Mohon tunggu...
Zulfikhar Gumeleng
Zulfikhar Gumeleng Mohon Tunggu... Penulis - Penerus Peradaban

Vox populy vox dey

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi: Narasi Pinggiran

18 Juni 2020   23:08 Diperbarui: 18 Juni 2020   23:07 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bolaang mongondow sebagai wilayah terbesar 54.5% di sulut harusnya sudah bisa memisahkan diri provinsi sulawesi utara, dengan wilayah terbesar, bolaang mongondow punya segalanya baik dari SDA dan SDM punya, tetapi hari ini masih nihil yang terjadi, dekonstruksi 1987 yang derrida katakan adalah hal yang harus di aktualisasikan (penerapan).

Dekonstruksi berasal dari pemikiran heidegger "destruksi" adalah perubahan dalam melihat sesuatu dengan objektif, namun hari ini masih utuh konstruksi yg terbangun. Sedikit merefleksikan sejarah bolaang mongondow, Nama Bolaang Mongondow berasal dari kata "bolango" atau "balangon" yang berarti laut. 

Bolaang atau golaang dapat pula berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap, sedangkan Mongondow dari kata "Momondow" yang berarti berseru tanda kemenangan.

Desa bolaang terletak di tepi pantai utara yang pada abad 17 sampai akhir abad 19 menjadi tempat kedudukan istana raja, sedangkan desa mongondow terletak sekitar 2 km selatan kotamobagu. Daerah pedalaman sering disebut dengan "rata mongondow". 

Dengan bersatunya seluruh kelompok masyarakat yang tersebar, baik yang berdiam di pesisir pantai maupun yang berada di pedalaman Mongondow di bawah pemerintahan Raja Tadohe, maka daerah ini dinamakan Bolaang Mongondow. 

Setiap kelompok keluarga dari satu keturunan di pimpin oleh seorang Bogani (laki-laki atau perempuan) yang dipilih dari anggota kelompok dengan persayaratan : memiliki kemampuan fisik (kuat), berani, bijaksana, cerdas, serta mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan kelompok dan keselamatan dari gangguan musuh. 

Sejak 2007 dimekarkan oleh bupati bolaang mongondow pada saat itu, bunda Hj. Marlina moha siahaan menjadikan 4 kabupaten dan 1 kota (bolmong, boltim, bolmut, bolsel, kota kotamobagu) daerah yang dimekarkan pertama adalah kota kotamobagu (paloko kinalang) pada tgl 27 juli 2007, kemudian berlanjut daerah-daerah lainnya. Bagi penulis itu adalah sebuah kehormatan dan harus dihargai oleh masyarakat BMR.

Pertama penulis ingin menjelaskan hal yang bagi penulis kita harus memahami hal tersebut.

1. Dari sejarah bolaang mongondow yang penulis refleksikan di atas kita harus pahami bahwa BMR (khususnya masyarakat) memahami bahwa akan pentingnya pemekaran dari P-BMR agar tidak terhegemoni oleh kepentingan segelintir elitis.

2. Bmr punya wilayah terbesar di sulut 54,5% dan itu harus disadari bersama. 3. Masyarakat harus sadar akan pentingnya memahami kondisi serta polemik yang terjadi di daerah. 

Bagi penulis, masyarakat hari ini masih enak tidur dan tidak sadar akan hegemoni politik yang diterapkan, menggunakan produksi (politik) sebagai pemuas kepada konsumen (masyarakat) atau dengan kata lain alibih politik membuat kesejukan di mata dimasyarakat, dan Masyarakat sendiri itupun nyaman dengan konsepsi hegemoni itu. Politik pecah belah bambu yang sengaja di produksikan oleh elitis membuat masyarakat nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun