Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Police Story 2013 (2013)

17 Januari 2014   16:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berada di depan loket penjualan tiket, saya bingung memilih antara Police Story 2013 dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wick. Jika saya menonton Tenggelamnya Kapal Van Der Wick, maka saya akan menghargai film buatan dalam negeri, tetapi menambah pundi-pundi kekayaan rumah produksi saingan kantor, hahaha. Jika saya menonton Police Story 2013, maka saya akan menonton Jackie Chan, walau saya tahu Jackie Chan sudah tak muda lagi.

Akhirnya Police Story 2013 saya konsumsi untuk membunuh waktu. Dengan alasan kekaguman saya terhadap Jackie Chan, bukan kekaguman maksud saya, tapi pemujaan. Waktu masih kecil, saya pikir Jackie Chan adalah salah seorang yang mampu melindungi jika bumi diserang monster. Saya tumbuh besar bersama film-film Jackie Chan. Dari Drunken Master, Project A dan sekuelnya, Police Story dan sekuelnya, City Hunter, Mr. Nice Guy, Who Am I?, Rush Hour, sampai The Karate Kid, saya disuguhi adegan-adegan yang hingga kini melekat di kepala.

Jika kamu sudah membeli tiket bioskop dengan harapan film ini akan seperti film Jackie Chan pada umumnya, maka saran saya adalah cari siapapun di sekitarmu lalu segeralah jual kembali tiket itu! Film ini sangat jauh dari laga dan komedi slapstick ala Jackie Chan. Tidak ada aksi Jackie Chan meliuk-liuk menghindari lemparan pisau, tendangan, ataupun pukulan lawan, apalagi berkelit-kelit melewati palang, meloncati pagar, hingga merayap dinding untuk mengejar penjahat.

Layaknya film mandarin, Police Story 2013 ini berbahan bakar balas dendam. Jackie Chan berperan sebagai Zhong Wen, polisi yang dari tampangnya seperti sedang mempersiapkan masa pensiun. Ia berjanji bertemu dengan seorang perempuan cantik, Miaomiao, yang diperankan oleh Jing Tian di sebuah bar di tengah kota. Dari obrolan mereka, ternyata Zhong Wen adalah ayah Miaomiao. Lalu saya malas menceritakan bagaimana prosesnya, pertemuan ayah dan anak yang ingin mengenalkan pacarnya berubah menjadi situasi penyanderaan.

Mengambil lokasi hanya di dalam bar, saya pikir Police Story 2013 termasuk film dengan dana minim. Lalu penggunaan dua subtitle yang memenuhi bagian bawah layar. Wajar, Police Story 2013 berbahasa mandarin. Film ini penuh dengan dialog panjang, mungkin seperti ingin mengubah kesan yang Jackie Chan selalu tampilkan: garang dan penuh canda, menjadi Jackie Chan yang penuh karisma dan kedewasaan. Jackie Chan benar-benar meninggalkan slapstick, komedi yang ada di film ini penuh dengan aroma satir.

Lagi-lagi menurut saya, Police Story 2013 terlalu memusingkan di awal-awal. Cerita yang terlalu dipanjang-panjangkan, dan sudut kamera yang sering berubah dan bergerak-gerak. Di tengah-tengah cerita, alur terasa sangat datar. Tidak jauh beda dengan bagian akhir, anti-klimaks.

Kalau bukan Jackie Chan, mungkin saya sudah keluar dari bioskop dan merelakan uang saya hangus begitu saja. Untungnya, Police Story 2013 berhasil menahan saya sampai barisan credit title ditayangkan. Apalagi penyebabnya, selain adegan-adegan ‘dibuang sayang’ khas Jackie Chan. Baru saat itulah saya melihat Jackie Chan yang seharusnya.

Dengan kerutan di wajah, gerakan yang tidak segesit 15 – 20 tahun yang lalu, dan beberapa bagian kulit yang sudah mengendur, Jackie Chan masih saja melakukan adegan sulit tanpa stunt man. Saya rasa di umur setua itu, Jackie Chan sudah selayaknya duduk di belakang kamera sambil memandu. Saya keluar bioskop dengan kecewa. Bukan, bukan karena tidak ada aksi laga dan komedi, tetapi karena Jackie Chan sudah tidak seperti dulu lagi.

Jadi bagi saya, menonton Police Story 2013, sekilas sama seperti Spongebob yang datang berkunjung ke rumah idolanya, Barnacle Boy dan Mermaid Man.

[Jakarta. 14 Januari 2014. Fikri]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun