Mohon tunggu...
Fikih Aji
Fikih Aji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi UNJ 2021

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Pengentasan Tawuran Remaja di Manggarai Melalui Program Pengembangan Masyarakat

26 Maret 2023   12:47 Diperbarui: 26 Maret 2023   12:59 1566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara umum, tawuran merupakan salah satu fenomena yang sering kali muncul pada masyarakat di kota-kota Indonesia. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2021 ada 188 desa/kelurahan di seluruh Indonesia yang menjadi arena perkelahian massal antar pelajar atau mahasiswa. Fenomena tawuran dapat diartikan sebagai sebuah peristiwa perkelahian yang melibatkan suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lain yang dimaksudkan untuk menyakiti pihak lainnya. Aksi ini dianggap sebagai tindakan menyimpang karena bertentangan dengan nilai dan norma sosial, karena dapat menimbulkan korban jiwa dan luka-luka bagi yang terlibat atau bahkan tidak dalam situasi tersebut. Kalangan remaja termasuk dalam satu ruang lingkup masyarakat kota, dan merekalah yang kerap kali melakukan aksi tawuran di jalan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa tawuran juga terjadi di antara warga sipil lainnya. 

Tawuran antar warga yang sempat sering terjadi di wilayah Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Tawuran antar warga yang marak belakangan ini terjadi sebagai salah satu penyebab munculnya rasa keresahan di masyarakat karena mengganggu keamanan dan ketertiban di sekitar wilayah tersebut. Peran pemerintah dan keberadaan polisi sebagai aparat hukum, memang diharapkan dapat menjaga dan bertanggung jawab atas masalah ini. Akan tetapi, apabila masyarakat ikut serta membantu bekerjasama dengan kepolisian, maka akan saling menguntungan  dalam menangani permasalahan ini. 

Sudah tidak heran lagi jika tawuran di kawasan Manggarai termasuk salah satu kawasan dengan tingkat konflik tawuran yang tinggi dan telah menjadi sebuah perbincangan masyarakat setiap tahunnya. Berdasarkan berita resmi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta, mencatat bahwa di Kecamatan Tebet, aksi tawuran antarwarga paling tinggi terjadi di Kelurahan Manggarai Selatan, dengan indeks 9,13 persen. Sesuai data per tahunnya, diketahui beberapa pemicu tawuran di Manggarai yaitu; saling ejek, rebutan lahan parkir, dan saling lempar petasan yang mengakibatkan korban luka ringan sampai meninggal dunia. Meskipun adanya peraturan yang mengatur peran pemerintah daerah dalam penanganan tawuran antarwarga, namun tawuran di kawasan Manggarai masih terus terjadi.

Terdapat 2 titik terjadinya tawuran antar kelompok yang terjadi di Manggarai. Lokasi pertama, di underpass Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Keberadaan lokasi ini memang di jalan yang menjadi tempat lalu lalang kendaraan dari arah Halimun - Matraman ataupun sebaliknya. Underpass Manggarai ini terletak di kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Kelurahan ini terkenal karena di sini terletak pintu air Kali Ciliwung dan stasiun kereta api Manggarai.

Lokasi titik tawuran ke 2 yang berada di jalan dekat arah stasiun Manggarai. Titik tawuran tersebut terjadi karena warga yang terlibat tinggal di dekat kawasan tersebut. Lokasi yang luas, tidak begitu macet dan dekat dengan gedung bangunan baru Stasiun Manggarai, hal tersebut yang menjadi incaran kelompok tawuran. Gedung baru itu terletak di sisi barat Stasiun Manggarai atau tepatnya di dekat Stasiun Bandara Manggarai.

Tawuran termasuk salah satu masalah sosial. Pelaku tawuran dipengaruhi beberapa faktor seperti tumbuh dalam keluarga yang berantakan, kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan lain sebagainya. Ini menunjukkan terdapatnya kualitas hidup yang rendah pada pelaku-pelakunya. Masalah sosial tidak bisa dibiarkan terjadi terus-menerus karena akan mengganggu harmonisasi di dalam masyarakat. Cara menyelesaikan masalah sosial adalah dengan melalui pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat adalah upaya untuk memungkinkan individu maupun kelompok masyarakat untuk dapat memecahkan masalah-masalah sosial sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui pengembangan masyarakat ini, remaja yang bertawuran diharapkan dapat menghentikan aksinya dan memperbaiki kualitas hidupnya. 

Program pengembangan yang bisa disalurkan untuk mengentaskan tawuran remaja adalah program yang bisa meningkatkan produktivitas mereka. Program yang dirancang dinamakan Rocker (Remaja Produktif Kerja) dimana para remaja pelaku tawuran diberikan tempat untuk menyalurkan energi mereka dengan cara yang positif. Salah satu faktor terjadinya tawuran di Manggarai adalah rebutan lahan parkir sebagai ladang mencari uang yang menunjukkan kurangnya kualitas SDM sehingga tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak atau juga kemalasan mereka untuk bekerja di tempat yang lebih baik. Saling ejek dan pelemparan petasan juga menunjukkan pendidikan yang rendah pada para pelakunya. Hal ini berarti para remaja memerlukan tempat penyaluran kegiatan yang lebih baik agar keterampilan dan bakatnya bisa berkembang dengan baik pada tempat yang benar. Beberapa konten program Rocker seperti pembukaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah untuk para pelaku tawuran setelah pelatihan yang benar dengan bantuan LSM, pembukaan klub minat seperti klub olahraga, seni, dan akademik untuk menaungi minat mereka yang belum cukup umur untuk bekerja, dan juga bantuan sekolah bagi mereka yang sekolahnya sempat terputus. 

Adapun strategi yang tepat untuk program pengembangan ini adalah The Responsive Strategy yang mana strategi ini bertujuan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan oleh masyarakat. Pemerintah memfasilitasi untuk bekerja sama dengan pihak luar (LSM lokal, perusahaan sekitar, yayasan bidang sosial, atau NGO internasional). Pihak-pihak luar ini bisa membantu berjalannya program Rocker.

 Kemudian, pendekatan yang tepat untuk melaksanakan program ini adalah The Development Approach. Pendekatan ini memusatkan kegiatan pada pembangunan dan sejalan dengan tujuan dari pemerintah dengan tujuan meningkatkan kemampuan, kemandirian dan keswadayaan masyarakat. Ini sesuai dengan jalannya program Rocker dimana program ini berusaha meningkatkan keterampilan dan kualitas hidup pesertanya.

Pada akhirnya, tawuran merupakan masalah sosial yang perlu diselesaikan agar tidak terjadi disharmonisasi dalam masyarakat dan juga agar setiap individu bisa merasakan kesejahteraan dalam hidupnya. Salah satu caranya adalah melalui pengembangan masyarakat agar orang-orang yang terlibat di dalamnya bisa berfungsi dengan baik di dalam masyarakat dan memiliki hidup yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Imawati, D. (2018). LATAR BELAKANG PENYEBAB TAWURAN. Motiva: Jurnal Psikologi, Vol 1 No 1.

Unga. (2020). Peranan Kepolisian Sebagai Criminal Justice System Dalam Menanggulangi Tawuran Antar Pelajar (Studi Pada Madrasah Aliyah Negeri Dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Palopo). Skripsi. Sulawesi Tenggara. Institut Agama Islam Negeri Palopo.

Arisca, F., & Lubis, A. Y. (2022). Strategi Pemolisian dalam Pencegahan Konflik Tawuran Antar Warga oleh Polres Metro Jakarta Selatan. Jurnal Ilmu Kepolisian, 16(2), 17.

Rizaty, Monavia A. 2022. "Tawuran Pelajar Paling Banyak Terjadi di Jawa Barat." Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/28/tawuran-pelajar-paling-banyak-terjadi-di-jawa-barat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun