Mohon tunggu...
Fikri Ahmad Maulana
Fikri Ahmad Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Heutagogy sebagai Konsep Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia

29 November 2022   16:07 Diperbarui: 29 November 2022   16:10 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendekatan Heutagogy merupakan sebuah lanjutan dari pendekatan pedagogy dan andragogy. Heutagogy sendiri dapat diartikan sebagai pembelajaran yang ditentukan oleh diri  sendiri (Mandiri). Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan alamiah dari metodologi Pendidikan dan perkembangan diera revolusi industry 4.0 menjadikan Pendidikan berkembang dan konsep heutagogy terimplementasikan dikehidupan masyarakat  yang disebabkan adanya kemudahan teknologi.

Melansir dari jurnal “Pedagogi, Andragogi Dan Heutagogi Serta Implikasinya Dalam Pemberdayaan Masyarakat” Menurut Hase & Kenyon Heutagogy (berdasarkan Yunani untuk "diri") didefinisikan oleh Hase dan Kenyon pada tahun 2000 sebagai studi pembelajaran yang ditentukan sendiri (mandiri). Heutagogy menerapkan pendekatan holistik untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif dan proaktif, dan peserta didik melayani sebagai "agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman pribadi"

Pembelajaran heutagogy tercipta karena adanya proses negosiasi belajar peserta didik untuk menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana proses hal tersebut terjadi. Dengan demikian peserta didik memiliki tujuan dan target pembelajaran walaupun melakukan pembelajaran secara mandiri.

Sebuah konsep kunci dalam heutagogy adalah bahwa dari putaran ganda pembelajaran dan refleksi diri. Dalam putaran ganda pembelajaran, peserta didik mempertimbangkan masalah dan tindakan yang dihasilkan dan hasil, selain merefleksikan proses pemecahan masalah dan bagaimana hal itu mempengaruhi keyakinan dan tindakan pelajar itu sendiri.

Heutagogy memiliki sebuat konsep teori yaitu humanistik yang dimana semua tergantung pada diri seseorang. Setiap manusia memiliki potensi dalam diri untuk berkembang sehat dan kreatif, jika seseorang memiliki kemauan serta dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawabnya maka dapat dipastikan orang tersebut dapat mengenali potensi dalam dirinya sendiri. Selain itu orang tersebut mampu mengatasi persoalan persoalan yang muncul dari Pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya. Keyakinan dalam diri seseorang juga sangat berperan penting dalam mengelola Tindakan dan mencapai sebuah tujuan, sebab Ketika sudah memilih dan meyakini sesuatu akan membuat seseorang tersebut akan bertanggung jawab atas apa yang telah ia pilih.

Dikutip dari jurnal . "Kurikulum Kearifan Lokal Bali Berbasis Heutagogy di Sekolah Dasar." Menurut Yunailis Heutagogy didasari oleh berbagai teori yang berbasis kepentingan pelajar. Teori humanistik sebagaimana yang diungkapkan oleh Maslow memiliki pengaruh yang cukup besar. Dalam teori humanisme ditegaskan adanya kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan menyeluruh untuk menyatakan diri (self-realization)

 

Penerapan sistem heutagogy diindonesia sendiri sudah lama ada namun sejak adanya pandemi covid-19 dan ditambah dengan adanya revolusi industry 4.0 serta bertambah canggihnya teknologi yang ada, konsepsi penerapan teori heutagogy mulai berkembang dan mulai menjadi salah satu sistem yang ada di Indonesia.. hal ini terjadi bukan tanpa sebab, faktor yang membuat munculnya penerapan konsep heutagogy salah satu hal utamanya ialah karena adanya pandemi covid-19 yang mengharuskan seluruh peserta didik  melaksanakan pembelajaran secara daring (online). Pembelajaran daring sendiri tidak seperti pembelajaran pada umumnya atau pembelajaran di sekolah secara luring, karena dipembelajaran daring sendiri memiliki keterbatasan dan kurang efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Hal tersebut menjadikan peserta didik harus mampu belajar secara mandiri agar peserta didik dapat tetap memahami materi yang telah tersedia. Saat ini guru bukan hanya berperan sebagai pusat sumber belajar melainkan guru saat ini memiliki peran sebagi pendamping para peserta didik..

Dilansir dari jurnal "Pendekatan Pembelajaran Heutagogy untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: Systematic Literature Review." Menurut Blaschkeet Inti dari heutagogy bahwa pelajar merupakan pusat    dari proses pembelajaran sedang guru bermakna sebagai agen penuntun perubahan karena belajar adalah sesuatu yang memiliki makna mendalam bagi pelajar  

Dengan adanya konsep heutagogy pula akan membantu proses pembelajaran menjadi lebih terorganisir dimana guru tidak perlu memberikan apa yang peserta didik butuhkan tetapi seorang guru hanya perlu mendampingi dan mengarahkan agar apa yang telah dipilih peserta didik tidak menyesatkan dirinya sendiri. Heutagogy sendiri memiliki peran guna peseta didik dan seorang guru mampu berkolaborasi aktif dalam menjalankan pembelajaran.

Melansir dari jurnal "Pendekatan Heutagogi: Sebuah Alternatif Dalam Pembelajaran IPS Pada Masa Pandemi Covid-19." Menurut (Hiryanto, 2017). Posisi guru sebagai seorang pendidik sebatas sebagai konsultan yang memberikan sumber daya dan bimbingan. Mengenai proses pembelajaran, terjadinya negosiasi pembelajaran sampai dengan materi yang akan dipelajari serta bagaimana akan belajar dengan materi tersebut ditentukan oleh peserta didik.

