Saya pernah berdiskusi dengan beberapa anggota Kompasianer Tangerang Selatan dan Sekitarnya (Ketapels) tentang oleh-oleh khas Tangsel yang bisa menyasar generasi muda. Hampir semua jawabannya hanya berkutat pada batik Tangsel dan kacang sangrai khas Tangsel.
Dua oleh-oleh khas Tangsel itu lah yang paling melekat di benak warga Tangsel sehingga rasanya belum ada produk yang cukup menarik dan istimewa jika dibandingkan dengan daerah lain misalnya seperti apel Malang, Bakpia Jogja, hingga Batik dari Solo..
Beruntung, suatu waktu saya mendapatkan informasi dari seorang teman bahwa ada pengusaha skala rumah tangga yang mengembangkan coklat homemade atau coklat yang masih diolah secara konvensional.Â
Coklat Khas Tangerang Selatan
"Ah, kenapa tidak terpikirkan ya?" pikir saya. Padahal Garut saja bisa terkenal dengan Coklat Dodolnya, sementara Yogyakarta meskipun sudah dikenal dengan berbagai sajian kuliner khas daerah, tetap bisa memasarkan coklat lokal yang sesuai dengan selera pasar seperti Coklat Monggo dengan kemasan premium.
Tak menunggu lama, akhirnya saya pun mengajak beberapa teman Ketapels untuk mengunjungi usaha rumahan di daerah Komplek Batan, Tangerang Selatan. Lokasinya sangat dekat dengan Stasiun Serpong, kira-kira hanya sekitar satu kilometer saja.Â
Akhirnya setelah berulang kali mengatur jadwal pertemuan, kami pun bisa bertemu dengan sang pemilik coklat Heichoco, Hesti Widyo Asih, S.Si. Kebetulan saya sudah menyimpan nomor teleponnya sehingga bisa melihat sendiri kegiatannya yang dibagikan melalui status WhatsApp.
Hesti sangat aktif mengikuti pameran dan beberapa kegiatan kewirausahaan di Tangerang Selatan. Bahkan sudah pernah beberapa kali mendapatkan penghargaan dari berbagai ajang wirausaha yang diikuti.Â
Hesti bercerita bahwa bakat alami berdagang ternyata secara tidak sadar sudah ditempa oleh kedua orang tuanya. Berangkat dari keluarga yang serba pas-pasan membuat Hesti berjuang keras memenuhi kebutuhan dapur keluarganya bahkan hingga duduk di bangku kuliah.Â
Hesti sebenarnya mendapatkan beasiswa saat kuliah, tetapi ia tetap harus berjualan demi mendapatkan uang untuk ongkos dan kebutuhan selama perkuliahan.