Mohon tunggu...
Fikri Boy
Fikri Boy Mohon Tunggu... Guru - seorang guru yang menulis

supaya kelak tulisan-tulisan ini dibaca oleh putri saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saat Hafalan Al-Qur'an Menjadi Branding, Disitu Saya Malah Melihatnya Semakin Terasing

1 Februari 2025   19:39 Diperbarui: 1 Februari 2025   19:39 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat Hafalan Al-Qur'an Menjadi Branding, Disitu Saya Malah Melihatnya Semakin Terasing

Sepulang saya mengikuti workshop "Metode Tahfidz" yang diadakan oleh sebuah kelompok kerja, ada beberapa hal yang menjadi ganjalan dalam benak saya. Ganjalan ini harus saya keluarkan, biar tidak bisulan. 

Beberapa tahun belakangan, banyak kita lihat "iklan" promosi sekolahan yang menjadikan Hafalan Al-Qur'an sebagai branding mereka. Jika boleh bertanya, branding yang dilakukan itu apakah Hafalan Al-Qur'an menjadi bagian dari proses pembelajaran, hasil dari pembelajaran ataukah setelah selesai sekolah, akan menjadi penghafal Al-Qur'an. Itu yang menjadi ganjalan dalam benak saya.

Tanpa bermaksud untuk menafikkan Al-Qur'an sebagai kitab suci agama Islam --agama saya. Tapi fokus saya adalah menggunakan Hafalan Al-Qur'an sebagai branding sebuah lembaga pendidikan.

***

Dalam workshop yang saya ikuti, pemateri mengulas banyak hal. Karena beliau  pelaku, bukan sekedar teoritis di atas power point --mungkin. 

Salah satu yang menyentak saya adalah, branding Hafalan Al-Qur'an dalam sekolah formal yang sempat beliau lontarkan adalah, ". . . jangan-jangan program Hafalan Al-Qur'an ini hanya untuk menarik minat calon siswa saja. Dan terkesan main-main. Bagaimana tidak main-main. Branding yang dilakukan hanya di atas kertas dan formalitas saja. Tanpa diikuti kualitas dari berbagai aspek. Diantara dari kualitas itu adalah, kualitas pengajar Al-Qur'an, waktu sarana dan prasarana yang ada". Itu beberapa hal yang beliau kupas. 

***

Semakin Terasing

Siapa yang semakin terasing? Ya, Al-Qur'annya yang menurut saya malah terasing. Karena menjadikan Al-Qur'an sebagai bahan iklan saja. Hanya untuk umpan di kail-kail promosi. Tanpa memahami esensi Al-Qur'an itu sendiri. Tanpa menjadikan Al-Qur'an sebagai Ruh dalam kehidupan. Padahal, salah satu nama lain Al-Qur'an adalah Ruh. 

Metode Hafalan Al-Qur'an diseminarkan dan di workshopkan hanya untuk formalitas pelaksanaan program kerja saja. Tanpa ada follow up yang nyata. Hingga akhirnya terbawa sampai pada proses pendidikan di kelas. Bahwa membaca, menghafal Al-Qur'an hanya di lakukan selama 1 jam pelajaran itu saja (30-45 menit). Selebihnya, kita menjadi makhluk yang tidak kenal dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun