Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mati Listrik, Antrean Air Isi Ulang Mengular

7 Agustus 2019   13:53 Diperbarui: 7 Agustus 2019   14:01 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mati lampu atau mati listrik Ahad lalu, awalnya saya anggap rutinitas biasa. Tapi, dugaan saya ternyata salah. Mati listrik dialami hampir di seluruh Jabodetabek dan sebagian pulau Jawa.

Padahal, siang itu saya dikejar deadline dua tulisan dan penilaian lomba blog. Gara-gara deadline itu pula yang membuat saya harus bertahan di rumah sementara istri dan kedua anak saya mengantar ibu ke pool travel di BSD Serpong.

Wal hasil saya tidak bisa mengerjakan tugas sesuai dengan yang dijanjikan. Penilaian lomba yang sedianya akan saya submit sore, akhirnya molor sampai tengah malam.

Kemacetan Terjadi Karena Lampu Lalin Mati
Istri saya pun mengeluh, karena sulit mendapatkan taksi online. Ia bercerita bahwa sangat sulit mendapatkan sinyal. Ia pun berpikir mati listrik biasa. Ternyata efeknya menyebabkan lampu lalu lintas di beberapa persimpangan di BSD, Serpong mati. Akhirnya petugas kepolisian melakukan rekayasa lalu lintas yang membuat kendaraan harus memutar dengan jarak yang cukup jauh.

Untunglah saat itu ada Bus BSD Link, layanan transportasi gratis bagi warga BSD City. Istri dan kedua anak saya pun menumpang bus berwarna oranye tersebut ke Giant Serpong. Karena rencananya setelah mengantar neneknya, anak-anak ingin bermain di area permainan yang ada.

Untunglah beberapa mal dan pusat perbelanjaan memiliki genset sehingga lampu dan pendingin ruangan masih bisa berjalan dengan normal. Tapi, tidak dengan jaringan telepon dan data.

Sinyal Sulit, Tidak Bisa Pesan Taksi Online 
Saat sore, istri saya sulit sekali mendapatkan sinyal. Ia terpaksa harus berpindah-pindah tempat demi mendapatkan sinyal untuk order taksi online. Melihat ceritanya, jadi ingat pengalaman saat saya berada di lautan selama tiga hari perjalanan dari Makassar ke Sorong dengan menggunakan KRI Banda Aceh. Saat itu sinyal telepon menjadi sangat berharga sekali demi mengirimkan kabar kepada keluarga.

Setelah berusaha beberapa kali, untunglah ordernya diterima. Seorang driver taksi online pun meminta izin penjemputan akan terlambat karena ia harus memutari jalan terlebih dahulu karena terjadi kemacetan di tengah volume kendaraan yang tinggi.

Karena melihat pergerakan mobil lambat dengan jarak yang cukup jauh, istri pun memutuskan untuk kembali ke tempat permainan sambil menunggu jemputan datang.

Saat tiba di rumah menjelang maghrib. Ia pun langsung menumpahkan ceritanya yang tak putus-putus sembari memandikan anak. Sementara saya baru saja bangun karena terlelap dengan kondisi kepanasan.

Tidak Sempat Masak Nasi, Rumah Makan Penuh "Pengungsi" 
Malam harinya, karena tidak sempat masak nasi. Kami pun memutuskan untuk makan di Warung Aceh langganan. Beruntung di tempat itu saya bisa mendapatkan sinyal dan sempat mengabarkan teman tentang keterlambatan penilaian. Ia pun maklum dengan hal tersebut.

Cukup lama kami di tempat makan. Rata-rata, pengunjung yang lain pun sepertinya sengaja ke luar rumah demi mencari makanan karena tak ada persediaan di rumah.

Antrean Panjang Air Isi Ulang
Saat melewati sebuah tempat isi ulang pun tak lutup dari antrean pembeli yang biasanya hanya satu atau dua orang saja yang terlihat. Malam itu, sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Tapi, seperti masih sore karena suasana rumah makan, jalanan dan beberapa warung sangat ramai. 

Mati listrik yang cukup panjang ternyata berdampak sekali pada kebtuhan masyarakat. Saya cukup beruntung karena stock air galon baru saja di isi pada pagi hari. Terlebih persediaan toren air juga baru saja terisi penuh beberapa jam sebelum mati listrik. Jika tidak, mungkin saya termasuk salah satu orang yang mengantre di tempat air isi ulang tersebut.

Sekitar pukul 23.00 WIB, sorak sorai tetangga membahana diikuti dengan cahaya lampu yang terang. Sontak, saya langsung menghidupkan AC. Sementara anak dan istri sudah terlelap karena kelelahan, saya akhirnya bisa bertahan hingga pukul 2.00 WIB dini hari demi menyelesaikan tugas yang tertunda. Alhamdulillah bisa selesai dengan baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun