Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Sempu - Dua

23 Januari 2010   11:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:18 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3 jam perjalanan menuju Pantai Sindang Biru. Kulit pantat gw sudah terasa menempel dengan kulit paha gw. Dalam perjalanan, entah kenapa Saiqa terus saja melacur - melancarkan curhat. Sudahlah Seq, wanita berjilbab itu sudah memiliki nomer punggung dengan kaos futsal. Lupakan saja. Haha. Dan gw bingung, bisa - bisanya Saiqa berjanji untuk tidak melacur lagi ketika sampai di pulau. Janji itu sama persis dengan janji bencong yang ketangkep razia satpol pp:

Bencong : "Ampun pak, saya janji akan jadi lelaki normal kalo dibebasin" Satpol pp : "Cara jadi lelaki normal gimana? kan titit lo udah dipotong" Bencong : "Diganti terong belanda pak"

Tetep aja si bencong bakal mangkal lagi esok harinya.

Gw udah punya perasaan ga enak ketika nyampe di rumah seorang tokoh di pantai sindang biru. Tokoh yang namanya sama dengan pemain srimulat yang rambut bagian kiri dan kanannya diblicing. Mamik. Pak Mamik ini adalah saudagar di sana. Rumahnya bisa dibilang kecil. Lebih besar parabolanya. Agak heran juga gw ngeliatnya. Mungkin pak mamik tidurnya di parabola. Perasaan gw tetep ga enak. Tapi gw bingung ada apa dibalik semua ini. Saiqa mengajak gw lagi untuk mencari air suci. Wow! Ternyata di daerah yang termasuk pedalaman ini harga air suci tidak jauh beda dengan di kota. Kami beli 2 botol. Yang menambah beban tas carrier gw sebanyak 2 kg. Jadi kira - kira total berat tas carrier gw adalah 27,354 kg. Rasa keingintahuan yang sangat dalam tentang Pulau Sempu ternyata mampu mengalahkan segalanya.

[caption id="attachment_59567" align="alignnone" width="300" caption="rumah pak mami, bukan pelawak srimulat"][/caption]

Akhirnya perasaan ga enak gw menjadi kenyataan. Kompor gas portable ketinggalan di mobil yang kita sewa tadi. Jadi teringat kenangan manis antara gw dan kompor. Hubungan emosi yang terjalin antara gw dan kompor sungguh tidak akan terganti. Kompor yang gw peluk dalam tidur dari Ngawi menuju Surabaya. Kompor yang menemani gw ngobrol di dalam transjogja. Kompor ini beda dengan kompor yang lain. Kompor ini memiliki codet di sebelah kirinya. Selamat jalan kompor, semoga kamu dapat memilih yang terbaik bagi hidupmu. Walaupun kami tau itu berat. Gw jadi ngerti perasaan Saiqa. Lampu badai juga tertinggal di mobil yang sama. Seq, jangan galau yah. Haha.

Sekali lagi gelambir perut sempurna Putro mengeluarkan uang. Kali ini Rp 100.000. Biaya pergi pulang ke pulau sempu. Gw suka bingung kenapa kalo PP dibaca pulang pergi. Harusnya pergi dulu baru pulang. Ajaib emang negeri ini. 7 orang bersiap - siap menaiki kapal nomer 7. Agak - agak berbau mistis ga sih? Haha.

kapal sewaan seratus ribu bolak balik Kita akan merapat di pantai bernama Waru - waru. Namanya mirip dengan tokoh di film Starwars. yang monyet berbulu itu. Jauh bego, Fik. Itu Chewbacca. Jayus sedikit tak apalah. Dari tadi ga ada yang lucu sih. Haha. 30 menit diperlukan untuk mencapai Pantai Waru - waru. Dan benar saja. Kulit pantat gw udah nempel sama kulit paha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun