja ASN tersebut bersikap sederhana, namun keluarganya tidak mencerminkan hal tersebut atau tidak melakukan hal yang serupa dengan sang ASN tersebut.
Ibarat butterfly effect. Dari kasus penganiayaan seorang pemuda hingga merambat ke kehidupan para ASN di Indonesia. Bahkan isu yang terhangat adalah transaksi janggal sebesar Rp 349 Triliun di Kementerian Keuangan yang diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam), Mahfud MD yang menghebohkan dua cabang kekuasaan negara yakni kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif.
Karena satu orang mengakibatkan heboh dan repotnya satu negara. Istilah Paribasan dalam Bahasa Jawa ialah 'anak polah bapa kepradah'. Kalau diterjemahkan secara bebas, bisa dikatakan anak berulah maka orangtua akan terkena getahnya, atau bisa juga anak berulah orangtua yang ikut menanggung akibatnya. Karena ulah Mario, sang Ayah kena getahnya. Bahkan bila ditarik ke kehidupan bernegara, dapat dikatakan bahwa gara-gara ulah seorang pejabat, satu instansi bahkan satu negara (dalam hal ini ialah ASN) kena getahnya.
Dari kejadian-kejadian tersebut di atas, maka merupakan momen yang tepat di Bulan Ramadan tahun ini untuk mengintrospeksi diri, bertafakkur dan bermuhasabah tentang dinamika kehidupan bernegara saat ini akibat kelakuan dari ASN dan keluarga-keluarga ASN yang terindikasi bermewah-mewahan. Salah satunya dengan belajar dari kehidupan Rasulullah -- Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Dalam hal ini, salah satu yang dapat dicontoh ialah kehidupan Umar Bin Khattab r.a.
Umar bin Khattab, dalam Bertindak Sebagai Pejabat Publik dan Kepala Keluarga
Umar Bin Khattab r.a. merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi Khalifah Kedua (pemimpin) pada masa Khulafaur Rasyidin sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar Ash-shiddiq r.a.. Berdasarkan catatan sejarah, Umar termasuk salah satu pemimpin yang hebat dan suri teladan dalam masalah keislaman. Beberapa hadits menyebutkan dirinya sebagai sahabat Nabi paling utama setelah Abu Bakar. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Rasulullah yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Salah satu yang paling dikenang dalam kepemimpinan Umar ialah bagaimana ia menyikapi kehidupan keluarganya semasa ia menjadi Khalifah.