Ramadan tahun bisa dikatakan sebagai tahun terberat yang pernah kita jalani. Istilah kekinian, tahun paling ambyar. Seambyar para sobat ambyar yang baru saja kehilangan maestro campur sari, alm Didi Kempot.
Pasalnya seperti kita tahu sendiri bahwa pandemi mengoyak ekonomi dan juga kondisi masyarakat kelas bawah. Bagi mereka yang punya tabungan dan dana darurat masih bisa bertahan. Sementara yang lainnya yang jauh kurang beruntung hanya bisa menunggu uluran tangan.
Para pengusaha terdampak pandemi
Tidak hanya berdampak pada kalangan menengah bawah saja. Para pengusaha dan pebisnis pun dibuat pusing tujuh keliling. Gelombang PHK pun tidak bisa terbendung. Ini pun tidak hanya terjadi di Indonesia saja ya, beberapa negara seperti USA saja terkena dampaknya. Hampir 2 juta orang kehilangan pekerjaanÂ
Di kantor saya pun ada yang harus terkena PHK. Keputusan yang sangat berat. Hal ini juga terjadi di beberapa lini usaha seperti restoran, kafe, dan usaha lain sehingga para pemiliknya yang harus memutar otak agar tetap bisa bertahan di tengah pandemi sembari memberi kepastian bahwa karyawannya bisa tetap menafkahi keluarganya.
Semua menjadi pedagang dadakan
Cerita seorang teman bahwa warga satu kompleksnya kini semuanya menjadi pedagang dadakan. Apa saja yang bisa dijajakan, semua dilakukan. Mulai dari makanan, masker, pakaian, kopi, empon-emponan, hingga jasa belanja dan pengantaran barang.Â
Jangan ditanya lagi dengan para juragan yang bisnisnya terdampak pandemi, mereka harus beradaptasi dengan kondisi PSBB. Bagaimana caranya agar perusahaan tetap bisa jalan sehingga menghindari merumahkan karyawannya.Â
Malahan sempat viral juga sekelas resto cepat saji yang berjualan di pinggir jalan. Tetapi, seorang kawan mengingatkan bahwa hal tersebut sebenarnya bukan karena efek pandemi, melainkan karena efek puasa pemasukan kurang sehingga harus menjemput bola, menjajakan ayam goreng tepung dipinggir jalan supaya lebih mudah diakses oleh pelanggan.Â
Ramadan 2020, puasa terberat yang dirasakan
Suka tidak suka semua harus bekerja lebih berat di tengah kondisi yang tidak pasti. Mereka inilah yang menjalani Ramadan tahun ini dengan cukup berat karena harus tetap bertahan di tengah kondisi pandemi.Â
Meski demikain, sebenarnya tidak semua lini bisnis terdampak dengan berkurangnya omset. Â Sebut saja bisnis alat kesehatan yang mendulang permintaan berkali-lipat dari biasanya, terutama barang-barang yang paling banyak dicari masyarakat seperti masker, hand sanitizer, dan juga vitamin C.
Di tengah kondisi tersebut, kita masih melihat optimisme dan kedermawanan sebagian orang. Beberapa publik figur bahkan turun langsung membagi-bagikan bantuan. Tak sedikit pula berbagai organisasi dan komunitas saling membantu memberikan bantuan sembako pada mereka yang membutuhkan.
Inilah yang membuat saya iri. Kapan ya saya bisa bagi-bagi rezeki di jalanan seperti Baim Wong yang begitu mudahnya mengodok tas berisi lembaran-lembaran biru untuk dibagikan.Â
Belum lagi dengan Nikita Mirzani yang membeli berkarung-karung beras. Masih banyak lagi artis dan publik figur yang bergerak bersama mendonasikan hartanya kepada mereka yang membutuhkan.Â
Cermin pejabat dan rakyat yang tidak jujur
Buat kita yang hanya bisa di rumah saja, peran kita tidak kecil, peran kita justru sangat besar dalam memutus pandemi sehingga bisa segera berakhir. Tengok berapa kendaraan yang harus dipaksa memutar balik karena tidak diperbolehkan untuk mudik.
Bangsa ini juga sedang mengalami krisis kejujuran. Pejabatnya korupsi, ya warganya juga tidak jujur. Beberapa pasien tidak jujur kepada para petugas kesehatan sehingga akhirnya membahayakan puluhan petugas kesehatan yang berusaha mengobati dan merawatnya. Ini kondisi yang sangat memprihatinkan.
Tipu muslihat pun dilakukan agar tetap bisa mudik atau pulang kampung menjelang Lebaran. Mulai dari menyewar towing car, sampai mengelabui petugas dengan memasukkan mobil ke dalam bak truk sehingga terkesan membawa barang logistik lainnya.
Kita pasti bisa melewatinya bersama
Jadi, buat kita yang berkecukupan, cukuplah berdiam diri di rumah sudah membantu bangsa ini segera melewati kondisi pandemi. Itu saja sudah menjadi jihad kita selama Ramadan tahun ini.Â
Jika tak bisa mudik, cukup kirim uangnya saja ke kampung halaman. Sudah saatnya kita bahu membahu kembali. Karena, saat ini musuh kita hanya satu, yaitu virus corona. Insya allah, momen Ramadan ini menjadi momen yang tepat apalagi menjelang 10 hari terakhir Ramadan. Saatnya kita merenung dan mencari ketenangan batin dengan beri'tikaf di rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H