Sejak awal saya tidak begitu percaya jika menjadi seorang reseller bisa mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Tapi, anggapan saya itu terpatahkan setelah mengetahui sendiri kisah adik saya yang terjun langsung menjadi seorang reseller secara online.
Orang tua kami menamainya Mujahidah Raihanah. Mungkin nama itulah yang membuatnya terus berjuang menjadi ibu rumah tangga sekaligus mengasuh anak semata wayangnya.  Meski jadi ibu rumah tangga, ternyata ia punya passion dalam berbisnis. Sedangkan suaminya, adik ipar saya, adalah seorang guru di salah satu sekolah di Surabaya.
Menjadi Reseller Sejak Lama
Iya, diantara saudara lainnya, keluarga adik saya yang ini, tinggal paling jauh dari tempat ibu menetap di Bandung. Mereka menetap di Surabaya sejak menikah. Sebenarnya adik saya punya latar belakang di dunia farmasi. Malahan pernah bekerja di salah satu lembaga sosial di Bandung. Sebuah klinik yang merawat dan menerima pasien dhuafa yang hendak berobat maupun yang hendak melahirkan.
Melihat perjuangan dan sepak terjangnya, tak terbayangkan jika akhirnya anak ke empat dari 12 bersaudara ini menjadi contoh bagi adik-adiknya. Termasuk bagi saya sendiri yang kurang mahir dalam berjualan. Setelah melewati berbagai fase drama yang melelahkan, akhirnya ia bisa menjadi teladan dalam berbisnis bagi keluarga.
Rehan, begitu saya memanggilnya. Sejak masih di Bandung, ia sudah mulai berjualan sambil bekerja. Apapun yang bisa dijual, akan dia jual. Saya termasuk korbannya, hahahahaha. Melihat sosoknya saja saya jadi teringat Mail, teman Ipin dan Upin yang selalu bilang "Dua seringgit" saat melihat potensi barang yang bisa dijualnya.
Demi mendukung usaha adik sendiri, saya tak pernah menawar barang dagangannya. Karena saya percaya dia bisa menjaga kualitas. Sudah beberapa kali saya memesan beberapa barang mulai dari produk edukasi anak-anak, jeruk, hingga kurma.Â
Bisnis Tanpa Modal
Uniknya, produk-produk yang dijualnya memang dia ambil dari orang lain. Praktis ia tak menyiapkan modal sama sekali. Ia melakukan marketing dengan menggunakan pesan instan, Whatsapp. Kadang-kadang membagikannya juga di linimasa media sosial.
Hebatnya lagi, memanfaatkan dunia digital, hampir semua pelanggannya berasal dari Bandung. Ia masih merawat hubungan silaturahmi dengan teman-teman sekolah dan semasa di kampusnya dulu. Wal, hasil beberapa temannya selalu melakukan repeat order padanya.
Awalnya saya tak pernah tahu berapa keuntungannya dan berapa margin yang dia ambil. Tapi, gara-gara tugas reportase samber THR Kompasiana ini, akhirnya terkuak juga hahahaha.
Saya tertarik untuk mengulik usaha resellernya dengan produk kurma. Ya, karena ada banyak produk yang dia tawarkan. Katanya tergantung mood. Maklum, karena ia juga masih menjaga anaknya.Â