Prof. Kuntjowijoyo dalam buku "Manusia dan Kebudayaan di Indonesia" mengatakan, salah satu ciri orang Sunda adalah mencintai dan menghayati keseniannya. Kalau dilihat-lihat, karakter itu yang melengket dalam struktur ekonomi-sosial mereka.
Sehingga dari logos itu, orang-orang Sunda sangat memedulikan keindahan. Kata seorang kerabat yang pernah merantau disana, saat menggelar lapak jualan stiker sekalipun, mereka tidak asal-asalan belaka, faktor estetika menjadi hal yang utama.
Ini juga tercermin dalam tata kota Bandung nyaman dipandang. Setidaknya itu yang saya lihat keesokan pagi, saat saya menyewa grab motor untuk sekadar berkeliling. Beberapa taman kota nan hijau dengan bangunan bergaya futuristik saya lewati.
Sepanjang jalan, pohon rindang menaungi pejalan kaki di pedestrian yang kadang menanjak kadang menukik, mengikuti morfologi geografis kota.Seperti di Braga, disana-sini bejibun spot foto yang instagramable, yang niscaya membuat anda takkan kekurangan feed dan story instagram.
Tampaknya, persentuhan budaya antara orang Sunda dan Eropa di Jalan Braga, membidani kelahiran pop-culture yang kita kenal sebagai Distro, distribution outlet. Coba diingat-ingat, kebutuhan sandang yang keren dan estetik bagi muda-mudi Indonesia generasi 90-an hingga sekarang-sekarang, berasal dari kota ini. Dari butik Eropa menjadi Distro orang Sunda. Namun ini spekulasi saya belaka, ygy.
Pada ujung selatan, jalan Braga bertemu dengan jalan bersejarah lainnya, Asia-Afrika. Disini pula, Tanah Sunda dan orang Nusantara memberikan sentuhan terbaiknya pada percaturan politik dunia.
Esok siang kami akan meninggalkan kota ini. Menuju Malioboro, Jogjakarta. Tak cukup semalam untuk menikmati Bandung dan jalan Braga tak memandai untuk meneropong Sunda secara keseluruhan. Namun tidak seperti lagu melankolisnya Peterpan, warnanya tak akan memudar dalam pikiran, bersama udara dinginnya yang akan selalu terngiang-ngiang.
Disini, di jalan yang gemerlap ini, ada tata kota yang perlu dipedomani, dan sentuhan warganya yang perlu diteladani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H