Maka, ketika ada video yang memperlihatkan tata cara Sandiaga Uno yang berwudhu dengan menggunakan air segayung, muncul pertanyaan sekaligus perdebatan.
Prof. Mahfud MD misalnya yang menyebutkan bahwa wudhunya Sandiaga Uno itu tidak mensucikan. Lantaran dalam fiqh Aswaja, tata cara wudhu Sandiaga Uno tidaklah mensucikan karena menggunakan air mustakmal, air bekas wudhu yang sudah disentuh.
Kalau air mustakmal tak blh dipakai wudhu. Seharusnya air di gayung dituang ke tangan, bukan tangan yg dicelupkan ke gayung. Eh, tp air mustakmal itu tdk najis ya, hny tak bs mensucikan. Kalau mau diminum, apalagi dicampur sirup dan es, itu halal. Halal dan menyegarkan spt Yaqult https://t.co/MavuMpwEL9--- Mahfud MD (@mohmahfudmd) December 31, 2018
Sekilas terlihat tata cara Sandiaga Uno yang dikenal amat menjaga wudhu menurut cerita Ust Yusuf Mansur ini seperti orang yang tayamum. Malahan kalau memang itu tayamum, justru tidak memerlukan air. Tayamum adalah pengganti wudhu ketika hendak sholat saat dalam kondisi darurat seperti tidak ada air atau sedang dalam perjalanan.
Begitu juga salah satu tokoh NU, Gus Nadir yang menyatakan bahwa tidak ada santri NU yang wudhunya seperti wudhu Sandiaga Uno.
"Yang jelas santri NU wudhunya gak gitu. Kawan2 Wahabi si kayak gitu" cuitnya.
Saya jadi ingat salah satu kakak kelas saya yang baru saja pulang studi dari Madinah. Tata cara wudhunya memang amat berbeda dengan kebanyakan santri saat itu. Ia berwudhu tapi dengan air keran yang amat sedikit sekali alirannya. Seperti menuangkan air dari sedotan. Mungkin kalau ditakar, satu botol air mineral saja sudah cukup untuk wudhu seperti itu.
Namun demikian, sepeti kata Prof Mahfud dan Gus Nadir bahwa tata cara wudhu Sandiaga Uno ini hanyalah masalah khilafiyah dalam fiqh. Ya, barangkali Sandiaga Uno belajar dari teman-teman Wahabinya, para alumni 212.
Bukan kali ini saja Sandiaga Uno mendapat sorotan dari masyarakat. Sandiaga juga pernah kedapatan melangkahi kuburan ulama NU. Artinya pemahaman agama Sandiaga Uno yang dijuluki santri post-Islamisme oleh PKS ini makin banyak diragukan oleh masyarakat.
Akhir 2018 ini jelas ujian bagi kubu Prabowo dan Sandiaga Uno. Mereka seolah sedang diuji dengan pertanyaan-pertanyaan dan rasa penasaran masyarakat.
Untuk itulah sebabnya, undangan dari Ikatan Dai Aceh untuk tes Baca Alquran sebaiknya disambut dengan positif. Toh, tes sederhana seperti ini bisa dipersiapkan dalam beberapa pekan sebelumnya.