Standar hanya dibuat masyarakat untuk membanding-bandingkan ekonomi seseorang, kebiasaan suka membanding-bandingkan inilah merupakan penyakit dan melahirkan virus yang mendampak di lingkungan masyarakat, bahkan dampak dari virus ini sangat merusak moral normatif seseorang.
Sebenarnya, melangsungkan pernikahan merupakan hal baik dalam adat masyarakat indonesia, demi mencegah terjadinya hal-hal yang merusak norma sosial dan norma agama tentunya. Maka, alangkah lebih baiknya jika suatu pernikahan dapat terlaksana tanpa adanya masalah oleh hal apapun, apalagi hanya karena pengaruh negatif lingkungan, seperti pandangan menurut masyarakat tentang standar pernikahan.
Standar pernikahan bisa merusak niat baik seseorang, maka sebisanya setiap individu yang memiliki keterkaitan dalam sebuah rencana pernikahan, hendaknya lebih menyaring lagi apa saja yang beredar dalam lingkungan, termasuk pembicaran masyarakat yang benar-benar harus difilter sebelum ditangkap.
Tidak ada keharusan pernikahan dilaksanakan dengan acara yang mewah, di gedung mewah, katering yang beragam, dekorasi mahal atau bahkan menyewa fotografer berkelas. Itu semua hanyalah bentuk gengsi masyarakat kekinian. Pemikiran seperti ini seharusnya dihilangkan dari masyarakat kita, dengan begitu pola sosial kita dapat membentuk sebuah relasi yang serat akan integrasi.
Jangan sampai sebuah gengsi mampu menghentikan aksi, capailah tujuan kita dengan porsi kemampuan kita, semua orang punya cara masing-masing dalam menggapai tujuan. Lalu, apa hanya karena standarisasi aksi kita terhenti?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H