Beberapa kali saya kerap diajak oleh perusahaan untuk melihat program CSR mereka di daerah. Diantaranya seperti di Jakarta, Semarang, Tuban, hingga ke Sumbawa.
Sebagai orang yang lahir di Bandung, saya langsung menyambut hangat undangan dari SKK Migas untuk melihat langsung program CSR Pertamina EP di kawasan Subang, Jawa Barat.
Sedikit informasi yang saya dapat, SKK Migas adalah perwakilan pemerintah yang mengurus dan mengawasi kegiatan usaha hulu minyak dan gas. Pertamina EP asset 3 di kawasan Subang sendiri merupakan kontraktor kerja sama di bawah pengawasan SKK Migas.
Keberadaan Rumah Inspirasi Subang inilah sebagai wujud komitmen PEP Subang Field dalam menjaga lingkungan serta menjalankan program pemberdayaan masyarakat dengan konsep Kampung Eco Green.
Rumah Inspirasi ini sudah diinisiasi oleh PEP sejak awal 2016. Kemudian berfokus pada lingkungan, ekonomi, pendidikan budaya dan juga kesehatan. Â Â Saat saya kami datang sudah langsung disambut dengan dua kesenian tradisional khas Subang yaitu Singa Depok dan Tari Merak. Dua kesenian khas Tanah Pasundan ini dibawakan oleh anak-anak SD di lingkungan sekitar. Ini juga menjadi program Rumah Inspirasi Subang untuk mewariskan kesenian dan budaya kepada generasi mendatang.
Inilah yang menarik. Anak-anak yang mau belajar Singa Depok, Tari atau mengikuti English Club tidak dipungut bayaran sama sekali, melainkan mereka hanya diminta untuk membawa sampah agar bisa didaur ulang di BROERI.
Rumah Inspirasi Subang sudah menerapkan konsep pengelolaan sampah, Zero Waste. Artinya tidak ada sampah yang terbuang cuma-cuma. Baik sampah organik maupun sampah anorganik bisa diolah dan dimanfaatkan.
Contohnya seperti sampah organik diolah menjadi biogas dengan menggunakan biodigester. Pemanfaatan gas ini juga digunakan untuk menerangi Rumah Inspirasi Subang saat malam hari dengan menggunakan lampu petromak yang bahan bakarnya dari gas sehingga bisa lebih menghemat energi. Selain itu juga limbahnya bisa dimanfaatkan untuk pupuk cair dan pupuk padat.
Ibu-ibu sekitar Rumah Inspirasi Subang juga diberikan keterampilan untuk mengolah sampah menjadi kerajinan yang bernilai mulai dari tas, dompet, gelang dan lain-lain.
Warga juga bisa menabung sampah di Rumah Inspirasi Subang. Hampir semua sampah diterima di BROERI. Namun, untuk sampah bekas bungkus kopi dan styrofoam dianggap sebagai ladang amal karena pemanfaatannya hanya bisa digunakan untuk kerajinan tangan.
Hingga saat ini ada sekitar 3000 anggota Rumah Inspirasi Subang yang rutin menabung sampah. Mereka terdiri dari 567 perorangan dan sisanya merupakan kelompok. Kelompok-kelompok ini didominasi dari sekolah. Â Â
Ada sekitar 21 kelompok yang menjadi anggota Rumah Inspirasi Subang. Tak hanya berasal dari kelompok sekolah saja tapi juga kelompok lainnya.
Rata-rata Rumah Inspirasi Subang bisa mengolah sekitar 3 ton sampah. Jika dikonversi ke rupiah nilainya mencapai 6 jutaan. Nilai tersebut memang sangat fluktuatif tergantung harga pasar.
Ibu-ibu yang sudah bebas tugas dalam arti sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya pun tetap memiliki kegiatan yang positif dengan mengelola sampah menjadi kerajinan yang lebih bernilai.
Upaya PEP dalam program pemberdayaan masyarakat ini tentunya tidak boleh berhenti sampai di sini saja. Apalagi Subang termasuk salah satu daerah yang rawan dengan stunting. Ini juga salah satu masukan yang saya berikan agar Rumah Inspirasi Subang memulai membidik kesehatan anak-anak selain lansia.
Mari berdonasi untuk pelayanan kesehatan masyarakat lansia yang lebih baik. Bantu donasi dengan klik https://kitabisa.com/posbindulansia
instagram: @rumahinspirasisubang
website: rumahinspirasisubang.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H