Mohon tunggu...
Zulfikhar Gumeleng
Zulfikhar Gumeleng Mohon Tunggu... Penulis - Penerus Peradaban

Vox populy vox dey

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi: Narasi Pinggiran

18 Juni 2020   23:08 Diperbarui: 18 Juni 2020   23:07 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hegemoni adalah pendominasian atau dengan kata lain hegemoni adalah hasrat dalam menggenggam sesuatu, dan mengeksploitasi kemerdekaan rakyat kecil. Kalau kata antonio gramschi (baca: hgemoni dan negara tahun 1930) "rakyat menjadi bayi yang selalu mendengarkan dongeng di tengah malam" hal itu yang telah terjadi, dan menjadi budaya serta sistematis. 

Konstruksi yang tertanam hanya untuk mereka (kelompok elit) yang mempunyai manfaat itu, di sisi lain atau faktor x tidak ada dengan definisi lain bahwa masyarakat hanya sebatas pemuas semata. 

Bagi penulis ini sebuah kritikan kepada masyarakat bmr dan bagi penulis sendiri, hari ini tidak kebangkitan (melawan) dan membuat kedigdayaan politik praktis membudaya. 

Hegemoni itu bisa dibatasi bahkan dihentikan dengan bergeraknya masyarakat dan elemen untuk membongkar kemunafikan para elit, gerakan yang penulis maksudkan adalah membuka paradigma masyarakat itu sendiri (inklusif) dan tidak terkontaminasi politik praktis tersebut, perubahan adalah hal mutlak untuk memajukan sebuah wilayah

Substansinya adalah membuat perubahan dengan gerakan dan membatasi konsepsi elitis pada sosialnya masyarakat misalnya : pada momen-momen politik (pilkada) masyarakat lebih dominan untuk ber-praktis pada kebutuhan primernya masyarakat, padahal di sisi lain yg perlu disadari adalah membuat momen-momen semacam itu hanya merugikan masyarakat karena yang dikatakan penulis di atas bahwa masyarakat tidak sadar akan hegemoni yang tercipta. 

Penulis tidak melarang masyarakat untuk tidak memilih, tetapi sadarlah akan konsep hegemoni itu Penguasaan dan kekuasaan terhadap masyarakat masih utuh, via produksi politik dari elit untuk konsumen (masyarakat) yang penulis katakan di atas. 

Belajarlah dari sejarah, sejarah adalah kebenaran mutlak dan hari ini telah bergeser hal tersebut (kebenaran), Kenapa demikian ? kesadaran akan memahami sejarah sudah tidak lagi ditanamkan pada pikiran dan etika masyarakat, sehingga yang terjadi adalah degradasi dan kemorosotan pada masyarakat dan membuat hegemoni subur.

Bagi penulis, kita perlu sadar akan tanggung jawab terhadap daerah dan harus memajukan daerah yang semestinya tak boleh diserakan kepada lain. Anak pribumi jadi penonton, dan mereka yang di enakkan ikut juga menjilati sistem yang ada. Membangun daerah adalah tanggungjawab bersama dan bergerak untuk memajukan hal itu adalah yang penulis katakan di atas sadar akan daerah maka kita mampu membangun daerah tercinta (BMR).

Di akhir tulisan kecil ini, penulis ingin sampaikan bahwa tidak ada perubahan yang nyata tanpa tindakan, di brazil kelompok minoritas mampu bangkit dan membatasi kapitalisme (baca: paolo freire pedagogy of liberty, tahun 1964) karena gerakan moral untuk mempertahankan culture/ budaya. di jerman pada saat agresi nazi 1830 kelompok minoritas juga bergerak untuk membatasi etika otoritarianisme pada saat itu. Kalau kata founding father (soekarno) "pada suatu saat indonesia akan dijajah oleh bangsanya sendiri" maka tak ada kata yang belum selesai selama ada kata perjuangan.

Sekian terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun