Angka kemiskinan di Indonesia justru berkurang sekitar 7,4 persen berdasarkan data kemiskinan per September 2017 jika dibandingkan dengan data angka kemiskinan September 2012.
Anehnya, kampanye hiperbola ini justru diimitasi juga oleh Sandiaga Uno. Beberapa kali Sandiaga melakukan kunjungan ke pasar dan melontarkan pernyataan-pernyataan yang sensasional.
Sebut saja seperti tempe setipis ATM, duit Rp 100 ribu cuma cukup untuk beli cabai dan bawang, hingga membandingkan nasi ayam di Indonesia yang dianggap lebih mahal dengan nasi ayam di Singapura.
Pernyataan-pernyataan seperti itu rasanya tidak pas lagi jika disebut hiperbola, melainkan mengarah pada penyebaran informasi palsu, apalagi bicara tanpa data.
Padahal, keduanya dilahirkan dalam lingkungan yang berkecukupan dan mengecap pendidikan tinggi di luar negeri, bahkan malah disebut-sebut sebagai konglomerat paling tajir melintir diantara kandidat capres dan cawapres lainnya.
Seharusnya mereka berdua justru paling melek soal hitung-hitungan ekonomi. Antara ironis dan sedikit miris juga jika lulusan luar negeri tapi kerap kali bicara tanpa disokong dengan data dan fakta yang kuat.
Ya, tapi mungkin wajar saja. Keduanya bukan saja kerap kali menyampaikan informasi yang keliru tapi juga tertipu oleh tim pemenangannya sendiri.
Pernyataan-pernyataan pemimpin seperti mereka jelas sangat berbahaya ketika melontarkan statement yang menyesatkan tanpa data. Bisa timbul fitnah dan salah persepsi di tengah masyarakat.
Kalau memang mereka berdua hanya pandai merangkai majas hiperbola, kenapa tak jadi pujangga atau penulis fiksi saja?
Toh cukup banyak ide cerita yang bisa dikembangkan. Sebut saja seperti tuduhan 10 juta TKA dari Tiongkok, pernyataan Sandiaga tentang nelayan yang susah melaut tapi akhirnya dikoreksi gara-gara diprotes ibu Susi, atau yang terbaru konglomerat mengemis dana kampanye kepada rakyat yang mereka sebut miskin. Sisi dramatisnya sudah kena banget kalau ini. Layak untuk bisa ditayangkan di FTV. Rakyat yang kasihan, sudah miskin dimintai dana pula oleh si konglomerat.
Lalu, jika ada pertanyaan efektifkah kampanye yang sudah dilakukan oleh Prabowo dan Sandiaga Uno? Jawabannya tentu saja sudah bisa Anda tebak sendiri dengan blunder-blundernya yang berulang-kali terjadi. Lama-lama siapa lagi yang akan percaya dengan janji dan omongan keduanya?