 

Bukan hanya peserta didik yang memerlukan konsep heutagogy tersebut, seorang guru juga harus dapat menerapkan konsep ini untuk dirinya sendiri. Kemajuan teknologilah yang menjadikan seorang guru juga harus menerapkan konsep heutagogy ini, karena jika seorang guru tidak menerapkan konsep ini maka akan berpengaruh pada kinerjanya. Dengan heutagogy seorang guru akan memiliki kemauan akan belajar mandiri terutama untuk selalu mempelajari teknologi yang memang sudah menjadi salah satu kebutuhan dibidang Pendidikan untuk sekarang ini. Jika seorang guru tidak memiliki kemauan akan hal tersebut sudah dapat dipastikan akan tertinggal dan kinerjanya akan terpengaruh, apalagi di zaman sekarang ini teknologi sudah menjadi hal terpenting dan harus bis akita kuasai agar tak tertinggal. Peserta didik disaat ini sudah memiliki terampil dalam menggunakan teknologi tetapi dampak dari teknologi sendiri masih memiliki dampak negatif. Disinilah peran seorang guru agar dapat mengarahkan peserta didik untuk menghindari dampak dampak negatif dari adanya perkembangan teknologi dan kemudahan mengaksesnya.

Melansir dari “Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru Di Era Revolusi Industri 4.0.” Menurut Destiana dan Marzoan Kemampuan akan penguasaan teknologi informasi pasti berdampak pada kinerja guru. Penguasaan  kompetensi  bidang  TIK  ini berpengaruh positif pada kinerja guru. Menurut Awaluddin Guru secara mandiri belajar dari sumber internet seutuhnya dengan bimbingan mentorseminimal mungkin. Demikian juga pada program PKB online, tugas guru untuk mempelajari materisecara mandiri sangat ditekankan. Materi yangdipelajari merupakan materi yang dibutuhkan guru berdasarkan hasil uji awal, sehingga secara konsep, pembelajaran yang membelajarkan materi yang diperlukan dan belum dikuasai oleh guru sudah tepat. Dua program tersebut dinilai efektif meningkatkan kompetensi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Kesimpulan

Heutagogy dapat diartikan sebagai konsep pembelajaran yang ditentukan oleh diri sendiri (mandiri). Konsep teori dari heutagogy merupakan humanistik yang dimana setiap individu memiliki potensi dalam diri dan akan bisa terus berkembang asalkan individu tersebut  memiliki sebuah kemauan dapat dan dapat bertanggung jawab maka sudah dipastikan ia dapat melihat potensi dalam dirinya sendiri. Selain itu juga ia akan mampu mengatasi persoalan persoalan yang dating kepada dirinya.

Di era revolusi industri 4.0 dan sekaligus di era pandemi ini sudah dapat dipastikan konsep heutagogy memang menjadi salah satu hal fundamental untuk menopang Pendidikan yang ada diindonesia. Akan tetapi peran guru sebagai pendamping dan sebagai orang yang dapat mengarahkan seorang peserta didik, mayoritas masih kurang melek akan teknologi. Padahal di zaman sekarang ini teknologi menjadi kebutuhan disegala aspek termasuk Pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi akan mempermudah peserta didik mendapatkan sebuah informasi dan bahkan materi yang harusnya diajarkan di kelas dapat ia pelajari secara mandiri melalui media social.

Tetapi, guru di Indonesia ini masih kurang dalam menggunakan dan mengaplikasikan teknologi. Maka dari itu seorang guru pun harus tetap belajar menggunakan konsep heutagogy ini untuk dapat mengembangkan dan agar memahami bagaimana cara penggunaan teknologi secara baik dan agar dapat jadi contoh untuk peserta didik.

Dengan adanya konsep heutagogy ini seluruh komponen masyarakat akan mampu mengembangkan dirinya pribadi untuk menambah nilai diri dengan melakukan pembelajaran secara mandiri. Seluruh tantangan yang ada akan teratasi jika kita memiliki sebuah kemauan untuk bisa bertanggung jawab.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Febry, Ollyvia, Dyan Evita Santi, and Abdul Muhid. "Pendekatan Pembelajaran Heutagogy untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: Systematic Literature Review." Lectura: Jurnal Pendidikan 13.2 (2022): 206-220.

http://journal.unilak.ac.id/index.php/lectura/article/view/10532

 

Hiryanto, Hiryanto. "Pedagogi, Andragogi Dan Heutagogi Serta Implikasinya Dalam Pemberdayaan Masyarakat." Dinamika Pendidikan 22.1 (2017): 65-71.

https://journal.uny.ac.id/index.php/dinamika-pendidikan/article/view/19771

Sulistya, Rohmat. “Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru Di Era Revolusi Industri 4.0.” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 4.2 (2019): 127-138.

http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/1222

Tricahyono, Danan. "Pendekatan Heutagogi: Sebuah Alternatif Dalam Pembelajaran IPS Pada Masa Pandemi Covid-19." Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 6.2 (2021): 92-102.

Trisna, Ayu Sukma, et al. "Kurikulum Kearifan Lokal Bali Berbasis Heutagogy di Sekolah Dasar." Journal of Elementary School (JOES) 5.1 (2022): 122-135.

https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOES/article/view/3475

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun