Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon dan Kebiasaan Mengolok-olok Bangsa

11 Februari 2019   11:31 Diperbarui: 11 Februari 2019   11:38 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian ia merasa bahwa orang lain tersebut merampas kepuasan yang seharusnya ia dapatkan. Dengan kata lain, orang yang suka mencela punya penyakit hati, iri dan dengki sehingga kata-katanya merupakan cermin dari ketidakpuasan yang ia rasakan teramat dalam.

Begitulah dengan Fadli Zon. Ia merasa berangkat dari kalangan terdidik, kalangan terpelajar sehingga menganggap orang lain berada di bawahnya. Ia merasa bahwa orang lain justru harus menghargai dan mengapresiasi apa yang telah dicapainya.

Sikap tersebut bisa tercermin dari puisi karya-karyanya. Jika itu mau disebut dengan karya.

Orang-orang yang sakit jiwanya karena suka mencela akan sulit sembuh jika dirinya tidak berusaha untuk berubah.

Jiwa-jiwa yang suci hanya akan mengucapkan kebaikan. Ibarat bejana yang berisi air kotor, cara membersihkannya adalah menuangkan air bersih ke dalamnya. Dengan begitu air kotor akan keluar dan digantikan dengan air bersih.

Ciri-ciri jiwa yang kotor seperti kufur nikmat, syirik, riya, terlalu mencintai dunia, dengki, ujub (narsis akut), sombong, dll.

Sifat-sifat ini bisa dibasuh dengan air suci wudhu, salat lima waktu, puasa sunnah, tilawah Al-Quran dan bertafakkur apa yang telah ia perbuat, amar ma'ruf nahi munkar serta selalu berusaha untuk bersikap tawadhu'.

Penyakit hati hanya bisa sembuh karena dirinya sendiri yang berusaha untuk menyembuhkan jiwa-jiwanya yang kerontang. Kita sama-sama doakan agar para pencela mendapatkan tazkiyatun nafs sehingga menjadi agen perubahan yang bisa menebarkan kata-kata positif dan memotivasi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun