Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Madu Murni dan Pengalaman yang Tak Terlupakan

17 September 2020   22:56 Diperbarui: 17 September 2020   22:59 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencoba madu murni de Farm (dokpri)

Madu murni sudah menjadi bagian dari hidup kami sekeluarga di Pesantren Alquran Babussalam, Ciburial Bandung. Sejak kecil, keluarga saya memang hidup di desa yang masih dikelilingi hutan, sawah, serta perkebunan yang dikelola oleh masyarakat desa. 

Beruntung saat itu pondok pesantren tempat saya tinggal, sudah mulai membudidayakan lebah. Lebahnya digunakan untuk pengobatan dengan metode suntik lebah, sedangkan madunya dimanfaatkan untuk suplemen dan kesehatan sehari-hari.

Maka, beberapa cerita tentang khasiat lebah serta madu sudah menjadi hal yang lumrah sekaligus menarik bagi kami untuk dibagikan kepada tamu maupun sanak saudara yang berkunjung ke pesantren.

Kisah tentang Madu di masa kecil

Ada kisah yang membuat saya kagum dengan khasiat madu. Saat itu adik saya yang usianya kira-kira 6 atau 7 tahun sedang bermain ayunan. Namun, entah bagaimana kronologinya hingga akhirnya ia terjatuh dengan posisi kepala terlebih dahulu. Ia jatuh terjerembab ke tanah. Akibatnya dahinya mengeluarga darah terus menerus. 

Dalam kondisi panik akhirnya adik saya dibawa oleh kerabat pada orang tua untuk diobati. Yang pertama dilakukan ada membersihkan luka serta berusaha agar darah berhenti mengucur. Syukur Alhamdulillah, akhirnya adik saya bisa tertangani dengan baik. Hingga berujung pada keputusan apakah harus dijahit atau tidak. 

Namun, pada akhirnya diambil keputusan tidak dijahit dan hanya diolesi tipis dengan menggunakan madu setiap hari pagi dan malam hingga lukanya menjadi kering. Hebatnya, luka tersebut benar-benar hilang tidak berbekas. Bisa jadi karena lukanya tidak terlalu dalam.

Itu hanya salah satu cerita diantara cerita keajaiban tentang madu dan lebah.

Sejak itulah akhirnya saya menjadikan madu sebagai gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan hingga saat ini. Terus terang karena sudah tidak tinggal di Bandung kadang-kadang saya suka was-was dan khawatir jika membeli madu secara sembarangan. Khawatir madunya tidak asli atau palsu. 

Cara mengetahui keaslian madu

Kata orang, penjaja madu saat ini banyak yang berlaku culas dan curang dengan menambahkan air. Namun, sebenarnya madu pun punya kadar airnya tetapi dalam jumlah yang wajar. 

Ada salah satu sumber ang saya baca, isinya memberikan tips untuk memebedakan madu yang sudah tercampur dengan air. Caranya tinggal diamkan saja botol madu di dalam kulkas. Sehingga nantinya akan terlihat dengan jelas air akan membeku dan terpisah dari madu, seperti minyak dan air.

Mencoba madu murni de Farm (dokpri)
Mencoba madu murni de Farm (dokpri)
Terlepas dari itu semua, setiap kali ke Bandung, saya selalu membawa pulang madu dari kampung. Namun, sejak pandemi, saya jadi agak kesulitan untuk bolak-balik ke Bandung lagi.

Maka, ketika ada quiz yang diselenggarakan oleh Ketapels dengan hadiah madu murni, saya pun langsung gercep mengikutinya. Alhamdulillah, sudah rejeki dan memang lagi butuh karena persediaan madu di rumah sudah mulai menipis.

Madu Murni de Farm

Akhirnya saya mendapatkan satu botol Madu Murni De Farm dari Ketapels. 

Madu Murni de Farm (dok.pribadI)
Madu Murni de Farm (dok.pribadI)
Tampilannya cukup menarik dengan botol kaca. Botol kacanya cukup tebal dan kokoh. Sudah ada label yang menginformasikan kode produksi dan kedaluwarsanya juga.

Nah, karena penasaran dengan rasanya, akhirnya saya langsung mencobanya. Seperti kebiasaan kakek saya di kampung. Biasanya beliau setiap hari makan satu hingga dua sendok makan. Iya, jadi dituangkan langsung ke sendok makan. Buat yang tidak terbiasa mungkin akan merasa giung, istilah dalam bahasa Sunda jika makanan terlalu manis.

Tapi karena ini madu murni jadi manisnya menurut saya natural beda dengan manis gula putih atau gula batu. 

Nah, selain diminum langsung dengan menggunakan sendok, biasanya saya menggunakan madu untuk campuran kopi ataupun teh. Jadi sebagai pengganti gula. Tidak terlalu banyak sih, untuk satu gelas cukup satu sendok makan saja. 

Mungkin rasanya memang tidak seenak gula aren yang membuat campurannya menjadi pas. Tapi, dengan menggunakan madu justru akan mendapatkan dua khasiat, selain rasa manis yang natural juga vitamin dan mineral yang terkandung dalam madu tersebut. 

Nah, setelah saya cek di marketplace, review madu murni de farm ini juga sangat baik. Artinya sudah mendapatkan pengakuan dan reputasi di beberapa marketplace online ternama. Berikut adalah video unboxing Madu Murni de Farm yang saya dapatkan dari Ketapels. 

Mau tahu rasanya seperti apa? Tonton videonya sampai akhir yaaa....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun