Sesosok tadi dituntun oleh salah satu pegawai masuk ke dalam dapur. Dalam satu jam, ia keluar dengan membawa 4 hidangan. Keempat hidangan tersebut diletakkan di atas meja, Pak Rudi mengambil suapan pertama. Gigitan pertama seketika membuat binar mata Pak Rudi kembali terang. Para pegawai ikut mencoba. Mereka semua setuju dengan ekspresi Pak Rudi.
“Ini sempurna! Kau bisa membantuku? Aku sudah tidak bisa membuat resep baru. Lidahku kelu mati rasa untuk sesuatu yang baru.”
“Aku yakin bisa,” jawabnya mantap.
“Baiklah, tapi siapa nama kamu?”
“Didin.”
Bergabungnya Didin ke dalam dapur kedai Pak Rudi menjadi amunisi baru. Mereka berdua dapat bekerja sama setiap hari untuk menciptakan berbagai macam olahan dan jenis makanan baru. Para pegawai merasa ada tantangan baru setiap harinya. Kejenuhan mereka perlahan sirna.
Bertambahnya menu membuat kedai Pak Rudi semakin laris. Para pelanggan yang awalnya ingin beralih malah semakin betah mengunjungi kedai Pak Rudi. Setiap hari pelanggan menyesaki kedai Pak Rudi, malah lebih padat daripada sebelumnya.
Didin menganjurkan pada Pak Rudi mengganti nama kedai sebagai awal dari jaman baru. Agar pelanggan juga dapat merasakan semangat yang baru pula.
“Jadi menurut kau, nama apa yang tepat untuk kedai ini?” tanya Pak Rudi.
“Bagaimana kalau gabungan nama kita?”
“Boleh juga.”