Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ironi Kekalahan Sandiaga, Amien Rais, dan Rizieq di TPS Sendiri

20 April 2019   13:46 Diperbarui: 20 April 2019   14:01 2655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok Ma'ruf Amin Penyeimbang di Jakarta

Berbeda dengan TPS Kyai Ma'ruf Amin. Meski Kyai Ma'ruf tidak kampanye sampai lebih dari seribu titik, tetapi kharismanya sebagai ulama tetap membuktikan bahwa sosoknya punya pengaruh.

Di TPS Kyai Ma'ruf Amin, paslon nomor urut 01 menang tipis 132 suara, sementara paslon nomor urut 02 mendapatkan 129 suara. Basis yang tadinya biru justru berhasil diseimbangkan oleh Kyai Ma'ruf Amin.

Hal tersebut pula yang menjadi alasan mengapa Jokowi Ma'ruf menang secara keseluruhan meski kalah di beberapa provinsi. Paslon nomor urut 01 disebut-sebut pengamat politik berhasil merebut kantong-kantong dan basis suara 02.

Dua tahun lalu, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang menang dalam Pilkada DKI, tetapi suara Jokowi dan Ma'ruf Amin berhasil memberikan perlawanan terhadap paslon 02 di DKI Jakarta. Setidaknya posisinya berkejaran meski hasil sementara QC bahwa Prabowo lebih mendominasi di DKI Jakarta.

Terlalu Percaya Diri, Sandiaga dan kawan-kawan lupa basis masa daerahnya sendiri


Amien Rais / cnnindonesia.com
Amien Rais / cnnindonesia.com
Fakta tersebut membuktikan bahwa Sandiaga dan para pentolan koalisi adil makmur terlalu jumawa dengan ketokohan dan popularitasnya. Mereka lupa bahwa ada konstituen terdekat yang seharusnya mereka garap. Padahal memenangkan TPS di tempat sendiri merupakan tugas yang paling utama sebelum memenangkan suara di TPS lainnya. Apalagi sampai berkampanye lebih dari seribu titik di seluruh Indonesia.

Secara statistik jika dihitung berdasarkan provinsi yang dikuasai versi quick count, Prabowo unggul dengan kemenangan di 18 provinsi. Sementara Jokowi hanya menang di 16 provinsi.

Lalu mengapa Jokowi tetap menang dan Prabowo tetap kalah?

Jawabannya sederhana, Jokowi Ma'ruf berhasil menguasai kantong-kantong suara gemuk dengan padat suara.

Charta Politika mencatat kemenangan paslon 01 di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung. Sementara sisanya di Papua, NTT, Bali, Kaltim, Kalteng, Kalutara, Sulut dan Bengkulu.  

Prabowo menang di Jawa Barat, Sumut, Banten, DKI, Riau, Kalbar, dan Sumbar. Dominasinya pun terlihat di Aceh, Kalsel, Jambi, dan sebagian besar Sulawesi.

Kekalahan ini sepatutnya menjadi pelajaran berharga bagi kubu 02 untuk menggarap lingkaran terdekat terlebih dahulu alih-alih sesumbar ingin merusak suara di kandang lawan. Terbukti basis Jawa Tengah dan Jawa Timur hampir tak terusik oleh kubu 02 meski sudah mendirikan posko pemenangan 300 meter dari kediaman Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun