Direktur Badan Pemenangan Nasional capres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, Sudirman Said yang sempat berada dalam kabinet Jokowi, berusaha untuk membangun opini publik bahwa Jokowi saat ini sudah berubah.
Sudirman Said langsung menyatakan bahwa Jokowi agresif dan Prabowo santun. Pernyataan tersebut tentu bukan tanpa sebab musabab.
Dari beberapa berita sebelumnya saja sudah ada beberapa kesepakatan untuk tidak menyerang personal branding saat debat. Tapi, nyatanya justru itu dilakukan oleh orang-orang di lingkaran Prabowo untuk menyerang Jokowi pasca debat. Artinya situasi ini memang sengaja dikondisikan untuk mengubah persepsi masyarakat tentang Jokowi yang dikenal luas santun.
Bagi saya sederhana saja untuk menilai sosok Jokowi adalah sosok yang santun dan arif. Dari beberapa foto dan pertemuan saja sudah terlihat dari gestur tubuh Jokowi yang mencitrakan karakternya yang santun.Â
Saat menjenguk Ustaz Arifin Ilham misalnya, Jokowi tetap membungkuk saat bersalaman. Beda dengan gaya Prabowo kurang memahami kultur dan budaya ketika menghadapi sosok yang dihormati.
Kunjungan Jokowi pun menjadi tanda bahwa Jokowi merendahkan dirinya demi bertemu ustaz Arifin Ilham. Ustaz yang dikenal bersuara serak dan kerap menggemakan dzikir ini dikenal tokoh yang berseberangan dengan Jokowi. Namun, dengan alasan kemanusiaan dan alasan silaturrahmi, Jokowi menunjukkan akhlaknya sebagai seorang muslim.
Hal ini juga dicontohkan oleh Nabi bagaimana beliau memperlakukan seorang yang sangat membencinya. Nabi tak pernah membalas perlakuan tersebut dengan keji, melainkan membalasnya dengan kasih sayang. Nabi menjenguknya ketika ia sakit. Akhlak luhur Nabi SAW inilah yang sepantasnya dijadikan panutan bagaimana kita bersikap terhadap orang lain.
Karakter inilah yang sedang dikaburkan oleh Sudirman Said dan kawan-kawannya bahwa citra kesantunan Jokowi telah luntur gara-gara menyerang Prabowo dalam debat.
Menyerang Personal Branding
Apa yang dibangun saat ini oleh BPN memang cukup menyudutkan Jokowi. Soal diksi kata saja sudah tendensius. "Jokowi Agresif dan Menyerang". Kata-kata ini sebetulnya justru digunakan untuk menghilangkan anggapan publik tentang Prabowo yang temperamental dan kasar.
Bukti bahwa Prabowo bertempramen kasar dan keras sudah diceritakan dan disaksikan banyak orang. Momen Prabowo marah dan kesal sampai sampai melempar handphone diduga karena PPP menarik dukungannya pada pemilu 2009.