Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketahui Perbedaan Alergi vs Gangguan Saluran Cerna Fungsional

20 Oktober 2021   05:16 Diperbarui: 20 Oktober 2021   05:19 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buat bapak-bapak kayaknya ini penting banget deh. Gimana coba caranya bedain gumoh sama muntah? Gumoh ternyata bagian dari gangguan saluran cerna fungsional yang bisa diterima. Sebabnya karena saluran cerna anak usia di bawah 1 tahun belum mature atau belum sempurna.

Nah, yang bahaya adalah jika anak muntah karena penyebab gangguan organ. Selain itu bisa juga karena alergi susu sapi. Inilah pentingnya orang tua mengetahui ciri-ciri gangguan saluran cerna fungsonal dengan gangguan saluran cerna karena disfungsi organ atau karena alergi.

Sedikit pencerahan tentang hal tersebut saya dapatkan setelah menonton Webinarnya @nutrisibangsa dengan narasumber dokter spesialis anak konsultan gastro hepatologi dr. Frieda Handayani, Sp.A (K). Rekamannya bisa Anda cek di sini ya.

Ilustrasi dok.pribadi
Ilustrasi dok.pribadi
Banyak ilmu-ilmu baru yang saya dapat. Terutama cara ngebedain saat anak muntah karena kondisi organ fungsional biasa atau karena alergi.

Menurut dr. Frieda, saat usia dua tahun pertama kehidupan adalah masa emas anak-anak. Penting buat orang tua mengetahui jika mereka terkena gangguan atau masalah pada saluran cernanya.

Masa emas yang terjaga biasanya ditandai dengan masa pertumbuhan yang normal dilihat dari perkembangan secara fisik seperti tinggi dan berat badan yang ideal. Selain itu, perkembangan anak juga bisa dilihat dari perkembangan bahasa, atensi dan IQ. Begitu juga dengan perkembangan emosinya serta cara interaksi sosialnya.

Sedangkan untuk masa emas yang kurang terjaga ditandai dengan infeksi saluran cerna sehingga inilah yang bisa menghambat perkembangan atau pertumbuhan anak pada masa emasnya. Selain stunting, pertumbuhan anak bisa terhambat akibat infeksi tersebut.

Tapi, jangan khawatir. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar hambatan itu bisa dihindari. 

Dua tahun pertama kehidupan boleh dibilang sebagai salah satu periode yang rentan menurut dr. Frieda. Pasalnya pada saat masa-masa inilah anak terpapar ribuan bakteri dan zat asing. Sementara itu, sistem organ belum berkembang secara sempurna atau belum berfungsi secara optimal.

Dampaknya anak jadi mudah mengalami gangguan fungsional dan mudah sakit. 

Ilustrasi dok.pribadi
Ilustrasi dok.pribadi
Jika dilihat dari gambar, inilah salah satu sebab anak kerap mengalami gangguan saluran cerna di usia emasnya. Bisa kita lihat bahwa saluran cerna bayi masih terbuka, berbeda dengan saluran cerna yang sudah tertutup sehingga ada batas antara bagian luar dan bagian dalam sehingga lebih terlindungi dari zat asing.

Nah, jika dibreakdown lagi, setidaknya ada dua gangguan saluran cerna pada anak yang perlu diketahui. Pertama, gangguan saluran cerna akibat alergi susu sapi (ASS). Kedua, gangguan saluran cerna fungsional atau functional gastrointestinal disorder (FGID). 

FGID ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal yang saling terkait seperti;

  1. Faktor biologis anak
  2. Faktor psikososial
  3. Faktor lingkungan dan budaya

Nah, beberapa gangguan yang umumnya dialami oleh anak di masa emasnya adalah sebagai berikut;

  1. 30% mengalami regurgitasi atau gumoh (mengeluarkan kelebihan asi dalam jumlah sedikit, anak tetap happy atau tidak merasa sakit) gangguan ini akan berkurang di usia 4-6 bulan dan akan hilang di usia 9 bulan.
  2. 20% mengalami kolik infantil (menangis, tidak tenang tanpa alasan yang jelas).
  3. 15% mengalami konstipasi fungsional (jarang buang air besar selama dua minggu belum terntu berbahaya), perlu diperiksakan ke dokter jika ada gangguan akibat kelainan organ. Kenali lewat warna tinja. Jika berwarna hitam dan berbentuk bulat terindikasi tidak normal. Yang normal tinja lembut dan lunak. Biasanya terjadi di usia anak di bawah 6 bulan.
  4. 10% mengalami diare fungsional atau diskesia (buang air besar 4x sehari)

Gangguan fungsional tersebut ada yang tidak perlu dirisaukan secara berlebihan. Karena seperti yang sudah disebutkan oleh dr. Frieda, penyebabnya karena saluran cerna berlum bekerja optimal atau belum sempurna. Namun demikian, tetap harus diperhatikan juga perbedaannya dengan gangguan saluran cerna akibat alergi atau karena kelaian organ (berbahaya).

Illustrasi dok. pribadi
Illustrasi dok. pribadi

Yang perlu diwaspadai adalah jika gangguan saluran cerna akibat infeksi atau alegri. Pengebabnya (alergen) bisa dari berbagai hal, salah satunya adalah susu sapi. 

Menurut dr. Frieda, alergi susu sapi paling sering ditemukan di masa anak-anak dini, kedua setelah alergi telur. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian alergi susu sapi 2-7% dengan kasus tertinggi pada usia awal kehidupan atau dua tehun pertama masa emas anak.

Alergi susu sapi bisa diketahui sejak satu bulan pertama atau selama satu minggu lamanya di saat awal kehidupan atau bulan pertama.

Beberapa gejala alergi susu sapi yang perlu diketahui sbb;

  1. 50-70% pada kulit kemerahan.
  2. 20-30% saluran pernafasan (batuk, bersin, hidung berair).
  3. 1-9% sistemik gejala parah.
  4. 50-60% saluran cerna (gumoh, muntah, diare, sembelit, anemia, darah pada fases, kolik paling umum).

Umumnya anak mengalami dua jenis gejala ringan sampai dengan sedang tidak hanya di satu lokasi organ saja. Jadi, orang tua harus paham tanda-tandanya saat anak diketahui alergi terhadap susu sapi.

Illustrasi dok.pribadi
Illustrasi dok.pribadi

Paling cepat gejala tersebut muncul kurang dari dua jam. Paling lambat gejalanya muncul lebih dari dua jam sampai dengan 72 jam setelah minum susu sapi. Gejala alergi ini mirip dengan gejala saluran cerna fungsional.

Untuk membedakannya adalah dengan cara;

  1. Kenali perbedaan lewat gejala-gejala yang ditimbulkan.
  2. Konsultasi pada dokter untuk mendapatkan diagnosis yang benar.
  3. Sebab gejala yang mirip harus dipelajari.

Jangan tunda periksakan anak ke dokter jika gejala berlanjut atau bahkan sudah ada tanda bahaya seperti;

  1. gangguan pertumbuhan (berat badan, tinggi badan tidak ideal).
  2. Muntah darah.
  3. Msalah makan.
  4. Gangguan pada organ.
  5. Dampak lain tergantung jenis penyakitnya.

Walhasil sebagai orang tua memang pada akhinya perlu edukasi tentang bagaimana membedakan gejala gangguan saluran cerna fisiologi dengan gangguan cerna karena kelainan organ atau alergi seperti yang sudah dijabarkan. 

Gangguan saluran funsional biasa tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan karena lumrah terjadi dan tidak akan mengganggu tumbuh kembang anak. 

Tetapi, jangan juga menjadi abai. Karena beberapa gangguan akibat alergi bisa terbawa hingga anak dewasa. Asma menjadi salah satu penyebab saat anak mengalami alergi susu sapi di usia emasnya. Meskipun demikian persentasenya menurut dr. Frieda sangat kecil karena sistem imun sudah cukup baik.

Susu soya yang difortifikasi sebagai sumber nutrisi alternatif jika anak sudah tidak menyusui ASI dan alergi terhadap susu sapi. Sehingga kebutuhan nutrisi seimbang anak tetap terpenuhi menjadi anak hebat.

Orang tua kini bisa terbantu dengan adanya beberapa inovasi tool digital yang membantu membedakan alergi atau bukan. Melalui pemanfaatan tools digital yang diinovasikan oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia serta keunggulannya dari tools allergy checker, akan lebih memudahkan orang tua dalam mengenali gejala-gejala alergi susu sapi dengan paduan dari para expert yang tepat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun