Apa rasanya kalau Said Didu dan Sudirman Said diperlakukan semena-mena selama 32 tahun?
Sikap Megawati ini juga banyak membuat kader PDIP merasa heran. Bagaimana mungkin "ibu", sebutan kader PDIP kepada Megawati, bisa setegar itu ketika melarang para kadernya untuk tidak lagi menghina Soeharto.
Inilah hebatnya seorang Megawati Soekarno Putri. Ia benar-benar seorang Pancasilais sejati. Ia mementingkan kepentingan umum di atas kepentingannya sendiri. Sebagai Ketua Umum partai tertua di Indonesia yang punya pengaruh sampai ke pelosok nusantara, bisa saja Megawati menginstruksikan untuk membenci Soeharto. Namun, itu tidak dilakukan oleh Megawati. Ia lebih memilih berdamai dengan dirinya sendiri.
Sikap Megawati terhadap SBY pun demikian. Terutama saat SBY kalah suara dengan Ketua Umum PPP Hamzah Haz dan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung saat MPR menggelar Sidang Istimewa untuk memilih wakil presiden.
Megawati justru merangkul kembali dan menyelamatkan muka SBY pada saat itu. SBY duduk kembali sebagai Menkopolhukam hingga karirnya moncer sampai menjabat sebagai Presiden selama dua periode.
Inilah sosok Megawati Soekarno Putri yang sesungguhnya. Ia tak mau berkonflik dengan orang-orang yang justru pernah menyakiti bahkan memanfaatkannya. Dalam sikap Megawati inilah Said Didu dan Sudirman Said perlu belajar atas sikap luhurnya terhadap lawan-lawan politiknya.
Megawati sampai saat ini tak pernah merasa sakit hati kepada SBY apalagi sampai mengatainya dengan pernyataan-pernyataan yang memojokkan seperti yang dilakukan oleh Said Didu dan Sudirman Said kepada Jokowi.
Perasaan Megawati itu diungkapkan olehnya saat diwawancarai oleh Tempo. Bahkan ia mengizinkan almarhum suaminya Taufiq Keimas dan anaknya, Puan Maharani untuk bertatap muka dengan SBY.
***
Sudah diterbitkan pertama kali di Pepnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H