.........................................................................
Aku berjalan dengan sumringahÂ
Memasuki kabin yang dipenuhi orang yang tak sabar pulang ke rumah
Melangkah sedikit langsung
Disapa pramugari cantik nan ramah
Aku duduk tepat disebelah jendela
Ku tatap indahnya panorama yang ada
Saat kami lepas landas
Aku teringat perkataan ibu
'nak, nanti jangan lupa hubungi ibu'
Aku tersenyum barang sejenakÂ
Terbayang serunya berkumpul bersama keluarga
Namun tiba-tiba mimpi buruk terjadi
Disapa paksa turbulensi..
Ia oleng kesana-kemari..
Para pilot mencari jalan untuk menepi
Pramugari menyuruh persiapkan alat pelindung diri
Bergetar hati gemetar kaki
Bagaimana jika aku tak dapat menghubungi ibu nanti?
' Ya Allah..Ya Robbi..
Tolong selamatkanlah kami..'
Burung besi gagah yang ku naiki
Mengapa ia seolah kehilangan kaki?
Pramugari terus saja menyemangatiÂ
Walau aku tahu...Â
Mereka pun turut ketakutan setengah mati..
Satu..dua.. tiga..
Ku rasa burung besi mulai kehilanganÂ
arah dan kekuatannya..
Tiga.. dua.. satu..
' Ibu maafkanlah aku bila nanti tak dapat menghubungimu '
Empat.. lima.. enam..
Badan pesawat makin terguncang..
Aku dibuatnya serasa melayang
Tujuh.. delapan.. sembilan..
Burung besi mulai
mengeluarkan api kepanasan..
Penumpang menangis panik ketakutan
Berusaha bergenggaman tangan saling menguatkan..
'Apa kita akan benar-benar pulang sekarang, kawan?'
Hitungan ku hanya sampai sepuluh...
'Kapten kini kita akan jatuh..'
Gelap..!
Telinga berdeging begitu nyaring bak mengirimkan sinyal pada otak...!!Â
Gelap..!
Aku tak mampu lagi untuk tetap terjaga..
Dan kini...
Aku datang memenuhi panggilannya
........................................................................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H