Saya sakit hati dan 'geleng-geleng kepala' ketika menonton salah satu program acara musik di stasiun teve yang dulu menjadi rumah penghibur-penghibur kawakan ini. Program musik ini (yang kebetulan saya tonton) adalah salah satu program yang disponsori oleh suatu perusahaan rekaman di negeri ini. Tidak ada yang salah sebenarnya, hanya saja, menurut hemat saya, program musik ini 'menghapus' atau tidak menyisakan jejak bahwa TVRI dulunya adalah 'ibu kandung' penyanyi-penyanyi dan grup-grup musik kawakan, yang ditampilkan kini adalah penyanyi-penyanyi dan grup-grup musik 'kurang berkualitas'. Mengingat pernyataan salah seorang penyanyi jebolan TVRI zaman dulu, di zamannya, tidak ada penyanyi yang kurang, apalagi tidak berkualitas yang boleh tampil di program-program stasiun teve ini. Wah, mengapa sekarang seperti ini? Pada zaman 70-an atau 80-an, penyaring bakat pada masa itu memang sangat ketat menyaring orang-orang yang pantas tampil. Kalau tidak keliru penyaring bakat yang terkenal "macan" saat itu antara lain adalah Opa Chris Patikawa dan Opa Remy Silado (mungkin secara umum).
Kabarnya, pada era 70an dan 8oan, para pemusik belum bisa dikatakan "keren" jika belum tampil di TVRI. Maklum stasiun teve pertama dan satu-satunya pada masa itu. Berbeda dengan sekarang yang sudah menjamur stasiun teve swasta, baik nasional maupun lokal. Akan tetapi, apakah karena stasiun teve sudah banyak, lantas TVRI "harus mundur" dari persaingan? Hingga program musik TVRI kini tak lagi menampilkan penyanyi berkelas seperti A.Merriem Mattalatta (pada masa 70an) atau penyanyi sekelas Agnes Monica, Winda Viska, Dira Sugandi pada masa kini. Selain pengisi acara yang bukan lagi penghibur kawakan, program siaran TVRI kini melulu hanya ulangan-ulangan tayangan beberapi minggu, bulan, bahkan tahun yang lalu. Wah...........
Harapan Saya sebagai "pengagum sejarah TVRI", semoga pemerintah berkenan menambah anggaran untuk TVRI, toh pemerintah kan empunya (mungkin ini masalah besar yang dihadapi manajemen TVRI). Insya Allah, dengAn anggaran yang lebih besar, manajemen dan operasional TVRI bisa mengganti semua perangkat teknis yang sudah usang, klasik, jadul yang membuat kualitas gambar,tampilan siaran TVRI jauh ketinggalan dibanding televisi swasta. Selain itu, dengan anggaran yang lebih besar, TVRI mampu membayar 'penghibur-penghibur" berkualitas yang berharga tinggi. Iya nih.. kok jarang ya (hampir tidak pernah), Saya menyaksikan Nidji dan grup musik populer dan berkulaitas tinggi masa kini tampil di TVRI? Yah.. alasannya mungkin ya itu tadi..
Sekali lagi, besar harapan Saya dan pastinya yang lain juga, TVRI bisa bersaing dengan stasiun teve swasta masa kini, dan bisa membuat acara musik yang 'dahsyat' yang menampilkan pengisi-pengisi acara yang berkualitas, baik penghibur lama maupun pendatang baru. Yang penting berkualitas lah.....
Maju TVRI...!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H