Saya merasa berutung sekal bisa bertemu sekaligus bertanya pada Aryanto Yuniawan, sutradara film the Battle of Surabaya dalam acara nonton bareng bersama puluhan pelajar SMP 11 Tangsel dan SMP Anderson BSD di XXI The Breeze BSD pekan lalu (14/9/2019).
Film garapan anak-anak MSV Studio dari kota pelajar ini menceritakan kisah tentang Musa dan Yumna yang ikut berjuang pada saat jelang peristiwa 10 November 1945 saat sekutu berusaha kembali menduduki Indonesia.
Mas Ary mengakui bahwa genre film animasi ini mengikuti gaya animasi Jepang sehingga benar-benar kental terasa sekali saat pertama kali menontonnya. Bukan tanpa sebab, karena dalam film tersebut juga dikisahkan kelompok kipas hitam yang benar-benar ada dalam sejarah tetapi jarang diketahui orang banyak.
Dalam novelnya yang ditulis sendiri oleh sang Sutradara, Kipas hitam diberikan bab khusus yang diceritakan pada bab 5 Halaman 61, dengan judul buku Battle of Surabaya (There is no glory in war!).
Film animasi yang mendapatkan banyak penghargaan karena membawa pesan universal ini bercerita bahwa kipas hitam adalah sebuah organisasi yang dibentuk oleh Hitoshi Shimizu di zaman penjajahan Jepang di bawah Sendenbu. Sendenbu sendiri adalah bentukan kekaisaran Jepang yang berdiri pada Agustus 1942 dengan misi propaganda di Pulau Jawa.
Pendiri Kipas Hitam akhirnya ditangkap oleh belanda dan organisasi itu pun menjadi kehilangan arah bahkan berseberangan dari perjuangan arek-arek Suroboyo.
Dalam film diceritakan semula Yumna merupakan pasukan elite Kipas Hitam namun akhirnya ia keluar karena sudah tidak sejalan dengan perjuangan. Sementara itu Danu, sosok yang menyelamatkan Yumna tetap berada di dalam organisasi dan informan bagi kelompoknya tersebut. Danu berperan ganda, sebagai anggota pasukan PETA sekaligus anggota Kipas Hitam.
Kegiatan yang digagas oleh SATU BSD Sinar Mas Land ini patut kita apresiasi. Meskipun filmnya memang tidak booming di Indonesia, tapi menurut saya ada pesan yang sangat kuat yang hendak disampaikan.
Panji Himawan, Corporate Communication & Public Affair Division Head President Office Sinar Mas Land, berharap bahwa ada insan-insan animasi lainnya yang bisa berperan dan berkiprah dalam film animasi lokal hingga dunia.
Bahkan, kita juga patut berbangga karena ada beberapa insan animasi Indonesia yang juga terlibat dalam beberapa film termasuk film Avenger End Game, Minions dan film-film box office lainnya.
Sinar Mas Land yang sedang mengembangkan Digital Hub yang diproyeksikan menjadi Silicon Valleynya Indonesia sudah memiliki beberapa fasilitas untuk mendukung dunia digital salah satu Technopolitan yang saat ini sudah digunakan oleh komunitas e-sport yang berhasil berlaga dan memenangi kejuaraan dunia.
Mudah-mudahan, dengan adanya kegiatan nobar sekaligus review dan tanya jawab langsung bersama sutradaranya, anak-anak Indonesia bisa mendapatkan inspirasi bahwa dunia kreatif saat ini memang benar-benar membutuhkan sumber daya manusia yang andal. Mas Ary juga mengakui bahwa salah satu kendala dalam menggarap film Animasi The Battle of Surabaya adalah kekurangan SDM yang kompeten.
Bagi saya pribadi, kegiatan edukasi seperti ini sangat penting. Karena justru pesan-pesan universalnya bisa ditafsirkan dengan baik sehingga bisa dipahami oleh anak-anak. Di samping itu juga mengenalkan kepada generasi muda bahwa ada banyak profesi baru di masa mendatang yang sebetulnya banyak dibutuhkan tetapi masih sedikit sekali yang meliriknya.
Dengan begitu, kita bisa membuat dan memproduksi film animasi sendiri sehingga bisa unjuk gigi di dunia. Saya jadi tidak sabar menunggu Film mas Ary selanjutnya. Judulnya adalah Ajisaka, salah satu super hero asal Indonesia juga yang diangkat dari legenda rakyat dari tanah Jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H