Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Demokrat Gamang, Demokrat Siap 'Ditendang' Koalisi Adil Makmur

20 November 2018   21:38 Diperbarui: 20 November 2018   21:59 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerindra vs Demokrat / idntimes.com

Bahasa ini bisa bermakna bahwa Prabowo saat ini tidak terlalu menarik untuk diusung sebagai calon Presiden oleh Demokrat. Toh saat itu, tanpa diminta pun beberapa ketua parpol yang merapat ke Demokrat akan dengan sendirinya mengkampanyekan SBY. Begitulah pikir SBY sehingga "pesan penting" darinya sepatutnya dijadikan contoh bagi Prabowo.

Jadi, sudah sepantasnya pula Gerindra bisa memahami cara dan gaya SBY saat memenangi pemilu periode keduanya saat itu yang berpasangan dengan Budiono.

Karena terus didesak dan merasa disudutkan, Demokrat pun akhirnya buka suara bahwa mereka baru akan memulai start mengkampanyekan Prabowo dan Sandi pada Maret 2019 mendatang.  

Agaknya kubu Prabowo pun sudah mafhum dengan tindak tanduk SBY dan Demokrat seperti itu. Demokrat tampaknya memang ingin lebih fokus dulu menjaring suara dalam Pileg sebelum Pilpres.

Tapi, masalahnya justru di situ. Dengan beberapa sindiran halus. Kubu Prabowo merasa bahwa start Demokrat untuk mengkampanyekan Prabowo dan Sandi pada Maret 2019 dianggap sudah terlambat.

Bahkan kubu Prabowo sesumbar jika tanpa dukungan Demokrat dan SBY pun perolehan suara Prabowo akan tetap meningkat setelah pileg. Jadi, ada tidaknya dukungan SBY dan Demokrat dianggap tidak terlalu memengaruhi kemenangan Prabowo yang sudah berada di depan mata, menurut penerawangan mereka.

Melihat ketidakharmonisan seperti ini Demokrat memang dituntut untuk lebih tegas lagi untuk mengalihkan dukungan mereka. Apakah tetap solid bersama Prabowo atau ikut bersama koalisi Jokowi Ma'ruf.

Seperti dalam tulisan saya sebelumnya, bahwa hitung-hitungan terbaik untuk Demokrat saat ini adalah segera meninggalkan koalisi Adil Makmur dan bergabung dengan Jokowi Ma'ruf. Langkah ini bukan tanpa alasan. Pasalnya Sandiaga Uno sudah mengincar posisi kursi Presiden jika mereka menang nanti. Posisi yang seharusnya sudah diproyeksikan oleh Demokrat untuk mengusung putra mahkota mereka, AHY.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun