Ngomongin soal solidaritas atau perasaan senasib dan seperjuangan itu tidak lepas dari persahabatan yang dijalin. Nah, buat yang belum pernah nonton, mungkin ada baiknya memasukkan dua judul film ini dalam daftar tontonan inspiratif sepanjang masa.
Kenapa film Laskar Pelangi dan Negeri Lima Menara termasuk dalam film persahabatan sepanjang masa? Jawabannya sebenarnya sangat sederhana. Karena sosok utama Ikal dan Alif di kedua film tersebut mengalami pasang surut kehidupan bersama teman-temannya semasa di bangku sekolah.
Ikal misalnya yang harus menampilkan performa bersama teman-temannya sampai harus gatal-gatal bersama gara-gara ide gila Mahar. Wal hasil ternyata ide tersebut malah menjadikan kelompok Ikal dan teman-temannya menyabet gelar performance terbaik.
Soal Alif, jangan ditanya lagi bagaimana kisahnya hidup di dalam satu asrama. Kehidupan di asrama kerap dianggap sebagai rumah kedua bagi para santri. Malahan ada yang malah lebih betah bertahan di asrama dibandingkan pulang ke rumahnya. Hal tersebut sudah membuktikan bahwa ada jalinan yang lebih dalam dari sekedar persahabatan.Â
Kedua film inilah yang mengajarkan apa itu arti solidaritas terhadap sesama teman. Solidaritas yang diceritakan kadang-kadang ada juga yang agak nakal. Tapi, kita maklum lah, namanya kenakalan anak-anak di masa sekolah.Â
Dua film ini juga meraih respon positif dari para pemirsanya. Kedua sosok utama yang diceritakan pun seolah menceritakan kehidupan asli penulisnya. Andrea Hirata yang bisa mendapatkan beasiswa hingga ke Prancis, begitupun dengan Ahmad Fuadi yang bisa melanglang buana ke berbagai negara di benua biru untuk mendapatkan pendidikan gratis alias beasiswa.Â
Kesuksesan mereka tentu tidak lepas dari peran teman-temannya semasa sekolah. Bisa jadi janji Alif dan teman-temannya di bawah menara itulah yang melecut semangat Alif hingga bisa menyongsong cita-citanya berangkat ke luar negeri. Begitupun suratan takdir Ikal yang bisa menempuh perjalanan panjang hingga akhirnya sukses kembali dari negeri seberang.
Kisah solidaritas tersebut tentu saja mengingatkan kita pada teman-teman semasa SD, SMP, SMA bahkan di bangku kuliah. Solidaritas itu pun akhirnya tidak akan pernah pupus.Â
Contohnya, setiap ada teman atau sahabat yang kesulitan entah itu musibah, sakit atau membutuhkan bantuan, biasanya ada salah satu indikator yang memunculkan ide untuk berdonasi memberikan bantuan. Itulah salah satu contoh bentuk solidaritas yang bisa terawat meskipun sudah tidak lagi bersama.Â
Film-film tentang solidaritas cukup penting untuk mempelajari bagaimana kerja sama atau team work dalam sebuah tim atau kelompok. Agar, setiap orang bisa memaksimalkan perannya masing-masing tanpa harus menonjolkan egonya sendiri.Â
Saya jadi teringat dengan beberapa tes teamwork baik itu saat latihan maupun pada saat melakukan simulasi di beberapa training. Uniknya orang-orang yang bisa bekerja sama dengan baik adalah orang-orang yang mampu menundukkan egonya, sementara orang-orang yang merasa hebat sendiri malah dengan sendirinya tidak mendapatkan tempat di dalam kelompok.Â
Dalam kondisi pandemi seperti ini, solidaritas kita pun sedang diuji. Solidaritas terhadap sesama bangsa. Senang rasanya jika kita bisa mendengar banyak donasi bermunculan kepada mereka yang terdampak pandemi, entah karena dipotong gajinya, dirumahkan, bahkan di PHK. Mudah-mudahan dengan rasa solidaritas yang tinggi inilah kita bisa melalui segala macam ujian dan cobaan bersama-sama sehingga akan semakin banyak yang bisa ditolong dan survive melewatinya. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H