Mohon tunggu...
Fikri Maulana
Fikri Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Gadjah Mada

Dari Makassar dengan sejuta kenangan, merantau ke Jogja untuk mengejar cita-cita. Di sela-sela kesibukan kuliah, aku selalu menyempatkan diri untuk bermain game.Mari berpetualang bersama!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rumah Tak Layak dan Sanitasi Buruk: Ancaman Tersembunyi di Balik Stunting yang Mengintai Keluarga Kita

9 September 2024   23:11 Diperbarui: 9 September 2024   23:19 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mungkin seorang anak diharapkan tumbuh sehat dan cerdas jika setiap harinya ia harus bergelut dengan kuman penyakit di lantai tanah rumahnya? Sebuah rumah seharusnya menjadi benteng perlindungan bagi anak-anak, bukan sarang penyakit yang mengancam pertumbuhan mereka. Stunting, sebuah kata yang sering kita dengar dalam beberapa tahun terakhir hingga saat ini. Masalah gizi kronis yang satu ini telah menjadi perhatian serius di berbagai penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Hampir setiap hari, media massa menyoroti data terbaru mengenai prevalensi stunting yang masih tinggi, terutama di daerah-daerah tertentu.

Apa Itu Stunting?

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES), stunting atau biasa juga disebut kerdil merupakan kondisi gagal tumbuh anak sehingga memiliki tinggi badan lebih pendek dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya. Stunting menjadi permasalahan yang serius karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia pada setiap negara. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6% dengan sebaran NTT sebesar 35,3%, Sulawesi Barat 35%, Papua 34% dan di Sulawesi Selatan 27,2%. Angka prevalensi stunting di Indonesia masih di atas 20% yang menunjukkan bahwa masalah stunting di Indonesia masih menjadi masalah serius karena belum mencapai target yang telah ditetapkan World Health Organization (WHO) yaitu di bawah 20%.

Sanitasi Buruk, Penyebab Tersembunyi Stunting

Kita sering mendengar bahwa stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi. Namun, tahukah Anda bahwa faktor lingkungan, khususnya sanitasi lingkungan rumah yang buruk, juga berperan besar dalam menyebabkan stunting? Lantai tanah yang kotor, akses air bersih yang terbatas, dan perilaku yang buruk menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit infeksi yang dapat menghambat pertumbuhan anak. KEPMENKES RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan harus memenuhi beberapa komponen seperti komponen rumah, fasilitas sanitasi, serta perilaku penghuni rumah. Beberapa faktor seperti ketersediaan air bersih, penyiapan makanan yang higienis, serta pengelolaan pembuangan limbah menjadi faktor penting untuk mencegah stunting.

Sanitasi lingkungan rumah yang buruk berdampak pada turunnya kualitas lingkungan hidup, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, dan munculnya beberapa penyakit infeksi  seperti diare atau ISPA yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan hingga kejadian stunting. Sanitasi lingkungan bagaikan fondasi sebuah bangunan. Jika fondasinya lemah, bangunan itu akan mudah roboh. Begitu pula dengan kesehatan kita. Sanitasi yang buruk dapat merusak kesehatan kita dari dalam. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat akan kesulitan meraih potensi maksimalnya karena terus-menerus berjuang melawan penyakit yang dideritanya.

 

Dampak Nyata dari Rumah Tak Layak

Bayangkan jika kita tinggal di rumah yang dindingnya retak, lantainya becek, dan lingkungan sekitar penuh dengan kuman penyakit. Itulah realita pahit yang saya temui saat melakukan penelitian di sebuah desa terpencil di Sulawesi Selatan. Kondisi sanitasi lingkungan  rumah tangga di desa tersebut sungguh memprihatinkan. Hampir semua rumah di sana memiliki masalah yang sama: lantai tanah yang kotor, tidak ada ventilasi udara yang cukup, dan seringkali tidak memiliki akses air bersih yang memadai. Parahnya lagi, kebiasaan membuang sampah sembarangan masih menjadi pemandangan sehari-hari. Kondisi ini tentu saja sangat berisiko bagi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. Kurangnya kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik membuat masyarakat di sana rentan terhadap berbagai penyakit khususnya diare pada anak-anak.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Mengatasi masalah stunting akibat sanitasi buruk bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga kita sebagai individu dan masyarakat. Pertama, mari kita mulai dari lingkungan terdekat kita. Dengan memperbaiki sanitasi rumah tangga,seperti membangun lantai yang bersih, menyediakan akses air bersih, dan membuang sampah pada tempatnya, kita telah memberikan kontribusi nyata. Kedua, edukasi mengenai pentingnya sanitasi dan gizi seimbang harus terus digalakkan,terutama di daerah-daerah yang masih tertinggal. Ketiga, kolaborasi lintas sektor sangat penting. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat harus bersinergi dalam menyediakan fasilitas sanitasi yang layak dan program-program gizi yang efektif. Terakhir, kita semua perlu mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan lingkungan. "Tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk mengubah dunia, tetapi bersama-sama kita bisa," kata Mahatma Gandhi. Mari bersama-sama wujudkan Indonesia yang bebas dari stunting, dengan dimulai dari rumah kita sendiri. Setiap tindakan kecil kita, sekecil apapun itu, akan berdampak besar bagi masa depan anak-anak kita.

Referensi:

Apriluana and Fikawati, 2018, G. And Fikawati, S. (2018) ‘Analisis Faktor-Faktor Risiko Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita (0-59 Bulan) Di Negara Berkembang Dan Asia Tenggara’, Media Litbangkes, 28(4), Pp. 247–256.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1999. No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyarataan Kesehatan Perumahan. Jakarta.

Liza Munira, S. (2023). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/ 

Saputri, R. A. And Tumangger (2019) ‘Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting Di Indonesia Rini Archda Saputri 1 ; Jeki Tumangger 1 1’, Journal Of Political Issues, 1, Pp. 1–9.

Sari, H. P., Natalia, I. And Sulistyaning, A. R. (2022) ‘Hubungan Keragaman Asupan Protein Hewani, Pola Asuh Makan, Dan Higiene Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Stunting’, Journal Of Nutrition College, 11(1), Pp. 18–25.

Wahyuningsih And Marni (2022) ‘Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Stunting Di Kelas Ibu Hamil Purwo Asih Kelurahan Giripurwo Wonogiri’, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 02(02), Pp. 200–205.

Zairinayati and Purnama, R. (2019) ‘Hubungan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Balita’, Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 10(1), pp. 78–91.




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun