Ada pepatah bahwa laki-laki diuji ketika memilih harta dan jabatan. Namun, rasanya hal tersebut sudah tidak relevan lagi, karena ada satu lagi hal yang akan menguji kaum Adam ini yaitu ketika kehilangan jabatan.
Itulah yang kini dirasakan oleh Said Didu dan Sudirman Said sejak lama. Said Didu adalah mantan komisaris PT Bukit Asam Tbk. Ia diberhentikan sebagai komisaris karena dianggap sudah tidak satu visi lagi dengan kepentingan para pemegang saham akhir 2018 lalu.
Begitu juga dengan Sudirman Said yang dicopot dari jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sudirman dicopot saat perombakan kabinet pada Juli 2016 silam. Sudirman Said tak sendirian karena ia juga dicopot bersama Anies Baswedan.
Baca juga "Jab and Uppercut" Jokowi dalam Debat Pilpres Pertama 2019
Anies masih beruntung karena bisa dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga bisa mengalahkan petahana, Basuki Tjahaja Purnama yang hari ini resmi bebas murni setelah menjalani masa tahanan selama 1 tahun 8 bulan 15 hari.
Publik menilai bahwa Said Didu dan Sudirman Said adalah golongan yang sakit hati hingga akhirnya kini menyerang kebijakan Jokowi. Bahkan kemarin (23/1) Said Didu mengungkapkan "rasa kekecewaannya" dengan menuding proyek Mobil Esemka yang disebutnya Proyek Bohong.
"Saat itu saya Ketua Persatuan Insinyur Indonesia langsung sudah menyatakan ini pasti bohong-bohong," kata dia dalam sebuah diskusi di Media Center Prabowo-Sandi Jakarta Selatan, Rabu (23/1/2019) seperti dikutip dari detik.com.
Wajar saja jika kini Said Didu terlihat sangat vokal sampai-sampai menyudutkan Jokowi di musim pilpres 2019 kali ini. Setali tiga uang dengan Sudirman Said yang menyebut Jokowi sudah berubah dan lebih agresif daripada Prabowo yang kini berubah jadi tambah santun dan alim pasca Debat Pilpres Putaran Pertama 17 Januari 2019 silam.
Kekecewaan kedua tokoh ini sangat beralasan. Beberapa pengamat juga meyakini bahwa komentar-komentar keduanya dilandasi oleh rasa kecewa.
Kritik yang disampaikan oleh Said Didu mirip seperti yang disampaikan oleh Jusuf Kalla. Bersuara ketika jabatannya akan berakhir. Jika ingin vokal, kenapa tidak dilakukan sejak awal ketika masih dalam satu gerbong yang sama? Begitu pertanyaan para pengamat.
Sudirman Said dan Said Didu sepertinya perlu belajar besar hati seperti Megawati Soekarno Putri yang selama 32 tahun disakiti oleh Orde Baru. Megawati bahkan merasakan siksaan amat mendalam saat ayahnya, Soekarno, diperlakukan amat keji di masa-masa akhir hayatnya.