Saat mendengar nama Ronaldo, apa yang terlintas dalam pikiran anda? Mungkin Ronaldo yang dari Brazil luput dari pikiran anda. Sebab nama ini telah "direbut" dan lebih terasosiasi dengan salah satu bintang sepak bola dari Portugis, Cristiano Ronaldo yang hebat, gagah dengan karakter yang kuat.
Dia dan Lionel Messi telah berbagi panggung pada dunia sepak bola, satu dekade terakhir. Miliaran pasangan mata terbetot kepada mereka berdua. Berbagi rekor dan gelar individu, serta saling mengejar raihan trofi.
Bukan hanya di jagad sepak bola, persaingan keduanya meluber kemana-mana. Termasuk dalam dunia bisnis. Dua merek ternama misalnya, Nike dan Adidas turut andil dalam rivalitas mereka, manakala Nike bekerjasama dengan Ronaldo dan Adidas memilih Messi.
Tentu keduanya memperoleh benefit dengan jumlah tak terkira bagi ukuran kita, baik secara sosial ataupun finansial. Namun hal ini mereka dapatkan tidak serta merta, sebab ada proses panjang mereka lalui, baik itu bias dari kualitas yang ditunjukkan di lapangan hijau, atapun efek personal brand yang kuat.
Persepsi kita tentang Cristiano Ronaldo adalah hasil dari apa yang disebut personal branding. Dalam politik-kekuasaan, personal branding adalah salah satu teknik pemasaran figur atau partai politik untuk memaksimalkan perolehan suara. Teknik ini secara teoritis tidak terbatas pada konteks politik-kekuasan semata, namun dapat dicangkokkan pada segmentasi lainnya. Termasuk dunia sepak bola.
Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro. Namun lebih tenar dengan sebutan "Cristiano Ronaldo", "Cristiano", "Ronaldo" atau "CR7". Penyebutan-penyebutan tersebut dalam perspektif marketing adalah merupakan brand yang dipilih untuk mendiferensiasikan dirinya dengan Ronaldo-Ronaldo lain, dan dengan orang lain disekelilingnya.
Identitas ini adalah "produk" yang dia tampilkan dan disebarluaskan ke khalayak demi mengkontruksi persepsi atau respon orang lain terkait dirinya. Ikhtiar-ikhtiar tersebut yang kemudian disebut Personal-Branding dengan akhiran -ing, yang pada muaranya menciptakan apa yang disebut personal-brand.
Akan tetapi dalam Personal Branding, "Cristiano Ronaldo", "Cristiano", "Ronaldo" atau "CR7" saja tidaklah cukup. Ada sejumlah prasyarat yang mesti terpenuhi untuk sampai pada Personal Brand.
Syarat pertama adalah kekhasan. Diperlukan sesuatu yang sangat spesifik atau khas sehingga berbeda dengan kebanyakan orang. Kekhasan ini juga adalah salah satu hukum dalam Personal Branding yang disebut sebagai The Law of Distinctiveness. Kualitas diri, tampilan fisik ataupun keterampilan adalah contohnya.
Soal ini, dalam tampilan fisik misalnya, sebagai brand, Cristiano Ronaldo membedakan dirinya dengan Ronaldo Nazario yang identik dengan potongan rambutnya yang unik, dengan model rambut pompadour yang lebih klimis. Ia juga dengan rutin merayakan gol dengan gaya unik yang kemudian diimitasi banyak pemain lain bahkan bocah-bocah di kota dan pedalaman nusantara.
Ia juga memberi pembeda pada dirinya dengan rival beratnya, Messi. Â Saat Messi mentato hampir seluruh badannya, Ronaldo memilih tidak dengan alasan karena rutin mendonorkan darah. Ronaldo juga beberapa kali berpindah tim, disaat Messi dikenal sebagai pemain yang setia pada satu klub.
Syarat kedua konsistensi. Dalam konteks branding, rekor-rekor gol dan raihan trofi yang Ronaldo gapai adalah bentuk konsistensi agar label "pemain terbaik", atau "pemilik gelar dan gol terbanyak" tetap diekatkan sebagai personal-brandnya.
Model rambut yang tak berubah bertahun-tahun, atau selebrasi gol ikonik yang ia pertahankan, ataukah
sikapnya yang dermawan, adalah bagian dari konsistensi. Karakter yang demikian adalah bentuk aktual hukum Personal Branding lainnya, The Law of Specialization.
Selain daripada itu, terdapat tiga variabel lain yang mesti menjadi atensi dalam personal branding yakni karakter, kompetensi dan kekuatan. Dan ketiganya juga terejawantah dalam diri Cristiano Ronaldo.
Keseluruhan hal tersebut kemudian didistribusikan secara terus-menerus dan berkelanjutan ke ruang publik sehingga tertancap dengan kuat dalam benak banyak orang. Disini pulalah Hukum Personal Branding berlaku, yakni The Law of Visibility, keterlihatan. Disinilah media sebagai saluran menjadi faktor determinan.
Pada akhirnya, apa yang kita lihat pada hari-hari ini pada diri Cristiano Ronaldo adalah penjabaran dari apa telah disebutkan diatas. Memiliki basis fans fanatik pada segala penjuru, bahkan ia adalah satu-satunya manusia yang memiliki pengikut Instagram terbanyak di muka bumi.
Ia menjadi magnet bagi sejumlah brand-brand ternama dunia seperti Nike dan Clear. Dengan modalitas yang sama, ia merambah bisnis secara pribadi, seperti produk sandang dan perhotelan.
Para pebisnis dan politikus atau bahkan kita-kita perlu belajar banyak hal dari Cristiano Ronaldo. Sebab brand yang kuat adalah aset bernilai menuju kesuksesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H