Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenangan Terakhir Mudik Bareng Ayah

21 Mei 2020   17:55 Diperbarui: 21 Mei 2020   18:37 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik terakhir bareng ayah dan keluarga, rasanya baru terjadi kemarin. Mudik pada tahun 2012 adalah mudik terakhir buat kami sekeluarga dengan anggota lengkap.

Kami adalah keluarga besar dengan 14 anggota keluarga, ditambah dengan anak dan istri saya.

Sementara itu ada salah satu adik saya yang memang sudah bermukim di Sidoarjo bisa langsung pulang ke Situbondo.

Kami semua tentu tidak berpikir bahwa itu adalah mudik terakhir bagi kami sekeluarga dengan seluruh anggota lengkap. Saat itu baru saya yang sudah berkeluarga. Kakak saya yang paling sulung pun masih bujangan, pun adik-adik yang lain.

Alhamdulillah kami bisa pulang kampung bersama dengan dua kendaraan. Momen itulah pertama kalinya saya nyetir dari Bandung ke Situbondo sendirian. Karena hanya single driver, kami harus banyak berhenti di beberapa masjid dengan tetap berpuasa. 

Saya masih ingat betul beberapa kali kesempatan pada saat berhenti di pom bensin, ayah harus berkali-kali memperbaiki kondisi bagasi di rak atas mobil. Maklum, karena banyak pasukan, beberapa barang harus di simpan di bagian atas mobil supaya bisa menampung banyak anggota keluarga di dalam kabin.

Perjalanan kami relatif lancar dan tidak ada kendala yang berarti. Macet pun masih dalam kategori normal-normal saja. Malahan sebelum pulang ke Bandung, kami sempat menyeberang ke Bali, keliling toko oleh-oleh dan sempat menginap di salah satu rumah seorang kerabat.

Tahun 2014, ayah berpulang. Pada saat itu akhirnya kami mudik untuk kedua kalinya dengan semua anggota keluarga. Kakak tertua sudah menikah, istrinya tengah hamil tua. Pun istri saya juga sudah hamil tua. Sementara adik saya nomor 3 pun sudah menikah dengan istri yang mengandung anak kedua.

Tapi dengan momen yang berbeda. Kami mengantarkan ayah ke pusara terakhirnya di Jawa Timur. Punya keluarga dengan kampung halaman yang terpisah jauh ratusan kilometer seperti itu memang tidak mudah, terutama saat salah satunya berpulang. Tapi, justru di situlah yang menjadi kenangan tak terlupakan.

Tahun lalu, akhirnya saya bisa memboyong keluarga dan mertua ikut ke kampung halaman, untuk mudik sekaligus menengok ayah. Tahun lalu menjadi momen yang juga tidak disangka, saya bisa membawa serta mertua melintas selat madura, bersilaturahmi dengan keluarga di sana. Sayangnya tidak sempat menyeberang ke Bali karena keterbatasan waktu.

Jangan Mudik Dulu ya

Tahun ini akan menjadi tahun yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena pandemi. Jangankan untuk bisa pulang kampung ke Jawa Timur, buat mudik ke Bandung saja sepertinya akan saya ditangguhkan. 

Mau tidak mau tentu harus dilakukan demi keselamatan dan keamanan bersama. Pasti ada perasaan rindu terhadap keluarga besar, ibu satu-satunya dan juga kakek dari ibu satu-satunya.

Apapun alasannya saya tidak bisa egois. Apa yang kita hadapi ini adalah bahaya tak kasat mata, yang bisa saja menjadi bencana bagi kami semua sekeluarga jika tetap nekat mudik.

Oleh karena itu, buat saya, semua orang harus berpikir ulang jika punya keinginan untuk mudik tahun ini.

Untuk salat idul fitri saja saya sudah merencanakan menyelenggarakan hanya keluarga inti saya di rumah. Meski sudah ada pengumuman di lingkungan rumah akan ada penyelenggaraan salat idul fitri di lapangan. Tapi, akan sangat berisiko sekali karena daerah saya sudah masuk zona merah. Sayang sekali karena yang memutuskan juga sebenarnya bagian dari pemerintah daerah.

Dengan kondisi tersebut, sebetulnya kita tidak perlu galau. Sejak awal prosedur kesehatan sudah jelas. Jika di wilayah kita sudah memasuki zona merah, baiknya tetap salat di rumah. Tunda mudik sampai kondisi pandemi benar-benar terkendali.

Karena untuk melawan pandemi seperti ini butuh kerjasama dan kerja keras bersama. Jangan biarkan para petugas kesehatan berguguran dan berjuang sendirian. Jangan terus menerus terkungkung dalam pro dan kontra, toh kita semua sudah tahu apa saja risikonya.

Salah sehat selalu ya teman-teman. Tetapi jaga kesehatan dalam menyambut hari Kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun