Drama Musikal The Phantom of Opera: Tragedi Cinta dalam Opera
Di sebuah kantor lelang, beberapa orang sibuk mengajukan penawaran terhadap terhadap barang-barang yang bernilai sejarah tinggi. Hingga pada akhir pelelangan, barang yang ditawarkan adalah sebuah kotak musik dan lampu hias. Penawaran tertinggi untuk barang terakhir dimenangkan oleh seorang pria tua yang duduk di kursi roda dan tiba-tiba ruangan menjadi gelap dan musik pun berkumandang histeris.
Ya! itulah adegan awal dari pertunjukan drama musikal The Phantom of Opera, drama klasik yang sangat terkenal yang mainkan di Her Majesty Theatre di London, Inggris. Sebelumnya saya pernah menyaksikan versi layar lebarnya yang dirilis di tahun 2004 dan merupakan remake dari judul yang sama di tahun 1986. Naskah asli drama ini berasal dari Prancis dengan judul Le Fantome de I'Opera karya Gaston Lerox di tahun 1911.
Cukuplah dengan pelajaran sejarahnya. Drama ini kemudian flashback tentang kehidupan sebuah kelompok opera di kota Paris dan pria yang di awal digambarkan duduk di atas kursi roda adalah Roul, seorang pria tampan dan
terkaget menemukan teman masa kecilnya, Christine yang ikut dalam kelompok pemain opera yang sedang disaksikannya.
Christine adalah seorang perempuan cantik, bersuara soprano dan percaya soal adanya malaikat musik. Suatu ketika, Chistine mengikuti audisi penyanyi opera dan menyanyikan sebuah lagu lama yang didapatkannya dari sebuah partitur musik klasik. Dan bisa ditebak, partitur itu milik 'The Phantom' dan Christine percaya bahwa partitur yang didapatkannya bukan tidak sengaja namun merupakan pemberian malaikat musik atau The Phantom.
Christine pun bernyanyi dan tiba-tiba lampu hias yang ada di atasnya jatuh. Seluruh pemain histeris dan menyebarkan isu soal hantu di dalam opera. Christine yang pingsan menemukan dirinya sedang berada di ruangan milik 'The Phantom'.
Secara umum, cerita berpusat soal kisah cinta antara Roul, Christine dan 'The Phantom'. Selama pertunjukan sosok misterius ini menggunakan topeng yang menutupi sebagian wajahnya dan sangat eksentrik serta introvert.
Drama ini berlangsung selama dua jam lebih dengan waktu jeda selama 15 menit. Dialog-dialog para pemainnya dilakukan dengan bernyanyi dengan suara yang sangat mengagumkan. Sosok Phantom tampil dengan sangat bagus dengan suara yang menggelegar dan indah.
Dalam suatu adegan ketika Christine bernyanyi dengan suara yang sangat tinggi dan penonton seperti terbawa suasana itu, seakan-akan ikut menarik nafas, ingin memberikan nafas bantuan dan bahkan ingin tersedak ketika Christine berhasil mencapai suara yang sangat tinggi.
Angkat Topi Buat Dekorasi Panggung dan Musik
Selama dua jam lebih pertunjukan itu, penonton The Phantom of Opera ikut terbawa susana. Tidak hanya kekuatan suara yang membuat ikut ternganga tetapi juga dekorasi dan musik orkestranya yang bisa sebut fantastis.
Sebut saja soal adegan jatuhnya lampu saat Christine melakukan audisi, lampu itu betul-betul terjatuh dan melayang di atas kepala penonton dan membuat orang-orang histeris atau juga letusan senjata api. Tata panggung benar benar menggambarkan kondisi opera dan kota Paris di masa tahun 1900-an dan kostum yang sangat menggambarkan suasana dan peran tokohnya.
Panggungnya seperti terbagi tiga, ketika satu per satu adegan berganti suasana, dengan cepat panggung itu disulap berdasarkan adegan yang dinginkan, seperti ketika adegan The Phantom dan Christine masuk menenembus kaca dan tiba-tiba keduannya seakan menuruni kanal-kanal dan lorong air kota Paris.
Adegan lainnnya yang membuat decak kagum adalah adegan Christine dan The Phantom terlihat benar-benar menggunakan perahu dan diselimuti kabut. Keduanya betul-betul berlayar! Teknologi panggung yang modern dan sedikit teknik sulap membuat penonton angkat topi.
Nah kekuatan lainnya untuk drama ini ada pada musik orkestra. Pemain bayangan ini benar-benar membuat penonton larut dengan alunan musik-musik mereka. Mereka memang tidak terlihat, tetapi memiliki andil besar dalam jalannya pementasan.
Secara keseluruhan penampilan Her Majesty Theatre benar-benar mengagumkan. Penonton bertepuk tangan dan memberikan siulan pujian bagi para seluruh pemain. Ya di kota london orang tidak hanya berbelanja, di kota ini orang bisa memanjakan diri untuk menonton pertunjukan seni kelas tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H