Berawal dari cuitan pertanyaan seseorang disalah satu media sosial perihal "Ngajarin Pendidikan seks pada anak usia 0-8 tahun? Wkwk ngga salah ni, bukannya harus pas remaja.". Pertanyaan tersebut membuat saya gemes dan tergerak ingin membahasnya melalui artikel ini.Â
Selain karena pertanyaan tersebut, melihat kasus kekerasan dan pelecehan seksual di Indonesia yang semakin tinggi serta tak jarang anak-anak kerap menjadi korbannya, membuat saya sakit hati. Bahkan parahnya anak-anak juga bisa menjadi pelakunya.Â
Seperti salah satu berita yang dilansir dari Instagram @officialinewstv pada bulan Januari "Tiga bocah usia delapan tahun mencabuli anak TK di M*******o". Rasanya miris, nyesek gimana bisa anak usia delapan tahun setara kelas 2 SD melakukan tindak pelecehan seperti itu. Kemudian gimana nasib korban yang masih TK sudah mengalami kejahatan seksual di usia dini, pasti sangat trauma bukan main. Selain berita itu ada juga hal yang oernah saya temui yakni anak kecil yang suka pegang-pegang area terlarang lawan jenisnya bahkan tak jarang orang dewasa jadi sasarannya.Â
Hal ini beneran terjadi dan ngga jarang orang yang masih menganggap hal tersebut adalah wajar dan perilaku lucu seorang anak kecil dengan dalih "dia kan masih kecil, ngga bakal ngerti juga kalaupun dikasih tau". Ya terus kalau gabakal ngerti bukan berarti dibiarin gitu aja berbuat seperti itu kan.
Emang salah ngajarin anak tentang pendidikan seks sedini mungkin? Sebegitu memalukan kah pendidikan seks terhadap anak usia dini apalagi setelah melihat secuil contoh-contoh diatas? Jawabannya adalah TIDAK. Sebagian orang memang masih ada yang memiliki stereotip bahwa mengajarkan pendidikan seks pada anak usia dini merupakan hal yang memalukan "ngapain sih kan belum waktunya mereka belajar seperti itu toh ntar mereka akan tau sendiri". Heyy kalian yang masih berpikir seperti ini, yuk pelan-pelan sadar bahwa tidak ada hal yang memalukan atau tabu dari mengajarkan pendidikan seks kepada anak. Ngga perlu nunggu remaja, lebih baik anak diberi pengajaran tentang pendidikan seks sedini mungkin melalui orangtua daripada dia akan mencari sendiri di media online yang mungkin bisa membuatnya salah kaprah dalam memahami.
Pendidikan seks (sex education) ngga melulu tentang gimana caranya berhubungan badan loh ya. Orang-orang dengan mindset malu untuk ngajarin anaknya tentang sex education pasti mikirnya begitu kan?. Hayoo ngaku kalian. Padahal sex sendiri dalam bahasa inggris berarti jenis kelamin. Kemudian pengertian sex education tuh ngga se simple itu. Menurut Risa Fitri Ratnasari dalam jurnalnya yang berjudul "Pentingnya Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini" menjelaskan bahwa pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan pemberian informasi mengenai masalah seksual. Pemberian informasi mengenai masalah seksual disini dijabarkan yakni seperti pengenalan anggota tubuh antara perempuan dan laki-laki, menjelaskan tentang fungsi dan kegunaannya terutama pada organ reproduksi, ajari anak untuk menghargai dan menghormati lawan jenis, kemudian tanamkan nilai agama, moral dan etika serta tahapan-tahapan lain sesuai usianya.Â
Pendidikan seks sedini mungkin dapat dilakukan oleh lingkup yang paling terdekat yakni keluarga, namun pada nyatanya tak jarang orangtua bingung bahkan tabu untuk memulainya. Berikut ini adalah tahapan-tahapan Sex Education sesuai dengan usia anak menurut halo dokter:
1) Usia 0-3 Tahun
Yang pertama adalah anak perlu dikenalkan bahwa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ajarkan anak mengenal setiap bagian tubuhnya beserta fungsinya. Jelaskan bahwa tubuhnya adalah anugerah yang harus dijaga dengan baik.
2) Usia 4-5 Tahun
Pada usia ini ajarkan anak untuk tidak melepas pakaian di depan orang lain yang bukan keluarga inti (kecuali dokter atau keadaan terdesak). Ajari anak untuk dapat membersihkan area intim mereka sendiri, untuk berkata "Tidak" saat orang lain menyentuh mereka terutama bagian pribadinya. Ajari anak untuk menghargai dan menghormati lawan jenisnya dan tidak mudah menerima tawaran baik hadiah ataupun jasa dari orang yang tidak dikenal. Ajari anak untuk berani minta tolong atau melaporkan bila ada orang yang menyentuh bagian-bagian yang tidak boleh disentuh (mulut, dada dan area bagian bawah).
3) Usia 6-8 Tahun
Orangtua sebaiknya menjelaskan fungsi reproduksi secara sederhana. Gunanya agar mereka tidak kaget dan bingung jika akan mengalami perunahan pada masa pubertas.
4) Usia 9-12 Tahun
Anak sudah mengalami masa pubertas, maka mulai jelaskan bahwa akan ada perubahan bagian tertentu pada organ tubuh mereka. Misalnya pada anak perempuan akan ada perubahan pada bagian dada yang mulai membesar dan akan mengalami haid. Untuk anak laki-laki akan mengalami perubahan pada leher yakn tumbuh jakun atau perubahan pada suara serta terjadinya mimpi basah ataupun keluar cairan mani pada alat vitalnya. Yang terpenting ajarkan kepada anak apabila ada hal yang ingin ditanyakan terkait seks, orangtua adalah sumber informasi utama dan terpercaya. Hal ini agar anak-anak tidak salah dalam mencari informasi terkait seks dan agar mereka lebih terbuka dalam kesehariannya tentang hal apapun.
Tahapan-tahapan diatas bisa kompasianers terapkan terkait sex education kepada anak sedini mungkin sesuai dengan usianya. Yuk jadi orangtua dan masyarakat yang lebih aware dan open terkait sex education pada anak sedini mungkin. Kita memang ngga bisa membasmi pelaku-pelaku kekerasan ataupun pelecehan seksual terhadap anak. Namun kita bisa membantu untuk meminimalisir anak yang kerap menjadi korban serta membantu menciptakan anak yang berakhlak baik sesuai dengan agama dan juga norma.Â
Mungkin sekian artikel dari saya, terimakasih kepada sender kocak yang telah bertanya hal tersebut sehingga membuat jiwa ingin menulis menjadi meronta-ronta kembali setelah sekian lama mager. Terimakasih untuk yang sudah mau membaca, semoga bermanfaat. Kritik dan sarannya juga boleh banget ya guys. Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan karena kesempurnaan hanya milik Allah kalau saya hanya milik Seokjin (canda wkwk). Okay sekian dan terimakasih semua, semoga kita semua sehat, sukses dan bahagia selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H