Mohon tunggu...
Fikri akbarramadhan
Fikri akbarramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - .

You know who i am

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dilema antara Penyakit dan Kebutuhan Ekonomi Desa Singaparna

28 Juni 2020   23:56 Diperbarui: 29 Juni 2020   00:00 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah dari pandemi ini menyoroti pentingnya negara-negara di seluruh dunia untuk bahu membahu secara kooperatif dan terbuka satu sama lain dan bersatu sebagai lini utama dalam mengendalikan situasi ini. Negara-negara diminta untuk mendeteksi, mengetes, merawat, mengisolasi, melacak dan mengawasi pergerakan masyarakat.

Di Indonesia, sejak dua kasus pertama COVID-19 yang telah diumumkan pada 2 maret 2020, Jumlah kasus terus membengkak dan tersebar ke 32 Provinsi. Per tanggal 26 Juni 2020 sekarang Indonesia telah mengalami kasus positif sebanyak 51.427 Jiwa , 21.333 jiwa sembuh, dan 2683 jiwa meninggal dunia.

Kendati demikian tidak menakutkan warga/masyarakat di Desa Singaparna, dalam sistuasi seperti ini masyarakat berkegiatan seperti biasa dan kondusif, masyarakat Desa Singaparna mematuhi apa yang telah dianjurkan oleh pemerintah setempat dan larangan apa yang harus tidak dilakukan.

Situasi masyarakat tidak panik tak seperti yang telah diberitakan oleh media-media yang membuat Sebagian masyarakat Indonesia ketakutan. Masyarakat Desa Singaparna memilih tenang dan waspada saat berkegiatan di luar ruangan.

Tentu masyarakat bersikap seperti itu memiliki alasan diantaranya masalah ekonomi yang telah dirasakan saat mengalami pandemi. Tidak ada satu pun yang terkena gejala Covid-19, karena masyarakat pun mematuhi protocol-protokol Kesehatan.

Selain kondisi ekonomi yang memaksa masyarakat untuk keluar rumah, peran penting tokoh masyarakat pun sangat mempengaruhi kondusifitas masyarakat. Hal ini masyarakat Desa Singaparna mampu mendengarkan tokoh-tokoh yang ada di lingkungannya dengan baik.

Tokoh-tokoh masyarakat ini umumnya adalah pemuka agama yang senantiasa memberikan ceramah tentang bagaiman hidup sehat, kedamaian dan ketentraman bagi masyarakat, tidak menimbulkan kegaduhan-kegaduhan dengan memberikan informasi-informasi yang sesat.

Dalam mensiasati itu yang harus dilakukan pemerintah adalah megetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat saat pandemi dan memberikan informasi dan himbauan yang pas untuk masyarakat agar tidak simpangsiur. Dengan memberikan solusi yang kongkrit, masyarakat dapat mematuhi apa yang dihimbau oleh pemerintah.

Masalah ekonomi memang tidak bisa dihindari saat pandemi seperti ini, pembatasan kepada pelaku usaha yang bekerja diluar tidak bisa bekerja di rumah sebagaiman yang pemerintah inginkan.

Tentu dilema yang dirasakan oleh masyarakat untuk tetap tinggal di rumah tak terkena penyakit atau tinggal di rumah dengan mati kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun