Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Said Didu dan Sudirman Said Perlu Belajar dari Sosok Megawati

25 Januari 2019   14:22 Diperbarui: 25 Januari 2019   14:48 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pepatah bahwa laki-laki diuji ketika memilih harta dan jabatan. Namun, rasanya hal tersebut sudah tidak relevan lagi, karena ada satu lagi hal yang akan menguji kaum Adam ini yaitu ketika kehilangan jabatan.

Itulah yang kini dirasakan oleh Said Didu dan Sudirman Said sejak lama. Said Didu adalah mantan komisaris PT Bukit Asam Tbk. Ia diberhentikan sebagai komisaris karena dianggap sudah tidak satu visi lagi dengan kepentingan para pemegang saham akhir 2018 lalu.

Begitu juga dengan Sudirman Said yang dicopot dari jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sudirman dicopot saat perombakan kabinet pada Juli 2016 silam. Sudirman Said tak sendirian karena ia juga dicopot bersama Anies Baswedan.

Baca juga "Jab and Uppercut" Jokowi dalam Debat Pilpres Pertama 2019

Anies masih beruntung karena bisa dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga bisa mengalahkan petahana, Basuki Tjahaja Purnama yang hari ini resmi bebas murni setelah menjalani masa tahanan selama 1 tahun 8 bulan 15 hari.

Publik menilai bahwa Said Didu dan Sudirman Said adalah golongan yang sakit hati hingga akhirnya kini menyerang kebijakan Jokowi. Bahkan kemarin (23/1) Said Didu mengungkapkan "rasa kekecewaannya" dengan menuding proyek Mobil Esemka yang disebutnya Proyek Bohong.

"Saat itu saya Ketua Persatuan Insinyur Indonesia langsung sudah menyatakan ini pasti bohong-bohong," kata dia dalam sebuah diskusi di Media Center Prabowo-Sandi Jakarta Selatan, Rabu (23/1/2019) seperti dikutip dari detik.com.

Wajar saja jika kini Said Didu terlihat sangat vokal sampai-sampai menyudutkan Jokowi di musim pilpres 2019 kali ini. Setali tiga uang dengan Sudirman Said yang menyebut Jokowi sudah berubah dan lebih agresif daripada Prabowo yang kini berubah jadi tambah santun dan alim pasca Debat Pilpres Putaran Pertama 17 Januari 2019 silam.

Kekecewaan kedua tokoh ini sangat beralasan. Beberapa pengamat juga meyakini bahwa komentar-komentar keduanya dilandasi oleh rasa kecewa.

Kritik yang disampaikan oleh Said Didu mirip seperti yang disampaikan oleh Jusuf Kalla. Bersuara ketika jabatannya akan berakhir. Jika ingin vokal, kenapa tidak dilakukan sejak awal ketika masih dalam satu gerbong yang sama? Begitu pertanyaan para pengamat.

Sudirman Said dan Said Didu sepertinya perlu belajar besar hati seperti Megawati Soekarno Putri yang selama 32 tahun disakiti oleh Orde Baru. Megawati bahkan merasakan siksaan amat mendalam saat ayahnya, Soekarno, diperlakukan amat keji di masa-masa akhir hayatnya.

Apa rasanya kalau Said Didu dan Sudirman Said diperlakukan semena-mena selama 32 tahun?

Sikap Megawati ini juga banyak membuat kader PDIP merasa heran. Bagaimana mungkin "ibu", sebutan kader PDIP kepada Megawati, bisa setegar itu ketika melarang para kadernya untuk tidak lagi menghina Soeharto.

Inilah hebatnya seorang Megawati Soekarno Putri. Ia benar-benar seorang Pancasilais sejati. Ia mementingkan kepentingan umum di atas kepentingannya sendiri. Sebagai Ketua Umum partai tertua di Indonesia yang punya pengaruh sampai ke pelosok nusantara, bisa saja Megawati menginstruksikan untuk membenci Soeharto. Namun, itu tidak dilakukan oleh Megawati. Ia lebih memilih berdamai dengan dirinya sendiri.

Sikap Megawati terhadap SBY pun demikian. Terutama saat SBY kalah suara dengan Ketua Umum PPP Hamzah Haz dan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung saat MPR menggelar Sidang Istimewa untuk memilih wakil presiden.

Megawati justru merangkul kembali dan menyelamatkan muka SBY pada saat itu. SBY duduk kembali sebagai Menkopolhukam hingga karirnya moncer sampai menjabat sebagai Presiden selama dua periode.

Inilah sosok Megawati Soekarno Putri yang sesungguhnya. Ia tak mau berkonflik dengan orang-orang yang justru pernah menyakiti bahkan memanfaatkannya. Dalam sikap Megawati inilah Said Didu dan Sudirman Said perlu belajar atas sikap luhurnya terhadap lawan-lawan politiknya.

Megawati sampai saat ini tak pernah merasa sakit hati kepada SBY apalagi sampai mengatainya dengan pernyataan-pernyataan yang memojokkan seperti yang dilakukan oleh Said Didu dan Sudirman Said kepada Jokowi.

Perasaan Megawati itu diungkapkan olehnya saat diwawancarai oleh Tempo. Bahkan ia mengizinkan almarhum suaminya Taufiq Keimas dan anaknya, Puan Maharani untuk bertatap muka dengan SBY.

***

Sudah diterbitkan pertama kali di Pepnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun