"Misalnya, atlet renang sering mengalami cedera bahu karena intensitas gerakan repetitif, sedangkan atlet pencak silat atau gulat lebih rentan terhadap cedera engkel dan siku akibat kontak fisik. Bahkan, atlet sepatu roda kerap menghadapi risiko cedera karena aktivitas dengan intensitas tinggi," jelasnya.
Metode Penanganan Cedera: PRICE dan HARM
Forum ini juga memberikan edukasi mengenai metode penanganan cedera yang dikenal sebagai PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation). Langkah-langkah ini dirancang untuk mengurangi dampak cedera akut, seperti keseleo atau strain otot. Berikut penjelasan rinci dari metode PRICE:
- Protection (Perlindungan):Â Melindungi area cedera dengan menggunakan brace atau penyangga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Rest (Istirahat):Â Menghentikan aktivitas fisik selama 48-72 jam untuk memberikan waktu pemulihan.
- Ice (Es):Â Mengompres area cedera menggunakan es selama 15-20 menit setiap 3 jam untuk mengurangi pembengkakan.
- Compression (Kompresi):Â Membalut area cedera dengan perban elastis untuk membantu mengurangi pembengkakan.
- Elevation (Elevasi): Mengangkat area cedera agar lebih tinggi dari jantung untuk membantu sirkulasi darah.
Di sisi lain, peserta juga diberi peringatan untuk menghindari metode HARM (Heat, Alcohol, Running, Massage), yang dapat memperburuk kondisi cedera. Misalnya, menggunakan air panas untuk kompres atau memijat area cedera justru dapat meningkatkan pembengkakan dan kerusakan jaringan.
Widi Arti menjelaskan bahwa Fisioterapis memiliki peluang karier yang luas, termasuk bekerja di klinik olahraga, komunitas, atau bahkan sebagai dosen.
"Melalui edukasi seperti ini, kami berharap Fisioterapi semakin dikenal luas, tidak hanya di Sidoarjo, tetapi juga di Jawa Timur dan tingkat nasional," tambahnya.
Baca juga: Faradiva Fannysyah Zahwa, Raih Gelar Wisudawan Terbaik D3 Fisioterapi Umsida Dengan IPK 3,94
Selain memberikan edukasi kepada siswa Smanor, forum ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi mahasiswa fisioterapi Umsida yang bertugas sebagai fasilitator.
"Saya berharap mahasiswa kami belajar berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan komunitas. Ini adalah pengalaman nyata yang tidak mereka dapatkan di ruang kelas," kata Widi Arti.
Kegiatan ini merupakan langkah positif dalam mengedukasi para atlet muda tentang pentingnya penanganan cedera yang tepat. Dengan kolaborasi antara sekolah, institusi pendidikan tinggi, dan komunitas, diharapkan fisioterapi dapat menjadi bagian integral dalam dunia olahraga di Indonesia.
"Dengan edukasi yang konsisten, saya yakin kesadaran masyarakat tentang pentingnya fisioterapi akan semakin meningkat, terutama untuk mendukung performa atlet muda di Indonesia," tutup Widi Arti.