Potret koalisi seperti ini agaknya memang bikin baper. Siapa yang kerja, siapa yang kampanye, siapa yang menikmati nanti. Apalagi jika ujungnya dianggap si bungsu, dalam koalisi karena paling akhir bergabung. Bisa-bisa hanya dapat remah-remah rengginang saja.
Demokrat perlu bertanya pada hati sanubarinya sendiri. Koalisi Adil Makmur sudah tak bisa diharapkan. Apalagi kini yang kerap kali disudutkan tak memiliki kontribusi.
Ah, sudahlah. Mending segera move on. Dalam politik harus ada hitung-hitungan cermat dan tepat. Tanpa harus malu mengakui kesalahan. Daripada harus terjerumus dalam lubang yang sama. Tul ndak?
Masih ada waktu mengalihkan dukungan. Bukan hanya demi masa depan partai, tapi demi masa depan AHY, sang putra mahkota, yang disia-siakan koalisi.