Mohon tunggu...
Fikri Dwi
Fikri Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakir Ilmu

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. -Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Book

Bentuk Sejarah dalam Pendidikan pada Masa Orde Baru: Kacamata Buku "Ketika Sejarah Berseragam"

5 Desember 2022   20:57 Diperbarui: 5 Desember 2022   21:24 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

"Ketika Sejarah Berseragam: Membongkar Ideologi Militer Dalam Menyusun Sejarah Indonesia" karya Kathrine E. McGregor. Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Syarikat, Mei  2008 Yogyakarta. Xxvii + 459 halaman, 14 x 21 cm. buku ini merupakan kajian tentang historiografi pada masa orde baru lebih tepatnya. Khusunya berkembangnya peran militer dalam kidupan bangsa dan Negara ini. 

Hal ini karena semakin menguatnya militer dalam negara pasca 1965, sehingga disebut selayaknya Negara di dalam Negara. demikian pula pembahasan mengenai historiografi pada masa orde baru yang sarat akan aspek kekuasaan, maka buku ini tampil dengan suasana penulisan setelah era orde baru tersebut. Yang mana banyak kajian-kajian mengenai narasi sejarah pada masa orde baru.

Penulisan sejarah sendiri telah mengalami perkembangan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh waktu, lingkungan budaya dan tempat penulisan historiografi. Dulu, peran sejarawan adalah menafsirkan tradisi bangsanya. Di sini, peran sejarawan sebagai informan adalah menyampaikan informasi tentang peristiwa sejarah di masa lalu. 

Di mana semua fakta yang ia tulis merupakan karya sejarah yang mengandung keunikannya. Historiografilah yang pada akhirnya memberi kita informasi yang dikenal sebagai sejarah.Penulisan sejarah atau historiografi ini yang membawa banyak perubahan dalam setiap masanya, memberikan jejak dan dampak khusus pada periodenya maupun periode-periode selanjutnya. Dapat diamati pada garis waktu perubahan dalam tiap proses penulisan sejarah. Perkembangan historiografi di Indonesia diawali dengan historiografi dalam bentuk manuskrip. Ada beberapa nama untuk manuskrip tersebut antara lain Babad, hikayat dan Tambo.

 Bentuk historiografi dalam teks-teks tersebut termasuk dalam kategori historiografi tradisional. Perkembangan historiografi di Indonesia yang mengarah pada bentuk historiografi modern adalah historiografi Belanda. Penulisan cerita dilakukan dengan  pendekatan Belanda, yaitu ditulis dari sudut pandang orang-orang Belanda.

Dalam masa pasca kemerdekaan, mendekati masa masa orde baru. Penulisan historiografi mempunyai corak tersendiri, hal ini banyak dibahas pada sebuah buku berjudul Ketika Sejarah Berseragam karya Katharine E. McGregor. Buku ini berusaha mengungkapkan hal-hal baru yang terjadi pada sebuah narasi sejarah khususnya pada masa orde baru, mencoba untuk mengambil sesuatu yang berbeda dari tulisan dan narasi sejarah pada museum, pembuat monument dan buku pelajaran pada masa orde baru, dimana digambarkannya masa lalu indonesia melalui kacamata kekuasaan politik dan militer. 

Kesulitan penulis dalam memperoleh sumber, terutama dari survey para pengunjung museum dan siswa yang mana berperan langsung sebagai sasaran terhadap narasi sejarah dalam museum dan buku-buku pelajaran dimana merupakan representasi militer berupa peringatan-peringatan yang coba di sampaikan. Seringkali juga melalui wawancara dan survey penulis lebih tidak dapat menyamakan antara pemahaman yang para audience berikan dan pesan yang ingin disampaikan, jadi dapat disimpulkan bahwa para pembaca kurang lebih masih belum dapat menangkap makna tersirat berupa peringatan dari narasi-narasi tersebut.

Pada bab-bab selanjutnya di ungkapkan mengenai propogandis dalam rezim orde baru yakni Nugroho Notosusanto. Berlatar belakang dalam bidang militer, yang turut peran dalam perjuangan 1945-49. Kemudian mulai menyalurkan pengalamannya tersebut di universitas yang ada di Jakarta dan menjadi penulis novel, diantara beberapa novel yang paling terkenal ialah, Hujan Kepagian, Tiga Kota, Hijau Tanahku Hijau Bajuku, Rasa Sayang. Tapi karena tipe penulisannya yang dianggap terlalu kaku, kemudian ia memutuskan meninggalkan penulisan kreatifnya pada usia 26 tahun. Nugroho kemudian memusatkan bidangnya pada sejarah adalah ketika ia memasuki Fakultas Sastra pada 1951.

Sebelumnya pada tahun 1950-an, ketika terjadi debat sejarah Nugroho memiliki ideology bahwa sejarah adalah representasi atau identitas dari sebuah bangsa. Ia beranggapan bahwa penulis sejarah haruslah memiliki rasa nasional yang tinggi dan juga bahwa sejarah merupakan sebuah identitas bangsa. Nugroho Notosusanto kemudian berprofesi sebagai guru besar sejarah Universitas Indonesia, diangkat menjadi direktur pusat sejarah ABRI. Ini adalah salah satu upaya militerisasi sejarah, di mana sejarah "resmi" kemudian dimasukkan ke dalam bahan ajar siswa pada masa Orde Baru. Remaja telah diindoktrinasi melalui media pendidikan.

Sejarah resmi membuat orang percaya bahwa pemimpin bangsa yang baik berasal dari militer, hal ini terbukti dengan terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Republik Indonesia, dimana beberapa tahun sebelumnya orang sangat ingin melepaskan pengaruh negara. militer dalam politik nasional, tetapi mereka tetap memilih kelompok militer sebagai kandidat yang tepat. yang paling disukai.

Militer menggunakan sejarah untuk membenarkan peran politik yang diterapkan, dalam hal ini sejarah harus berfungsi sebagai gambaran masa lalu bagi institusi militer untuk melembagakan "ingatan resmi".

Hal ini menimbulkan klaim bias dalam sejarah resmi dan distorsi sejarah Indonesia. Sejak kepemimpinannya, menulis sejarah kritis adalah bidang yang relatif muda. Karena Indonesia masih negara berkembang, masih negara baru. Sejak kemerdekaan Indonesia, sejarah telah digunakan untuk mempromosikan nasionalisme Indonesia. Pada era demokrasi terpimpin, atau orde lama dan orde baru, sejarah digunakan sebagai alat untuk menyatukan ideologi dan kesamaan visi masa lalu di tingkat nasional.

Di Museum Nasional, temukan masa lalu gemilang yang dipelihara oleh Orde Lama. Namun Orde Baru menekankan tradisi panjang kepemimpinan militer dan ancaman terhadap negara. Orde Baru juga meminimalkan kontribusi Presiden Sukarno dalam cerita tersebut. Orde Baru menyusun sejarah dengan menunjukkan kemiripan dengan rezim-rezim sebelumnya dan rezim-rezim otoriter lainnya di dunia. Secara keseluruhan, sejarawan Indonesia aktif menggunakan sejarah untuk pembangunan bangsa. Nugroho Notossanto adalah salah seorang yang ikut mendukung historiografi pada masa rezim Orde Baru.

Pada judul "Kemajuan Militer dan Misi Ganda Bangsa". Pengajaran tentang pengaruh militer terhadap rakyat dilakukan di sekolah-sekolah dengan buku-buku sejarah pada masa Orde Baru, tujuan dari proyek ini adalah agar generasi muda dapat menghargai apa yang dilakukan oleh generasi 1945. Upaya indoktrinasi para pemuda ini tidak lepas dari pengaruh Nugroho sebagai kepala pusat sejarah ABRI, berbagai daerah dijadikan wahana menyebarkan cerita tentang legitimasi kekuatan militer versi mereka sendiri. Meskipun hasil proyek mereka mendapat kritikan beragam dari berbagai pihak, Nugroho terus memuji legitimasi kekuasaan militer versinya sendiri.

Saat itu, berbagai acara dimuat di media cetak dan digital. Secara khusus, kurikulum PSPB (Pedagogik Sejarah Perjuangan Bangsa) memiliki pengaruh militer yang besar. Meski tentu dikritik oleh berbagai partai politik, Ngroho Notossanto menegaskan bahwa sejarah harus digunakan untuk memotivasi masyarakat agar berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Sebuah seminar tahun 1972 yang menekankan nilai menjaga martabat kekuatan militer di mata masyarakat Indonesia telah menjadi teori yang mereka elaborasi dalam berbagai narasi sejarah. Tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh Pusat Sejarah ABRI pada masa Orde Baru memiliki implikasi yang kuat bahwa militer Indonesia merupakan pemain utama dalam peristiwa kemerdekaan, dan menjadi buktinya.

Pembelaan Pancasila oleh TNI pada masa Orde Baru sangat luar biasa. Selain itu, keberadaan seminar tahun 1972 sangat erat kaitannya dengan hal tersebut. Apalagi bagi ekstrim kiri atau kanan yang berusaha menghilangkan Pancasila dari falsafah bangsa. Salah satu kisah yang sangat menonjolkan keunggulan militer dalam catatan sejarah era Orde Baru adalah kisah upaya kudeta. Ceritanya juga secara halus mendorong atau mendorong dehumanisasi para penentang masyarakat dan negara. 

Museum Pengkhianatan PKI dan Museum Siaga Purbawisesa adalah dua karya Pusat Sejarah ABRI yang menonjolkan hal tersebut. Angkatan bersenjata menggunakan sejarah dengan cara ini untuk mengendalikan dan menaklukkan penduduk. Proyek pertama semacam itu adalah Museum Militer Nasional, yang berfokus pada sejarah tentara sebelum gerakan kemerdekaan dan perlawanan. Museum ini berfokus pada tradisi prajurit Indonesia, argumen tandingan terhadap kekuasaan militer yang berkelanjutan dalam politik dan pembangunan, dan pentingnya militer dalam sejarah Indonesia. 

Pusat Sejarah ABRI sangat memperluas program sejarah militernya pada masa Orde Baru, terbukti dengan dibangunnya museum. Museum ini dibuat oleh badan yang dikendalikan oleh militer. Diorama yang biasa dipajang di dinding museum ini digunakan dalam pembangunan banyak museum di Indonesia. Sebagai representasi visual dari masa lalu, diorama dapat membedakan objek dari masa lalu yang lebih jauh. Sikap museum terhadap penggunaan diorama sejalan dengan tren historiografi Orde Baru.

Pembangunan museum merupakan alat propaganda baru untuk melestarikan pengaruh militer dalam berbagai bidang kehidupan.Museum yang dibangun dalam proyek ini hanya menggambarkan satu hal, yaitu peran penting dunia militer dalam berbagai aspek dalam pelestariannya. memengaruhi

Ada peristiwa yang kemudian dijadikan alat legitimasi militer di Indonesia, seperti gerakan Darul Islam atau DI/TII pada tahun 1970-an dan 1980-an. Namun, sejarah kudeta 1965 tetap menjadi fokus utama legitimasi. Museum Penipuan PKI (Komunis) lebih jauh menekankan siklus komunisme dan ancamannya yang terus-menerus terhadap bangsa. Adegan-adegan sadis disajikan secara detail di dalam museum. Museum ini bertujuan untuk menghabisi musuh rezim Orde Baru dan memperingatkan masyarakat Indonesia tentang sifat anti-Pancasila dan anti-rezim. Dengan cara seperti itu, militer dapat dengan mudah mengontrol masyarakat.

Seperti diketahui bagaimana militer Indonesia pada masa Orde Baru menggunakan narasi sejarah untuk menguasai kekuasaan. Buku ini memiliki penjelasan yang menarik dan mudah. Penggunaan frase-frase di dalamnya bisa sangat sulit dipahami oleh sebagian orang, apalagi bagi kalangan non-profesional yang banyak menjelaskan di bidang militer yang kurang dikenal. Sejarah Indonesia Kisah panjang akan selalu menjadi bagian dari perjalanan negeri ini. Apakah ini akan menjadi perjalanan yang tak terlupakan atau sebaliknya? 

Tentunya hal ini terbuka untuk umum agar lebih selektif dalam membaca cerita sejarah. Tidak hanya itu saja, dalam memahami peristiwa sejarah sangat penting untuk memiliki sudut pandang sendiri dari sudut pandang orang lain agar dapat membentuk opini yang bijak. Buku ini, bersama dengan penulis Catherine E. McGregor, adalah buku yang menjelaskan tentang sejarah militer Indonesia yang membutuhkan waktu sangat lama untuk dijelaskan di seluruh Indonesia. Di sisi lain, kami juga mampu mengolah data penelitian kami tentang militer Indonesia dengan baik dan menambah wawasan baru yang mungkin belum diketahui oleh pembaca kami.

Selain itu, kita juga belajar dari buku ini bahwa sumber sejarah termasuk dalam cabang pemerintahan otoriter pada saat itu. Namun di sisi lain, buku ini juga dapat menawarkan perspektif dan wawasan lain yang mungkin belum diketahui pembaca sebelumnya tentang sisi lain Orde Baru. Mungkin ada baiknya menjelaskan isi buku ini secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun