"Soal Pak Jokowi, biar masyarakat menilai. Tapi soal Pak Prabowo, inilah berkat dari Tuhan, bahwa Prabowo yang selama ini distigmakan otoriter ternyata sangat humanis. Saat ada tekanan, joget-joget. Itu kan dari dalam hati, bukan dibuat-buat," ujar Sudirman.
Arahnya sudah bisa ditebak bagaimana Sudirman Said berusaha untuk mematikan karakter Jokowi dan menaikkan karakter Prabowo yang sudah babak belur dalam debat capres putaran pertama ketika ditanya soal korupsi, keterwakilan perempuan di partai Gerindra dan tuduhan tentang hukum yang tidak berpihak pada wong cilik.
Opini yang dibangun BPN tak sulit amat kok untuk dicerna. Mereka memang sedang membangun citra bahwa Jokowi sudah berbeda, jokowi otoriter, seperti kata-kata mbah Amien Rais. Artinya pencitraan terhadap Presiden Jokowi dengan kata-kata negatif ini sepertinya memang sudah dirancang jauh hari sebelum debat dimulai.
Narasi tersebut senada dengan yang diucapkan oleh Hidayat Nur Wahid "Prabowo tak serang personal di debat perdana, Jokowi sebaliknya" ujarnya.
Ini menunjukkan bahwa mereka memang mencoba untuk mengenalkan pada masyarakat bahwa Jokowi kini sudah berubah sesuai dengan narasi yang mereka sampaikan.
Membangun Branding Baru Bagi Prabowo
Sudirman Said pun berusaha membangun citra yang berbeda dengan karakter asli Prabowo. Prabowo disetting untuk tidak terlalu menyerang Jokowi. Karena narasi yang mereka bangun adalah rebranding karakter Prabowo sehingga bisa lebih diterima oleh rakyat.
"Prabowo-Sandi berhasil membawa warna dalam debat dengan gerakan berjoget dan memijat ketika ingin meminta izin pada moderator debat untuk merespon pertanyaan dari capres petahana Joko Widodo." tuturnya.
Mantan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di era Jokowi ini juga berusaha untuk mencitrakan bahwa Prabowo adalah sosok yang penyabar meskipun berkali-kali diserang oleh Jokowi.
Kesimpulan
Strategi BPN ini setidaknya akan memengaruhi para swing voters. BPN dengan cerdiknya mengubah twist kekalahan debat Prabowo dengan menyerang personal branding Jokowi. Sama saja sebetulnya. Jika memang ingin saling serang, bukankah debat menjadi ajang yang sepantasnya dimanfaatkan?Â